Industri Petrokimia Terancam Double Hit

JAKARTA, investor.id – Industri petrokimia akan mendapat dampak negatif ganda (double hit) dari pemberlakuan kebijakan cukai plastik dan cukai minuman berpemanis pada tahun ini. Pengenaan cukai tersebut bakal mengancam pertumbuhan industri petrokimia seiring peningkatan harga jual produk yang akan menurunkan permintaan. Pada saat bersamaan, pasar domestik bakal dibanjiri produk petrokimia impor dengan harga yang lebih murah.
"Kalau harga jual produknya jadi mahal karena cukai tadi, pasar akan diisi barang impor. Impor pasti akan bocor lewat pelabuhan-pelabuhan kecil, karena pintu masuk dari luar pelabuhan utama sangat luas sekali," kata Sekretaris Jenderal Asosiasi Industri Olefin, Aromatik dan Plastik Indonesia (Inaplas) Fajar Budiono kepada Investor Daily, baru-baru ini.
Fajar berharap, pemberlakuan cukai plastik dan minuman berpemanis tersebut bisa ditunda. Dengan demikian, permintaan produk petrokimia masih bisa naik di tahun ini.
"Pemberlakuan cukai otomatis akan menaikkan harga jual produk, yang akan mendorong konsumen untuk mengurangi konsumsinya. Dan itu akan memengaruhi pertumbuhan industri petrokimia," ujar dia.
Pada tahun lalu, industri padat modal ini mampu mencatatkan pertumbuhan nilai penjualan 4,2% menjadi US$ 14,4 miliar. Menurut Fajar, pertumbuhan tersebut masih di bawah target yang ditetapkan Inaplas sebanyak 4,5%.
Turunnya permintaan industri pengguna dan tingginya harga minyak dunia menjadi pemicu industri padat modal tersebut tidak dapat mencapai target yang ditetapkan. Akibatnya, industri petrokimia hanya mampu mencatatkan omzet US$ 14,4 miliar di 2022, atau lebih rendah US$ 600 juta dari target US$ 15 miliar.
"Perang Rusia-Ukraina memicu kenaikan harga minyak global, sehingga membuat bahan baku petrokimia turut melonjak. Kondisi tersebut ditambah dengan penurunan permintaan dari industri pengguna, membuat utilisasi turun hingga di bawah 70%," tutur dia.
Fajar mengatakan, penjualan produk petrokimia sangat bergantung pada industri makanan minuman (mamin) yang berkontribusi sekitar 45% dari total penjualan. Sementara industri pengguna lainnya yakni otomotif menyumbang 10% dari total penjualan petrokimia, disusul bahan bangunan (building material) 10%, peralatan rumah tangga 15%, dan sisanya dari industri lainnya.
Hilirisasi Petrokimia
Sementara itu, Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita sebelumnya mengatakan, pihaknya akan terus mendorong hilirisasi di industri petrokimia. Upaya ini dinilai strategis karena dapat menghasilkan bahan baku primer untuk menopang banyak industri manufaktur hilir penting seperti tekstil, otomotif, mesin, elektronika, dan konstruksi.
“Pemerintah saat ini tengah mengawal sejumlah proyek pembangunan industri petrokimia raksasa, antara lain investasi petrokimia di Cilegon, gasifikasi batu bara di Muara Enim, serta di Bintuni Papua,” kata Agus.
Menperin menambahkan, Presiden Joko Widodo telah menyatakan bahwa hilirilisasi energi hijau juga menjadi kunci untuk menopang perekonomian nasional ke depannya. Dalam hal ini, Kemenperin terus membangun ekosistem sirkular ekonomi melalui implementasi industri hijau.
“Industri hijau adalah upaya kami bersama dalam membangun industri nasional yang tangguh namun selaras dan harmonis antara pertumbuhan ekonomi, kelestarian lingkungan, kesejahteraan, dan kesehatan masyarakat,” tutur Agus.
Dia menyatakan, beberapa tantangan saat ini yang perlu mendapat perhatian agar kebijakan hilirisasi dan industrialisasi bisa berjalan baik, antara lain, adalah ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang kompeten dan pemberian fasilitas insentif yang tepat.
Perluasan kerja sama internasional harus dilakukan untuk mengisi pasar ekspor baru seperti Eropa dan Afrika, serta diperkuat kemampuan negosiasi dalam upaya menghadapi hambatan perdagangan dan tekanan diplomasi.
Proyek US$ 50 Miliar
Kemenperin juga tercatat terus mendorong pertumbuhan industri petrokimia agar dapat memperdalam struktur manufaktur di dalam negeri, sekaligus memacu program substitusi impor. Apalagi, industri petrokimia merupakan salah satu sektor yang mendapat prioritas pengembangan berdasarkan peta jalan Making Indonesia 4.0.
“Kami mencatat, terdapat 20 proyek investasi di sektor industri petrokimia dengan proyeksi nilai sebesar US$ 50 miliar sepanjang tahun 2020-2030. Artinya, dengan peningkatan investasi ini, ada potensi untuk penambahan jumlah tenaga kerja,” kata Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI) Kemenperin Arus Gunawan sebelumnya.
Kepala BPSDMI menyebut, proyek besar industri petrokimia di wilayah Banten, misalnya, adalah pembangunan pabrik Chandra Asri Perkasa (CAP2) dan Lotte Chemical Indonesia. Kedua proyek yang akan mulai produksi pada tahun 2025 ini ditargetkan menyerap tenaga kerja sebanyak 45.000 orang di bidang konstruksi dan 2.500 orang untuk operasional.
“Dari dua proyek itu saja, tenaga kerja yang dibutuhkan sangat banyak. Oleh karenanya, kami berupaya untuk terus menyediakan SDM industri yang kompeten. Kemenperin telah memfasilitasi pembangunan Politeknik Industri Petrokimia di Serang, Banten," tuturnya.
Editor: Jauhari Mahardhika (jauhari@investor.co.id)
Baca Berita Lainnya di GOOGLE NEWS
Berita Terkait
Berita Terkini
Sandiaga Bakal Nilai Langsung 75 Desa Wisata
Kegiatan visitasi sendiri juga menjadi ajang promosi bagi 75 besar desa wisata ADWI untuk meningkatkan jumlah kunjungan dan perekonomian.ALVA Ajak Masyarakat Ikut Test Ride Sambil Mendukung Tumbuh Kembang Anak
ALVA menjadikan kegiatan test ride sebagai wadah bagi masyarakat untuk berdonasi, di mana donasinya akan disalurkan ke Yayasan Sahabat Anak.AHY: Keputusan Cawapres ada di Tangan Anies
AHY mengaku telah mempercayakan keputusan akhir penentuan cawapres kepada Anies.Buka Bersama Nasdem dan Tokoh, JK Sebut Tak Ada Pembicaraan Politik
AHY mengatakan acara bukber DPP Nasdem merupakan silaturahmi dan temu kangen antara tokoh politik yang hadir.2 Aparat Tewas Diserang KKB Saat Amankan Salat Tarawih di Puncak Jaya
Paskapenyerangan situasi di Kabupaten Puncak Jaya dilaporkan siaga satu, seluruh aparat waspada dan mengantisipasi serangan susulan.Tag Terpopuler
Terpopuler
