JAKARTA, investor.id - Bank Indonesia (BI) meyakini inflasi tahun 2021 tetap dalam sasaran 3,0%±1%. BI tetap berkomitmen menjaga stabilitas harga dan memperkuat koordinasi kebijakan dengan Pemerintah, baik di tingkat pusat maupun daerah melalui Tim Pengendali Inflasi (TPI dan TPID), untuk mengendalikan inflasi sesuai kisaran targetnya.
“Inflasi pada tahun 2021 diprakirakan tetap terkendali dalam sasaran 3,0%±1%. Untuk mendorong permintaan domestik, sinergi kebijakan ekonomi nasional terus diperkuat,” ucap Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo saat dihubungi pada Senin (1/3).
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi pada Februari 2021 sebesar 0,10%. Tingkat inflasi tahun kalender (Januari–Februari) 2021 sebesar 0,36% dan tingkat inflasi tahun ke tahun (Februari 2021 terhadap Februari 2020) sebesar 1,38%. Komponen inti pada Februari 2021 mengalami inflasi sebesar 0,11%. Tingkat inflasi komponen inti tahun kalender (Januari– Februari) 2021 sebesar 0,25% dan tingkat inflasi komponen inti tahun ke tahun (Februari 2021 terhadap Februari 2020) sebesar 1,53%.

Ia menuturkan kondisi inflasi pada Februari 2021 sejalan dengan perkiraan BI. Bila dilihat dari polanya memang dari tahun ke tahun inflasi pada bulan Februari akan melambat dibandingkan bulan Januari dipengaruhi faktor musiman. Faktor musiman ini khususnya tercermin pada bahan makanan yang deflasi secara bulanan karena pasokan yang terjamin. Inflasi inti yang merupakan indikator permintaan relatif stabil dibandingkan bulan sebelumnya.
“Jika dibandingkan kondisi sebelum pandemi, memang realisasi inflasi inti ini lebih rendah sejalan dengan pengaruh permintaan domestik yang belum kuat, kebijakan Bank Indonesia dalam mengarahkan pembentukan ekspektasi inflasi, dan dampak nilai tukar terhadap inflasi yang menurun,” ucap Dody.
Pemerintah dan BI juga menjalankan sinergi kebijakan untuk menjaga kondisi iflasi mencakup lima aspek yaitu pembukaan sektor-sektor produktif dan aman; akselerasi stimulus fiskal; penyaluran kredit perbankan dari sisi permintaan dan penawaran; berlanjutnya stimulus moneter dan makroprudensial, serta; percepatan digitalisasi ekonomi dan keuangan, khususnya terkait pengembangan UMKM.

Rektor Universitas Indonesia (UI) Ari Kuncoro mengatakan tingginya kasus Covid menyebabkan masyarakat menunda untuk melakukan konsumsi. Hal ini terlihat dari tingginya jumlah dana yang disimpan di perbankan. Masyarakat cenderung masih melihat ketidakpastian yang tinggi sehingga menahan kegiatan belanja.
“Mereka menabung untuk berjaga jaga, akibatnya karena perputaran daya beli ini ditahan dalam bentuk tabungan. Permintaan juga menurun dan berdampak ke rendahnya inflasi,” ucap Ari.
Menurut Ari, masyarakat akan melihat sejauh mana upaya pemerintah untuk menangani kondisi pandemic Covid 19. Bila kasus covid bisa melandai baru timbul ekspektasi positif dan pada saat itu baru masyarakat bisa kembali melakukan belanja.
“Keyakinan masyarakat diperbaiki dulu, setelah itu diberikan stimulus dan ekonomi bisa berjalan lagi,” ucap Ari.
Editor : Gora Kunjana (gora_kunjana@investor.co.id)
Sumber : Investor Daily
Baca berita lainnya di GOOGLE NEWS
Berita Terkait