JAKARTA, investor.id – Vaksinasi massif menjadi kunci pemulihan sektor pariwisata nasional setelah lebih dari satu setengah tahun terpuruk akibat pandemi Covid-19. Semakin banyak masyarakat yang mendapat vaksinasi dengan efikasi tinggi akan memungkinkan Indonesia lebih cepat mencapai kekebalan komunal (herd immunity) terhadap virus Covid-19, sehingga pergerakan manusia bisa kembali pulih.
“Pariwisata itu berbicara tentang pergerakan manusia yang menginginkan pengalaman baru. Tanpa ada pergerakan manusia, tidak ada demand pariwisata, jadi begitu ada Pembatasan Pergerakan Kegiatan Masyarakat (PPKM), pariwisata kembali mati suri,” kata Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Hariyadi Sukamdani saat menjadi pembicara dalam Investor Daily Summit (IDS) 2021 Sesi 7: Memacu Pariwisata, Membangun Ekonomi Daerah, Kamis (15/7).
Hariyadi mengatakan, permasalah utama sektor pariwisata saat ini adalah pandemi yang tidak bisa dikendalikan, yang membuat pemerintah harus melakukan pembatasan pergerakan masyarakat. Sementara di sisi lain, cakupan vaksinasi masih sekitar 7% dari total jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 275 juta orang.
Padahal untuk mencapai herd immunity, lanjut dia, vaksinasi yang diberikan kepada masyarakat setidaknya harus mencapai 70% dari populasi penduduk Indonesia. “Kita bisa belajar dari Amerika Serikat (AS) yang sempat hampir lumpuh karena kasus Covid-19 begitu tinggi. Tapi mereka kemudian secara massif memvaksinasi warganya dalam waktu yang cepat, karena memang herd immunity juga berkejaran dengan efektivitas jangka waktu pemberian vaksin. Sehingga mereka sekarang sudah bisa menangani wabah ini jauh lebih baik tanpa membatasi pergerakan warganya,” jelas Hariyadi.
Menurut Hariyadi, semakin lambat Indonesia menangani permasalahan pandemi ini, akan semakin besar biaya yang harus dikeluarkan dan semakin lama pula pemulihan ekonomi yang harus dijalani.
“Pemerintah perlu memprioritaskan vaksinasi secara cepat, massif, menggunakan vaksin dengan efikasi yang tinggi. Karena kalau efikasinya rendah juga bisa berpotensi lagi menimbulkan masalah di kemudian hari,” ungkap Hariyadi.
Editor : Eva Fitriani (eva_fitriani@investor.co.id)
Sumber : Investor Daily
Berita Terkait