

Para investor berbincang di sela kegiatan salah satu emiten di gedung BEI, Jakarta. Foto: Investor Daily/David Gita Roza
Inilah Saham Bank yang Torehkan Gain Cemerlang
Hari Gunarto, Jumat, 9 Agustus 2019 | 13:33 WIB
Jakarta – Di tengah situasi pasar saham global yang tidak menentu, sejumlah saham emiten perbankan menampilkan kinerja cemerlang. Dari 43 emiten perbankan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI), setidaknya 13 saham mencatat gain di atas 10% sejak awal tahun (year to date/ytd).
Berdasarkan data yang diolah Investor Daily per Kamis (8/8), beberapa bank yang masuk BUKU (Bank Umum Kegiatan Usaha) IV –dengan modal inti di atas Rp 30 triliun – memperlihatkan kenaikan yang mengesankan. Saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) menorehkan kenaikan 17,21% sejak awal tahun dan sedangkan PT Bank Central Asia Tbk melonjak 15,48% (ytd).
Kenaikan harga tertinggi diraih oleh PT BTPN Syariah Tbk yang melejit hingga 77,7%, disusul PT Bank Mestika Dharma Tbk dengan lonjakan kenaikan 62,32%, PT Bank Permata Tbk naik 46,4%, PT Bank Ina Perdania Tbk meningkat 35,07%, serta PT Bank Panin Tbk terdongkrak 23,14%.
Peningkatkan harga yang cukup signifikan juga dialami Bank Maybank Indonesia sebesar 19,42%, Bank CIMB Niaga naik 18,03%, dan Bank Agris meningkat 17,65%. Kemudian PT Bank Mega Tbk meningkat 4,29%, PT Bank Artha Graha Internasional Tbk naik 12,9%, serta PT Bank Sinarmas Tbk menikmati gain 10%.
Tercatat, 28 saham emiten perbankan tidak mencatat kenaikan harga, alias stagnan atau justru menurun. Sebanyak 20 emiten bank tercatat turun harga, termasuk dua bank BUMN.
Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) pada rapat akhir Juli lalu menyimpulkan, Stabilitas Sistem Keuangan triwulan II 2019 terjaga dengan baik. Hal ini berdasarkan hasil pemantauan lembaga anggota KSSK terhadap perkembangan perekonomian, moneter, fiskal, pasar keuangan, lembaga jasa keuangan, dan penjaminan simpanan.
KSSK memandang stabilitas sistem keuangan domestik tetap baik, ditopang industri perbankan yang tetap sehat dan pasar keuangan domestik yang kondusif. Kondisi tersebut dipengaruhi oleh 3 (tiga) faktor utama. Pertama, menurunnya ketidakpastian pasar keuangan global yang dipicu respons sejumlah bank sentral di negara maju dan negara berkembang yang melonggarkan kebijakan moneter, termasuk bank sentral AS yang diprediksi akan menurunkan suku bunga kebijakan moneter. Kedua, menariknya imbal hasil investasi portofolio di aset keuangan domestik. Ketiga, membaiknya persepsi terhadap prospek ekonomi Indonesia, seiring peningkatan sovereign rating Indonesia oleh Standard and Poor's (S&P). Berbagai perkembangan positif ini mendorong aliran masuk modal asing ke Indonesia, yang pada gilirannya memperkuat Rupiah serta meningkatkan kinerja pasar obligasi negara dan pasar saham.
Sumber : Investor Daily
Berita Terkait
REKOMENDASI UNTUK ANDA