Minggu, 28 Mei 2023

Anggaran Perlinsos Masih Cukup untuk Jaga Daya Beli

Tri Listiyarini
29 Jan 2023 | 22:23 WIB
BAGIKAN
Sumber: Kemenkeu.
Sumber: Kemenkeu.

JAKARTA, investor.id–Kepala Center of Macroeconomics and Finance Indef M Rizal Taufikurahman menilai, anggaran perlindungan sosial (perlinsos) sebesar Rp 476 triliun dalam APBN 2023 masih cukup untuk menjaga daya beli masyarakat sebagai kunci mencapai pertumbuhan ekonomi 5,3% tahun ini. Hanya saja, distribusi dana perlinsos harus bisa tepat waktu, tepat sasaran, dan tepat manfaat.

Di sisi lain, pemerintah hendaknya tidak membuat kebijakan yang justru bisa mengerek inflasi, seperti menaikkan tarif jalan tol, menerapkan jalan berbayar, atau menaikan harga bahan bakar minyak (BBM). “Bisa cukup kalau perlinsos itu tepat waktu, tepat sasaran, dan tepat manfaat. Dan, pemerintah jangan membuat kebijakan yang memacu inflasi yang bisa menaikkan biaya transportasi, angkut, atau logistik, ini akan memunculkan penyakit baru,” ujar Rizal saat dihubungi Investor Daily, Kamis (12/01/2023).

Rizal menjelaskan, perlinsos sesungguhnya hanyalah obat sementara. Untuk menjaga daya beli guna mengejar target pertumbuhan ekonomi maka upaya penting yang harus dilakukan adalah membelanjakan APBN secara berkualitas. Artinya, APBN harus dibelanjakan untuk program yang benar-benar mendongkrak pertumbuhan ekonomi secara langsung, di antaranya mendorong hilirisasi komoditas melalui pembangunan infrastruktur maupun memberikan fasilitas yang mempercepat hilirisasi.

Dengan melakukan hilirisasi menjadi produk turunan tiga tingkat dari produk mentah atau barang jadi sekaligus, contoh nikel, ungkap Rizal, hal ini akan meningkatkan nilai tambah. Selain itu, bisa memperbaiki daya saing dan menyerap banyak tenaga kerja. "Hal ini juga membuat fundamental ekonomi Indonesia lebih baik karena Indonesia tidak mengandalkan harga komoditas saja,” papar Rizal.

Advertisement

Selain hilirisasi, APBN bisa dibelanjakan ke sektor pertanian/pangan, apalagi tahun ini ada ancaman krisis pangan. Menjaga kinerja pertanian/pangan menjadi penting terutama untuk mengurangi komoditas impor yang bisa jadi perdagangannya terganggu karena krisis global. “Belanja juga bisa didorong untuk mengembangkan kawasan-kawasan industri dengan mengajak investor untuk masuk dengan menyediakan fasilitas dan infrastruktur yang dibutuhkan mereka,” ungkap Rizal.

Editor: Tri Listiyarini (tri_listiyarini@investor.co.id)

Dapatkan info hot pilihan seputar ekonomi, keuangan, dan pasar modal dengan bergabung di channel Telegram "Official Investor.ID". Lebih praktis, cepat, dan interaktif. Caranya klik link https://t.me/+ijaEXDjGdL1lZTE1, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca Berita Lainnya di GOOGLE NEWS

BAGIKAN

Berita Terkait


Berita Terkini


Finance 4 jam yang lalu

NPL Tinggi, BPR/BPRS Diminta Akselerasi Transformasi Digital

BPR/BPRS perlu mengakselerasi transformasi digital dalam proses bisnis, karena NPL masih tinggi.
Finance 6 jam yang lalu

 ‘Fraud’ Masih jadi Isu, Indonesia Re dan Gallagher Re Gelar Claim Forum 2023

Claim Forum 2023 untuk meningkatkan kesadaran semua pihak seperti apa proses klaim yang baik dan benar dan demi mencegah terjadinya fraud.
Business 7 jam yang lalu

KKP Jajaki Kerja Sama dengan Pemerintah Kota Fuzhou RRT

RRT termasuk pasar strategis produk perikanan Indonesia, di mana nilai ekspor tahun lalu mencapai US$1,12 miliar atau meningkat 26,29%.
Business 7 jam yang lalu

PLN Finalkan Proyek Transisi Energi Menuju NZE 2060

Dari Februari hingga Agustus 2023 JETP tengah menggodok secada detail rencana untuk pengalokasian komitmen dana sebesar US$ 20 miliar.
Lifestyle 7 jam yang lalu

LG Punya Lemari Pendingin Bercahaya Sesuai ‘Mood’

LG tempatkan sejumlah Augmented reality (AR) di beberapa lokasi tertentu pada ajang Vivid Sydney

Tag Terpopuler


Copyright © 2023 Investor.id