Rabu, 31 Mei 2023

Ada Isyarat Konsumen Menunda Pembelian Rumah

Edo Rusyanto
2 Apr 2023 | 09:02 WIB
BAGIKAN
Ilustrasi rumah tapak siap huni, di kawasan Bogor.
Ilustrasi rumah tapak siap huni, di kawasan Bogor.

JAKARTA, investor.id – Raut wajah Budi, kita sapa saja demikian, memancarkan aura penuh harap. Pria berusia 25 tahun itu bertubi-tubi melemparkan pertanyaan kepada Investor Daily soal lokasi proyek hunian dengan harga terjangkau, di bawah Rp 500 juta. Letaknya tidak jauh dari Jakarta dan harga rumahnya ramah dengan karyawan swasta bergaji Rp5 juta per bulan.

“Saat ini saya ngontrak bang, ingin beli rumah, tapi yang harganya terjangkau dan transportasi tidak sulit, dekat dengan Jakarta,” sergah Budi, suatu siang di sudut Jakarta.

Harapan mempunyai rumah dengan harga terjangkau bisa jadi bukan hanya milik Budi. Banyak Budi-Budi lain yang ingin mempunyai rumah di sekitar Jakarta, dekat dengan tempat bekerja.

Advertisement

Menurut laporan Tren Pasar Properti Lamudi, 75% dari next generation property buyers, yakni usia usia 25 hingga 44 tahun, masih memiliki preferensi harga properti di bawah Rp 600 juta.

Berdasarkan klasifikasi tersebut, properti di bawah Rp 600 juta termasuk dalam kategori rumah harga terjangkau termasuk rumah subsidi pemerintah. Menurut catatan Kementerian Perumahan Umum dan Pekerjaan Rakyat (PUPR) rumah subsidi memiliki karakteristik harga rata-rata di bawah Rp 200 juta.

Menurut Lamudi.co.id, next generation property buyers mencakup 60% dari pencari properti daring. Selain itu, next generation property buyers biasa menentukan pilihan properti mereka berdasarkan prioritas yang berbeda.

Pembelian properti mereka ini ditentukan oleh tiga faktor yakni tingkat mobilitas, gaya hidup dan tingkat pendapatan mereka.

Next generation property buyers yang menjunjung mobilitas umumnya menghabiskan mayoritas waktunya bekerja dan memiliki orientasi karier. Sementara itu, generasi yang mengutamakan gaya hidup umumnya memilih lokasi yang nyaman dan mendukung aspirasi mereka untuk berkeluarga. Ketiga, mereka yang memiliki aspirasi investasi jangka panjang untuk mendapatkan sumber pendapatan pasif.

“Di sini agen memainkan peran penting sebagai garda terdepan adopsi teknologi pada sektor properti karena peran penting mereka sebagai penghubung antara developer dan bank kepada calon pembeli,” kata Mart Polman, chief executive officer (CEO) Lamudi.co.id dalam keterangan tertulisnya, baru-baru ini.

Isyarat Menunda

Temuan studi Rumah.com Consumer Sentiment Study H1 2023 menyebutkan bahwa dampak perekonomian global membuat konsumen menunda pembelian rumah.

Marine Novita, country manager Rumah.com, mengatakan, dampak perekonomian global dengan adanya inflasi dan kenaikan suku bunga yang mulai terasa sampai ke level rumahtangga berimbas pada rencana pembelian properti.

“Lebih dari setengah responden survei atau 53% responden mengaku akan menunda rencana pembelian rumah sampai inflasi turun. Sementara hanya 9 persen responden yang akan membatalkan rencana pembelian properti,” kata Marine dalam siaran pers.

Dia mengatakan, sebanyak 38% responden akan meneruskan rencana pembelian properti terlepas dari tingkat inflasi. Jika inflasi terus berlanjut, dari 38 responden yang akan meneruskan membeli properti, 63% di antaranya akan tetap membayar berapapun cicilan bulanan yang diperlukan, terlepas dari adanya inflasi.

“Sementara 37% responden sisanya akan mencoba mengurangi besaran cicilan bulanan,” ujarnya.

Hasil studi juga menunjukkan bahwa makin banyak responden yang menilai tingkat inflasi dan suku bunga akan naik, namun responden yang optimistis dengan apresiasi kenaikan harga properti berkurang. Sejumlah 77% responden menilai akan ada kenaikan tingkat suku bunga, naik 4% dari periode sebelumnya.

Lalu, 75% responden menilai akan ada kenaikan tingkat inflasi, juga naik 4% dari periode sebelumnya. Sementara itu, sebanyak 80% responden yang optimistis dengan apresiasi kenaikan harga properti, angka ini turun 6% dari periode sebelumnya.

Terpisah, terkait dengan hambatan penjualan residensial primer Survei Harga Properti Residensial (SHPR) Bank Indonesia (BI) triwulan IV/2022 menyatakan ada lima aspek.

Pertama, kenaikan harga bahan bangunan (24,63% dari jawaban responden). Kedua, masalah perizinan/birokrasi (14,41%) dan ketiga, suku bunga KPR (15,27%).

Lalu, keempat, proporsi uang muka yang tinggi dalam pengajuan KPR (12,01%), dan kelima, perpajakan (8,83%).

Pada triwulan IV/2022, hambatan dari faktor kenaikan harga bangunan terlihat melonjak bila dibandingkan dengan periode sama 2021. Mengutip data BI, triwulan IV/2021 hambatan itu sebesar 20,61%, kemudian melonjak menjadi 24,63% pada periode yang sama 2022.

Hal serupa terkait dengan faktor suku bunga KPR. Semula porsi hambatannya sebesar 11,92%, kini menjadi 15,27%. “Dari sisi penjualan, hasil survei mengindikasikan penjualan properti residensial di pasar primer pada triwulan IV 2022 tumbuh melambat. Penjualan properti residensial tumbuh sebesar 4,54% (year on year/yoy) pada triwulan IV 2022, lebih rendah dari 13,58% (yoy) pada triwulan III 2022,” papar Erwin Haryono, direktur eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia dalam publikasinya.

Editor: Jauhari Mahardhika (jauhari@investor.co.id)

Dapatkan info hot pilihan seputar ekonomi, keuangan, dan pasar modal dengan bergabung di channel Telegram "Official Investor.ID". Lebih praktis, cepat, dan interaktif. Caranya klik link https://t.me/+ijaEXDjGdL1lZTE1, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca Berita Lainnya di GOOGLE NEWS

BAGIKAN

Berita Terkait


Berita Terkini


Finance 25 menit yang lalu

Cetak Pendapatan US$ 20,4 M, Business Network International Lansir Chapter Magnify

Khusus di Indonesia BNI telah membuka 7 chapter dan akan menjadi 10 chapter dalam waktu dekat.
Market 27 menit yang lalu

PGAS Jadi Saham Recommended, setelah Kabar Ini Keluar

PGAS menjadi saham recommeded begitu kabar pengumuman dividen kakap tahun buku 2022 keluar.
Lifestyle 44 menit yang lalu

Formula E Kembali Digelar, DHL Jadi Mitra Logistik Resmi

Menggunakan bahan bakar bio untuk semua angkutan darat dan laut, DHL memindahkan sekitar 415-ton kargo penting di setiap balapan.
Business 45 menit yang lalu

Telkomsel Fokus Perkuat Bisnis Broadband TelkomGroup

Telkom memperoleh persetujuan pemegang saham independen atas aksi korporasi pemisahan segmen usaha (spin-off) IndiHome ke Telkomsel.
Market 2 jam yang lalu

Wah, Garuda (GIAA) Pasang Target Pendapatan Naik Lebih Tinggi

Garuda Indonesia (GIAA) bersiap ‘lepas landas’ dengan target kenaikan pendapatan yang lebih tinggi tahun ini dibandingkan tahun lalu.

Tag Terpopuler


Copyright © 2023 Investor.id