Tony Wenas: Saat Paling Membahagiakan Saya Ketika Presiden Kunjungi Tembagapura

JAKARTA, investor.id – Bisa memimpin perusahaan tambang emas dan tembaga terbesar dan terkemuka di dunia, PT Freeport Indonesia, menjadi kebanggaan tersendiri bagi Tony Wenas. Namun, dari segala pencapaian yang paling membahagiakan adalah saat Presiden RI Joko Widodo dan Ibu Negara Iriana Joko Widodo mengunjungi daerah operasi Freeport di Tembagapura, Papua.
“Milestone yang membahagiakan adalah kunjungan Pak Presiden ke Tembagapura. Pak Jokowi adalah presiden kedua setelah Pak Soeharto. Pak Soeharto berkunjung tahun 1973 atau 50 tahun yang lalu,” kata Direktur Utama PT Freeport Indonesia (FI) Tony Wenas kepada Investor Daily, akhir pekan lalu.
Tony mengungkapkan, Presiden tak hanya berkunjung, namun juga menginap. Di lokasi, Presiden Jokowi mencapai puncak Grasberg dan juga masuk ke tambang bawah tanah. Rombongan juga naik bus khusus antipeluru. “Luar biasa memang presiden kita ini, bahkan bersama Ibu Negara juga. Saya terus mendampingi Beliau,” kata Tony.
Tony tak dapat menutupi kekagumannya pada Presiden Joko Widodo yang demikian detail dan sangat peduli pada hal-hal yang menyentuh persoalan. “Beliau tanya detail dan tajam pertanyaannya, dan selalu menyentuh persoalan. Misalnya gaji karyawan Freeport berapa, sampai sedetail itu beliau ingin tahu,” ujarnya.
Di hadapan para karyawan Freeport, Presiden Jokowi meminta agar semua karyawan di bawah kepemimpinan Tony Wenas bisa menjaga perusahaan dengan baik, karena peran dan kontribusinya yang sangat besar, tidak saja bagi karyawan, juga bagi Kabupaten Timika, Provinsi Papua Tengah, dan juga bagi negara.
Kamis, 1 September 2022, pukul 07.00 WIT, Presiden Jokowi dan Ibu Negara Iriana Jokowi Widodo mengunjungi Grasberg, salah satu tambang terbesar di dunia milik PT FI di Distrik Tembagapura, Kabupaten Mimika. Sebagaimana video viral, banyak warga Papua ke Tembagapura untuk melihat dari dekat Presiden Jokowi. Selama 49 tahun, mereka menunggu Presiden datang ke Tembagapura. Pada tahun 1973, Presiden Soeharto mengunjungi lokasi berada di ketinggian 3.325-4.285 meter di atas permukaan laut itu.
Tiga bulan kemudian, 6 Desember 2022, Menkeu Sri Mulyani Indrawati mengunjungi Freeport. Menteri yang aktif di sosmed itu menulis di Instagramnya sebagai berikut:
“Dijelaskan oleh Presdir @freeportindonesia Pak @tonywenas bahwa seluruh operasi penambangan bawah tanah melalui Ijin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) ini telah berkontribusi sebesar $2 miliar bagi penerimaan negara dan $473 juta bagi penerimaan daerah Papua di tahun 2021. Tahun ini. kontribusi diproyeksikan meningkat menjadi $3.85 miliar untuk penerimaan negara dan $676 juta untuk penerimaan daerah Papua, dan akan terus meningkat.
Dengan seluruh sumber daya yang ada, potensi pendapatan pemerintah mencapai $80 miliar hingga 2041 (asumsi harga tembaga $4 dan harga emas $1800). Hal ini menjadikan @freeportindonesia salah satu aset sekaligus kontributor besar penerimaan negara yang harus kita jaga bersama.
Saya senang dan bangga melihat berbagai komitmen dilakukan. Menerapkan tata kelola yang baik, menjaga standar-standar lingkungan dan keselamatan, mengoptimalkan SDM Indonesia terutama putra-putri terbaik Papua, meningkatkan manfaat ekonomi dan sosial, baik untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat Papua maupun kemampuan generasi yang akan datang. Saya harap semua ini dapat terus dipertahankan bahkan ditingkatkan. (Mimika, 6 Desember 2022).”

Bukan Orang Baru
Sedikit menilik ke belakang, Tony bukanlah orang baru di Freeport. Sebelum menjadi orang nomor satu di Freeport, pada 2001 hingga 2010 dia sudah bergabung di Freeport sebagai direktur.
Kemudian Tony keluar dan masuk kembali pada 2017 sebagai Executive Director dan mendapat amanat memimpin tim negosiasi antara Freeport dan Pemerintah Indonesia. Pada 2018 berhasil menyelesaikan negosiasi antara pemerintah dan Freeport Mc Moran, termasuk menyelesaikan persoalan divestasi, Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK), dan perpanjangan masa operasi Freeport hingga 2041.
“Ini juga menjadi pencapaian yang membanggakan buat saya, Sekarang ini adalah tahun kelima saya memimpin Freeport. Jadi, akhir tahun ini term lima tahunannya selesai,” kata Tony.
Tony mengaku, dirinya tak mempermasalahkan apakah jabatannya saat ini diperpanjang hingga proyek smelter yang tengah dikerjakan di Gresik selesai, atau memang harus selesai sesuai tenggat waktu yang telah ditetapkan
“Ya mudah-mudahan (diperpanjang) sampai peresmian. Tapi, kalau saya itu gak gimana-gimana. Kalau memang saatnya selesai ya selesai. Jadi, hidup ini lebih enak. Kalau diberikan amanat kita jalankan amanatnya. Kalau saya kan ibaratnya tinggal tunggu turunnya. Mau naik, naik ke mana lagi. Saya sudah jadi dirut di empat perusahaan. Usia saya juga kan gak muda lagi,” jelasnya.
Lahir 8 April 1962, Tony kini berusia 61 tahun. Sejak Desember 2018 hingga saat ini, ia menjabat sebagai presiden direktur PT FI. Ia cukup lama di dunia pertambangan. Selain di PT FI, ia pernah menjadi presdir & CEO PT Vale Indonesia (2010-2011), Country Head Intrepid Mines Ltd Indonesia (2012-2014), dan Presiden PT Berkat Resources Indonesia (2014-sekarang). Di luar pertambangan, Tony pada tahun 2015-2017 menjadi presdir PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) dan Managing Director Asia Pacific Resources International Limited (APRIL Group).
Tony tidak saja penggemar musik, melainkan pemusik. Piawai bermain piano dan organ, juga menyanyi. Sejak Sekolah Menengah, ia sudah membentuk group band. Di samping bermusik, ia menyelesaikan pendidikan sarjana Hukum Bisnis di Universitas Indonesia tahun 1985 dan menyelesaikan program eksekutif di Sloan School of Management di Massachusetts Institute of Technology (MIT), Amerika Serikat, 2010.
Ia aktif di berbagai organisasi, di antaranya Indonesian Mining Association (IMA), Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN), The Nature Conservancy (TNC), Indonesian Business Council for Sustainable Development (IBCSD), Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (PERHAPI), Asosiasi Emiten Indonesia (AEI) (2010-2012), dan Persatuan Artis Penyanyi Pencipta Lagu dan Pemusik Republik Indonesia (PAPPRI).
Saat ditanyakan, saat nanti harus meninggalkan Freeport, apa yang paling diinginkannya nanti meninggalkan Freeport, Tony hanya mengatakan, bahwa dia berharap segala komitmen antara pemerintah dan perusahaan bisa berjalan. (Primus Dorimulu)
Editor: Euis Rita Hartati (euis_somadi@yahoo.com)
Baca Berita Lainnya di GOOGLE NEWS
Berita Terkait
Berita Terkini
Sandiaga Bakal Nilai Langsung 75 Desa Wisata
Kegiatan visitasi sendiri juga menjadi ajang promosi bagi 75 besar desa wisata ADWI untuk meningkatkan jumlah kunjungan dan perekonomian.AHY: Keputusan Cawapres ada di Tangan Anies
AHY mengaku telah mempercayakan keputusan akhir penentuan cawapres kepada Anies.Buka Bersama Nasdem dan Tokoh, JK Sebut Tak Ada Pembicaraan Politik
AHY mengatakan acara bukber DPP Nasdem merupakan silaturahmi dan temu kangen antara tokoh politik yang hadir.2 Aparat Tewas Diserang KKB Saat Amankan Salat Tarawih di Puncak Jaya
Paskapenyerangan situasi di Kabupaten Puncak Jaya dilaporkan siaga satu, seluruh aparat waspada dan mengantisipasi serangan susulan.Daop 1 Jakarta Siapkan Kereta Api Tambahan untuk Mudik
Terdapat 303 perjalanan KA Tambahan yang berangkat dari area KAI Daop 1 Jakarta.Tag Terpopuler
Terpopuler
