

Gedung Kementerian PPN/Bappenas. Foto: lowongankerjanew.com
Bappenas: Tidak Optimalnya Kualitas SDM Hambat Pertumbuhan Ekonomi
Arnoldus Kristianus (arnoldus.kristianus@beritasatumedia.com)
JAKARTA, investor.id - Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) menjadi salah satu kegiatan mendesak dalam kondisi pandemi Covid- 19 ini. Bila hal ini tidak dilakukan dengan tepat maka kualitas SDM akan menjadi permasalahan yang mengikat (binding constraint) untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
“Sebelum pandemi Covid- 19 kualitas SDM ini kita anggap sebagai future binding constraint tetapi kelihatannya dalam kondisi pandemi ini akan menjadi present binding constraint yang bisa menghambat pertumbuhan maupun pemulihan ekonomi Indonesia,” ucap Deputi Bidang Ekonomi Kementerian PPN/Bappenas Amalia Adininggar Widyasanti dalam peluncuran Mata Garuda Institute, Sabtu (6/2).
Amalia mengatakan dari hasil analisis tentang pertumbuhan ekonomi yang dilakukan Bappenas salah satu penghambat dari pertumbuhan ekonomi Indonesia potensial jangka menengah dan panjang adalah kualitas sumber daya manusia. Dua hal yang harus diperbaiki dalam sumber daya yaitu kualitas pendidikan rendah dan keseluruhan kondisi kesehatan yang relatif buruk.
“Dimana kalau kita bandingkan dengan negara lain pembangunan SDM Indonesia masih relatif tertinggal. Apalagi kalau kita lihat skor PISA indonesia yang relatif lebih rendah dibandingkan negara tetangga diperkirakan akan semakin menurun akibat adanya covid 19,” ucap Amalia.
Berdasarkan data World Economic Forum dimana Global Innovation Index Indonesia berada di peringkat 85 dari 31 negara. Salah satu faktor yang berpengaruh dari rendahnya global innovation index Indonesia karena rendahnya kualitas dan kuantitas riset. Semakin tinggi indeks inovasi suatu negara ini akan meningkatkan Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita dari negara tersebut.
“Inovasi menjadi satu faktor pentng untuk bisa meningkatkan kesejahteraan dan meningkatkan PDB per kapita,” ucap Amalia.
Amalia mengatakan untuk meningkatkan inovasi, harus dijalankan dengan model triple helix antara pemerintah, industri, dan akademisi. Lebih lanjut Ia mengatakan pemerintah akan memberikan fasilitas dan kunci stabilitas. Akademisi akan berperan dalam bagaimana mencari kunci kunci dan inovasi ilmu pengetahuan, sedangkan industri adalah pemicu inovasi dari sisi produksi.
“Inovasi dan pendidikan ini ternyata berkorelasi positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Salah satu faktor terpenting yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi yang tentunya adalah kualitas sumber daya manusia,” ucap Amalia.
Rektor Universitas Yarsi Fasli Jalal mengatakan pemerintah harus menambah kategori dalam program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) yaitu pendidikan. Kondisi pandemi menyebabkan dampak besar untuk dunia pendidikan yang tadinya dilakukan secara tatap muka menjadi secara virtual. Hal ini membawa dampak untuk seluruh pihak baik guru, siswa, maupun orang tua. Apalagi jaringan internet di Indonseia juga belum merata.
“Saat ini mulai ada ancaman-ancaman putus sekolah baik untuk mahasiwa di universitas maupun siswa di bangku sekolah. Pemerintah harus mengantispasi hal ini oleh karena itu dibutuhkan bantuan terdampak Covid-19 untuk kategori pendidikan,” ucap Fasli dalam kesempatan yang sama.
Ia mengatakan dalam kondisi krisis ini baru disadari masih ada 10-15% sekolah dan rumah yang tidak tersentuh listrik khususnya di kawasan Indonesia Timur. Fasli mengatakan ada sejumlah kendala dalam Pembelajaran Jarak Jauh(PJJ) melalui daring yaitu mulai dari koneksi internet, kesiapan guru, siswa, dan orang tua hingga kesiapan gawai.
“Akibatnya terjadi learning lost dan malah ditakutkan bisa menjadi lost generation karena mereka ternyata kehilangan hasil pembelajaran yang seharusnya tercapai,” ucap Fasli.
Editor : Gora Kunjana (gora_kunjana@investor.co.id)
Sumber : Investor Daily