JAKARTA, Investor.id – Pemerintah diminta mewaspadai penurunan cadangan devisa (cadev) sebesar US$ 6,2 miliar menjadi US$ 130,2 miliar selama tiga bulan terakhir dari posisi US$ 136,4 mliar. Penurunan cadev dipicu langkah Bank Indonesia (BI) melakukan intervensi pasar demi menjaga stabilitas rupiah dan pembayaran utang luar negeri.
Wakil Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listiyanto mengingatkan, puncak cadev terjadi pada September 2021 yang mencapai US$ 146,9 miliar. Tahun 2019, cadev sebesar US$ 130 miliar mampu membiayai impor selama tujuh sampai delapan bulan. Namun, saat ini, cadev sebesar itu hanya bisa membiayai 5,8 bulan impor atau 5,6 bulan impor dan pembayaran utang pemerintah.
Oleh karena itu, dia menyatakan, perlu upaya mengendalikan penurunan posisi cadev dengan memperkuat rupiah. Apalagi, menjelang akhir tahun, kebutuhan dolar AS meningkat, seiring meningkatnya mobilitas masyarakat berlibur ke luar negeri.
"Kita mengetahui, Covid-19 sudah melandai, sehingga kemungkinan permintaan dolar AS di masa liburan makin tinggi, karena mungkin selama dua tahun masyarakat tidak ke luar negeri. Hal-hal semacam ini perlu diwaspadai agar rupiah tidak terus melemah hingga akhir tahun," kata dia, belum lama ini.
Di samping itu, dia mengatakan, impor Indonesia sudah mulai meningkat, sehingga menambah permintaan dolar AS belakangan ini. Bahkan, angkanya sudah mulai melebihi realisasi ekspor.
Seiring dengan itu, kinerja ekonomi Indonesia kuartal IV-2022 akan lebih menantang dibandingkan kuartal sebelumnya.
Editor : Harso Kurniawan (harso@investor.co.id)
Sumber : Investor Daily
Baca berita lainnya di GOOGLE NEWS