

Pejabat dari KHS Machinery Pvt Ltd - produsen peralatan pengisian dan pengemasan untuk industri minuman, makanan, dan non-makanan - sedang memeriksa botol, di desa Hirapur, pinggiran Ahmedabad, India, pada 27 November 2020. ( Foto: Sam Panthaky / AFP )
India Alami Resesi Perdana Sejak Merdeka
Iwan Subarkah Nurdiawan (subarkah_nurdiawan@investor.co.id)
MUMBAI, investor.id – Walau membaik dibandingkan rekor kontraksi 23,9% pada kuartal II, namun kontraksi 7,5% pada Juli-September 2020 membuat ekonomi India resesi. Kinerjanya menjadi yang terburuk di antara negara ekonomi pasar berkembang dan maju. India juga mengalami resesi perdana sejak merdeka pada 1947.
Dua kuartal berturut-turut kontraksi ekonomi yang dialami oleh India memenuhi kriteria resesi teknikal. Negara ekonomi terbesar ketiga di Asia ini sekarang harus berjuang keras untuk bangkit. Terutama membangkitkan permintaan dan menciptakan lapangan kerja, sementara jumlah kasus baru virus corona Covid-19 tetap bertambah.
Tadinya India juga diharapkan mengalami kebangkitan pada kuartal yang berakhir 30 September 2020 tersebut. Karena negara ekonomi besar lainnya, termasuk Amerika Serikat (AS), Jepang, dan Jerman mencatatkan pertumbuhan pada kuartal tersebut.
Harapan itu sempat muncul karena sisi konsumsi meningkat. Setelah belanja naik pada musim festival Oktober-November 2020. Tapi pupus oleh penurunan di sektor konstruksi dan hiburan.
Sektor pertanian tetap menjadi titik cerah bagi India. Kegiatan manufaktur juga sebenarnya meningkat pada Juli-September 2020. Setelah karantina Covid-19 pada kuartal sebelumnya menyebabkan kegiatan tersebut anjlok hampir 40%.
Kalangan analis berpendapat, data kuartal III tersebut menggembirakan. Yang berarti ekonomi India dapat menunjukkan kinerja lebih baik pada kuartal selanjutnya.
“Bila melihat seluruh indikator, masa terburuk sudah dilalui oleh ekonomi India. Perbaikan akan terus terjadi ke depannya,” ujar Sameer Narang, kepala ekonom State Bank of Baroda, seperti dikutip AFP.
Ia menambahkan bahwa data tersebut lebih baik dari estimasi kontraksi 8%. Tapi jalan pemulihan sudah ada di depan, sepanjang lonjakan infeksi Covid-19 tidak memicu langkah karantina baru.
Editor : Happy Amanda Amalia (happy_amanda@investor.co.id)
Sumber : Investor Daily