Sabtu, 25 Maret 2023

BI Yakin Pertumbuhan Ekonomi Kuartal III di Atas 5,5%

Triyan Pangastuti
3 Nov 2022 | 16:11 WIB
BAGIKAN
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo. (Foto: Humas Bank Indonesia)
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo. (Foto: Humas Bank Indonesia)

JAKARTA, investor.id – Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo meyakini pertumbuhan ekonomi kuartal III-2022 mampu melampaui 5,5% (year on year/yoy). Proyeksi ini lebih baik dibandingkan kinerja ekonomi kuartal I dan II yang masing-masing tumbuh 5,01% dan 5,44%.

"Kami masih optimis kuartal III masih lebih tinggi dari 5,5%," kata Perry dalam konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) secara virtual, Kamis (3/11/2022).

Perry menyebut ada beberapa faktor positif yang membuatnya optimistis terhadap kinerja ekonomi kuartal III, di antaranya indeks harga penjualan, indeks harga konsumen, pertumbuhan kredit yang tinggi, neraca transaksi berjalan, dan kinerja ekspor yang baik.

Advertisement

Bahkan, pertumbuhan kredit tahun ini diprediksi tembus di kisaran 9-11% dan akan terus tumbuh pada 2023. Hal ini ditopang meningkatnya faktor permintaan dari dunia usaha yang disuplai oleh perbankan.

"Untuk kredit kami perkirakan bahwa tahun depan perkiraan kredit bisa sampai 10-12%," jelasnya.

Perry menambahkan, hingga saat ini, kondisi likuiditas perbankan masih longgar yng tercermin dari alat likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) di perbankan masih di atas 27,35%. Rasio ini tetap mendukung kemampuan perbankan dalam penyaluran kredit.

Di sisi lain, meningkatnya suku bunga acuan yang ditetapkan Bank Indonesia tidak perlu langsung direspon oleh perbankan. Perry menyatakan naiknya suku bunga acuan tidak lantas membuat perbankan harus buru-buru menaikkan bunga kreditnya.

"Dampak kenaikan suku bunga acuan ke suku bunga kredit akan lebih lama karena likuiditas longgar. Jadi bank tidak harus buru-buru naikkan suku bunga kredit karena likuiditas kami jaga sangat longgar," sambungnya.

Kemudian, insentif dari KSSK yang berkaitan dengan perbankan untuk menyalurkan kredit juga masih diberikan dalam bentuk insentif makroprudensial, diantaranya memperpanjang kebijakan uang muka atau down payment (DP) 0% untuk kredit pembelian kendaraan bermotor (mobil/motor), serta relaksasi rasio loan to value atau financing to value (LTV/FTV) kredit properti.

Kemudian, adanya insentif kewajiban giro minimum (GWM) 1,5% hingga 2% untuk penyaluran kredit ke 42 sektor prioritas termasuk UMKM. Selanjutnya standar penyaluran kredit perbankan yang masih cukup memadai.

"Berdasarkan survei BI menunjukkan risk appetite, keinginan, dan lending standar perbankan dalam menyalurkan kredit masih positif. Sedangkan dari sisi demand, ekonomi konsumsi, investasi masih tumbuh tetap tingkatkan kredit," ujarnya.

Editor: Jauhari Mahardhika (jauhari@investor.co.id)

Baca Berita Lainnya di GOOGLE NEWS

BAGIKAN

Berita Terkait


Berita Terkini


Business 6 menit yang lalu

Gudang Pakaian Impor Bekas Digerebek, Polisi Periksa 15 Saksi

Presiden Jokowi menilai impor pakaian bekas mengganggu industri UMKM.
National 13 menit yang lalu

Kabar Duka, Paulus Plate Tapun Ayahanda Menkominfo Johnny G Plate Meninggal Dunia

Masa purna bakti hingga meninggal, Paulus Plate Tapun diketahui menetap di Reo, Kecamatan Reok, Kabupaten Manggarai, NTT.
National 43 menit yang lalu

Haedar Imbau Warga Muhammadiyah Lakukan Jihad Ekonomi Masif dan Terstruktur

Jihad ekonomi menjadi salah satu putusan dalam Muktamar Muhammadiyah di Makassar pada 2015.
Finance 58 menit yang lalu

Direksi Makin Solid, Ini Strategi BTN Kejar Target Laba Rp 3,3 Triliun

BTN optimistis on the track mewujudkan visi perseroan menjadi The Best Mortgage Bank di Asia Tenggara pada tahun 2025
National 1 jam yang lalu

Bantuan Operasional Pendidikan Dini Islam Rp381 Miliar Bakal Cair

Pencairan BOP RA tahap I. akan diperuntukkan bagi 28.841 RA seluruh Indonesia.
Copyright © 2023 Investor.id