Gas Jadi Andalan untuk Transisi Energi

JAKARTA, investor.id – Gas sebagai energi fosil yang bersih memiliki peran penting dan menjadi andalan di era transisi energi. sehingga penggunaan gas di masa mendatang akan membantu mencapai target net zero emission (NZE), sebelum sepenuhnya beralih ke energi terbarukan.
Demikian benang merah yang mengemuka dalam Outlook Sektor ESDM bertajuk CEO’S New Vision; Business Reform to Shape The Energy Transition’ yang digelar Energy & Mining Editor Society (E2S) di Jakarta, Selasa (13/12).
Hadir sebagai narasumber Direktur Manajemen Pembangkitan PLN Adi Lumakso Direktur Eksplorasi PT Pertamina Hulu Energi (PHE) Muharram Jaya Panguriseng, Direktur Utama PT Amman Mineral Nusa Tenggara Rachmat Makassau, dan Vice President Pengembangan Hilir PT Bukit Asam Tbk Setiadi Wicaksono.
Menurut Adi, di era transisi energi yang tidak bisa dihindari itu, PLN menetapkan gas bakal memainkan peran kunci menuju penurunan emisi dalam penggunaan energi. Apalagi potensi gas di Indonesia masih cukup besar.
Menurut dia, dengan emisi lebih sedikit, maka wajar apabila gas menjadi energi alternatif pengganti pembangkit listrik fosil lain seperti batu bara ataupun minyak. Selain itu, pemanfaatan gas juga relatif lebih cepat untuk dieksekusi dibandingkan pembangkit berbasis Energi Baru Terbarukan (EBT) lainnya.
“Kita kaya dengan gas sambil menunggu pembangkit EBT seperti PLTS, Hidro, PLTP (panas bumi) ini perlu waktu cukup lama untuk membangun, jadi ada transisi di sini, adalah perubahan dari PLTU kita ganti sebagian dengan gas. Karena gas emisinya ini lebih kecil,” ungkap Adi.
Menghadapi tren yang berkembang cepat di sektor energi, kata Adi, PLN selaku penyedia energi listrik di Tanah Air menetapkan strategi untuk terus mengurangi emisi dalam operasionalnya. Hal ini bisa dilihat dari Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2021-2030 yang bakal memangkas peran Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU).
Dalam RUPTL, populasi kapasitas pembangkit PLTU nantinya kurang lebih 13.000 Megawatt (MW), setara 40 juta metrik ton CO2 ekuivalen sampai masa umur operasi PLTU tersebut. “Itu komitmen PLN untuk mengurangi CO2. Pada 2025, itu komposisinya EBT (energi baru terbarukan) 23% dan mencapai NZE 2060 sebesar 0%. Komitmen kami akan mengutamakan energi terbarukan sedemikian rupa melalui tenaga air, panas bumi, angin, dan solar/matahari. Kami dorong untuk mencapai NZE 2060,” kata Adi.
Sementara itu, pada kesempatan yang sama, Direktur Eksplorasi PT Pertamina Hulu Energi (PHE) Muharram Jaya Panguriseng mengungkapkan, potensi gas masih cukup besar di Tanah Air. Namun, dibutuhkan upaya ekstra untuk bisa memonetisasinya. Pertamina sebagai perusahaan negara sektor hulu migas menjadi andalan untuk bisa memasok kebutuhan gas.
Dia menjelaskan realisasi pada 2021 kebutuhan energi mencapai 210 megaton oil ekiuvalen (MTOE) di mana EBT baru 12%, sedangkan minyak masih mencapai 32% dari kebutuhan energi primer dan gas 19%. Pada 2050 diperkirakan kebutuhan energi fosil akan turun secara persentasi, namun secara angka atau volume dari kebutuhan energi mencapai 1.000 megaton oil ekuivalen justru akan tumbuh.
“Secara persentase turun dari 32% jadi 20% tapi volume justru naik berkali lipat, gasnya di era transisi energi kita 19% di 2021 di 2050 kita akan penuhi kira-kira di angka 24%, ini adalah RUEN kebutuhan kita,” ungkap Muharram.
Menurut Muharram, PHE sebagai Subholding Upstream Pertamina berkomitmen meningkatkan kinerja dan berupaya maksimal memenuhi kebutuhan energi nasional.
Langkah konkret Pertamina dalam memenuhi kebutuhan tersebut adalah agresif dalam meningkatkan produksi, khususnya gas bumi, yang menjadi jembatan transisi energi dari energi fosil ke energi baru terbarukan (EBT).
“Untuk bisa meningkatkan produksi (gas) tidak ada jalan lain selain menambah cadangan,” ujarnya.
Menurut Muharram, Pertamina agresif melakukan eksplorasi demi menambah cadangan. Komitmen tersebut, ujar dia, diterjemahkan oleh Pertamina dengan memenuhi 44% dari total kebutuhan.
“Artinya sama dengan 440 megaton oil ekuivalen sehingga kita harus agresif karena akan lebih banyak lagi yang dibutuhkan,” ujar dia.
Muharram menyatakan Pertamina secara masif melakukan eksplorasi melalui penerapan teknologi terkini. Tahun ini, Pertamina berhasil menemukan cadangan minyak sebanyak 144 juta barel dan gas setara 0,9 tTcf atau 931 BCFG.
“Ini pencapaian bagus pada 2022, masih banyak temuan yang belum divalidasi mudah-mudahan dalam waktu singkat sudah ada hasil,” kata dia.
Temuan cadangan gas ini didukung dari keberhasilan pengeboran eksplorasi sumur Sungai Gelam Timur-1, Wilela-001, Bajakah-001, Kolibri-1, Manpatu-1X, Markisa-001, dan GQX yang telah di validasi besaran sumberdayanya pada 2022. Sementara itu untuk discovery R-2, S-2, Sungai Rotan-1, dan Kembo-001 akan dicatatkan pada 2023. “Selain itu sebagai bagian dari value chain Pertamina integrated energy company, PHE juga didukung oleh infrastruktur Subholding Gas,” katanya.
Editor: Euis Rita Hartati (euis_somadi@yahoo.com)
Baca Berita Lainnya di GOOGLE NEWS
Berita Terkait
Berita Terkini
Cegah Praktik Tying Sales Minyakita, KPPU Advokasi Ratusan Pelaku Usaha
Realisasi produksi minyak goreng kemasan rakyat Minyakita hanya sekitar 24% dari total program minyak goreng rakyat.Kuartal I-2023, Total Emisi Obligasi dan Sukuk Tembus Rp 27,46 Triliun
BEI menyebut, total emisi obligasi dan sukuk yang sudah tercatat sepanjang tahun ini atau kuartal I-2023 tembus Rp 27,46 triliun.Perkuat ESG, DOID Gandeng Torajamelo
BIRU siapkan utang yang dapat dikonversi menjadi saham senilai Rp7,5 miliar yang akan dimanfaatkan untuk tingkatkan dampak sosial Ahana.BEI Hentikan Sistem Perdagangan FITS, Mengapa?
PT Bursa Efek Indonesia (BEI) melakukan penghentian layanan sistem perdagangan Fixed Income Trading System (FITS). Mengapa?ASEAN Sumbang 3% dari PDB Riil Dunia
Kapasitas ASEAN harus diperkuat untuk menjawab tantangan hari ini, dan tantangan 20 tahun ke depan.Tag Terpopuler
Terpopuler
