Anggaran Perlinsos Masih Cukup untuk Jaga Daya Beli

JAKARTA, investor.id–Kepala Center of Macroeconomics and Finance Indef M Rizal Taufikurahman menilai, anggaran perlindungan sosial (perlinsos) sebesar Rp 476 triliun dalam APBN 2023 masih cukup untuk menjaga daya beli masyarakat sebagai kunci mencapai pertumbuhan ekonomi 5,3% tahun ini. Hanya saja, distribusi dana perlinsos harus bisa tepat waktu, tepat sasaran, dan tepat manfaat.
Di sisi lain, pemerintah hendaknya tidak membuat kebijakan yang justru bisa mengerek inflasi, seperti menaikkan tarif jalan tol, menerapkan jalan berbayar, atau menaikan harga bahan bakar minyak (BBM). “Bisa cukup kalau perlinsos itu tepat waktu, tepat sasaran, dan tepat manfaat. Dan, pemerintah jangan membuat kebijakan yang memacu inflasi yang bisa menaikkan biaya transportasi, angkut, atau logistik, ini akan memunculkan penyakit baru,” ujar Rizal saat dihubungi Investor Daily, Kamis (12/01/2023).
Rizal menjelaskan, perlinsos sesungguhnya hanyalah obat sementara. Untuk menjaga daya beli guna mengejar target pertumbuhan ekonomi maka upaya penting yang harus dilakukan adalah membelanjakan APBN secara berkualitas. Artinya, APBN harus dibelanjakan untuk program yang benar-benar mendongkrak pertumbuhan ekonomi secara langsung, di antaranya mendorong hilirisasi komoditas melalui pembangunan infrastruktur maupun memberikan fasilitas yang mempercepat hilirisasi.
Dengan melakukan hilirisasi menjadi produk turunan tiga tingkat dari produk mentah atau barang jadi sekaligus, contoh nikel, ungkap Rizal, hal ini akan meningkatkan nilai tambah. Selain itu, bisa memperbaiki daya saing dan menyerap banyak tenaga kerja. "Hal ini juga membuat fundamental ekonomi Indonesia lebih baik karena Indonesia tidak mengandalkan harga komoditas saja,” papar Rizal.
Selain hilirisasi, APBN bisa dibelanjakan ke sektor pertanian/pangan, apalagi tahun ini ada ancaman krisis pangan. Menjaga kinerja pertanian/pangan menjadi penting terutama untuk mengurangi komoditas impor yang bisa jadi perdagangannya terganggu karena krisis global. “Belanja juga bisa didorong untuk mengembangkan kawasan-kawasan industri dengan mengajak investor untuk masuk dengan menyediakan fasilitas dan infrastruktur yang dibutuhkan mereka,” ungkap Rizal.
Editor: Tri Listiyarini (tri_listiyarini@investor.co.id)
Dapatkan info hot pilihan seputar ekonomi, keuangan, dan pasar modal dengan bergabung di channel Telegram "Official Investor.ID". Lebih praktis, cepat, dan interaktif. Caranya klik link https://t.me/+ijaEXDjGdL1lZTE1, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Baca Berita Lainnya di GOOGLE NEWS
Berita Terkait
Berita Terkini
BSI (BRIS) Terbitkan EBA Syariah Pertama di Indonesia
BSI (BRIS) menerbitkan Efek Beragun Aset Syariah-Surat Partisipasi (EBAS-SP), hasil sekuritisasi aset syariah pertama di Indonesia.Premier Luncurkan Proyek Hunian Hijau di Selatan Jakarta
PT Premier Qualitas Indonesia bersama anak usahanya, PT Bukit Sukses Bersama (BSB), memperkenalkan proyek hunian hijau Premier Promenade.Lanjutkan Ekspansi, SMKL Bakal Gunakan Energi Ramah Lingkungan
Terapkan praktik bisnis berkelanjutan, SMKL akan mengganti boiler yang semula menggunakan batu bara dengan energi gas agar ramah lingkungan.Anak Usaha KS Pasok Pipa Baja ke Proyek Terminal Kalibaru
Anak usaha KS, PT Krakatau Pipe Industries (KPI), melakukan pengiriman perdana pipa pancang ke proyek rancang bangun Terminal Kalibaru PTPP.Rapor ESG Bumi Resources (BUMI), Begini Hasilnya!
Bumi Resources (BUMI) menerima laporan resmi dari Bloomberg, penyedia data keuangan, terkait ESG (Environmental, Social & Government).Tag Terpopuler
Terpopuler
