NEW YORK, investor.id – Pemerintah Amerika Serikat (AS) meluncurkan rencana investasi US$ 3,5 miliar untuk proyek-proyek menangkap dan menyimpan karbon dioksida (CO2) langsung dari udara. Teknologi tersebut baru-baru ini dilihat sebagai solusi yang mungkin dilakukan untuk perubahan iklim.
Uang itu akan mendanai empat program payung utama yang mencakup berbagai proyek untuk menangkap CO2 dari udara dan pabrik, kemudian menyimpannya, kata Departemen Energi AS dalam pernyataan resminya.
Baca juga: Indonesia Percaya Diri Capai Target Penurunan Emisi 29% pada 2030
Pendanaan tersebut merupakan bagian dari rencana infrastruktur senilai US$ 1,2 triliun yang ditandatangani Presiden AS Joe Biden menjadi undang-undang pada 2021.
Pada laporan baseline terbarunya, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan bahwa dunia perlu menangkap dan menyimpan CO2 dari udara dan lautan, terlepas dari tingkat keberhasilan negara-negara dalam mengurangi emisi gas rumah kaca.
Lama dilihat sebagai upaya marjinal atau taktik industri untuk menghindari pengurangan emisi karbon, langkah-langkah penghilangan karbon dioksida sekarang menjadi kebutuhan, menurut Panel Antar Pemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC).
Penangkapan dan penyimpanan CO2 di udara adalah metode terbaru dan menarik minat sejumlah pihak, meskipun potensinya untuk proyek skala besar masih harus dibuktikan.
Satu Juta Ton CO2 Per Tahun
Empat proyek utama yang direncanakan akan didanai oleh Departemen Energi AS akan mampu menangkap dan menyimpan setidaknya satu juta ton CO2 per tahun.
Baca juga: Larangan Ekspor CPO Dicabut, ‘Drama’ Emiten Sawit Belum Berakhir?
Pemerintah telah mengumumkan pada awal Mei 2022 bahwa mereka bermaksud mendanai proyek penyimpanan CO2 senilai US$ 2,25 miliar, jumlah yang juga termasuk dalam tagihan infrastruktur.
Raksasa minyak AS ExxonMobil dan Chevron, yang telah didesak agar berbuat lebih banyak terkait memerangi perubahan iklim, juga berfokus pada teknologi penangkapan dan penyimpanan CO2 untuk mengurangi dampak lingkungan mereka.
Editor : Grace El Dora (graceldora@gmail.com)
Sumber : AFP