Selasa, 21 Maret 2023

Perry Warjiyo: Suku Bunga BI Terukur, Tak Perlu Seagresif Negara Lain

Triyan Pangastuti
17 Nov 2022 | 20:32 WIB
BAGIKAN
Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo. (Dok. BeritaSatu Photo)
Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo. (Dok. BeritaSatu Photo)

JAKARTA, Investor.id- Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menegaskan bahwa kenaikan suku bunga acuan BI tidak perlu seagresif negara lain.

Hal ini mempertimbangkan kondisi ekonomi dalam negeri, mulai dari pertumbuhan ekonomi, bertahan di atas 5% atau pada kuartal III sebesar 5,72% (yoy), inflasi hingga Oktober 2022 tercatat 5,71% (yoy) atau lebih baik dari lain.

"Tahun ini, BI bisa memberikan pendanaan pada APBN untuk kesehatan dan kemanusiaan berdasarkan UU 2/2020 sebesar Rp 224 triliun dengan alokasi subsidi energi, inflasi 5,7% (yoy) lebih rendah dari negara lain. Jadi kenaikan suku bunga tidak perlu seagresif negara lain, kami memang naikkan suku bunga tapi terukur dengan inflasi rendah," ucapnya di Jakarta, Kamis (17/11/2022).

Advertisement

Adapun BI kembali menaikkan suku bunga acuan 7 Days Reverse Repo Rate (7DRR) lagi sebesar 50 basis poin (bps) menjadi 5,25% pada November 2022. Ini menjadi kenaikan keempat kalinya sejak BI menaikan suku bunga pada Agustus dan September masing-masing 25 bps, Oktober 50 bps.

Perry meminta jangan membandingkan arah kebijakan moneter BI dengan Bank Sentral lainnya, khususnya dengan The Fed. Lantaran BI menaikkan suku bunga acuan telah mempertimbangkan banyak hal dan dilakukan secara terukur.

"Jangan dibandingkan kenaikan BI rate dengan suku bunga FFR, karena inflasi AS lebih dari 8%. Jadi kenapa BI akan menaikkan suku bunga tetap terukur agar inflasi terknedlai 5,7% akan kami turunkan BI jaga stabilitas rupiah dan jaga imbal hasil SBN," pungkasnya.

Dengan demikian, Perry memastikan bauran kebijakan ekonomi nasional sisi fiskal dan moneter pro stabiliyt semakin erat. Hal ini juga berimbas pada kinerja ekonomi kuartal III yang terus menguat dibandingkan negara lain, baik dari sisi pertumbuhan ekonomi dan rendahnya inflasi dan kondisi eksternal.

"Kondisi permintaan domestik terus pulih ini cara jaga stablitas dan pertumbuhan kuncinya yakni kuatnya sinergi moneter dan bauran kebijakan BI," terangnya.

Editor: Parluhutan (parluhutan@investor.co.id)

Baca Berita Lainnya di GOOGLE NEWS

BAGIKAN

Berita Terkait


Berita Terkini


Market 9 menit yang lalu

Laba Bank Jago (ARTO) Berpotensi Lompat Tinggi, Begini Argunmentasinya

Laba Bank Jago berpotensi meleat mulai tahun ini didukung berbagai faktor pendukung, apalagi NPL Coverage terus ditingkatkan
Market 22 menit yang lalu

Kabar Baru dari BUMI

PT Bumi Resources Tbk (BUMI) raih penghargaan sebagai Perusahaan Terbaik dengan Skor A+ dalam pelaporan keberlanjutan.
Market 27 menit yang lalu

Belum Untung? Ini Kisi-Kisi Saham Bakal Cuan dari Mandiri Sekuritas untuk Sesi II

Belum untung? Ini kisi-kisi saham bakal cuan dari Mandiri Sekuritas untuk sesi II.
Market 42 menit yang lalu

Waspada, IHSG Sesi II Cenderung Konsolidasi di Kisaran Level Terendah

Phintraco Sekuritas memprediksi IHSG hari ini sesi II cenderung konsolidasi di kisaran level terendah.
Market 47 menit yang lalu

Mulai Offering, Emiten Angkutan Logistik (GTRA) Patok Harga IPO Rp 150

PT Grahaprima Suksesmandiri Tbk (GRTA) atau Graha Trans mantap menggelar penawaran umum perdana (IPO)
Copyright © 2023 Investor.id