

Bank Indonesia. Foto: BeritaSatu Photo/M Defrizal
BI Borong SBN Rp 35,72 Triliun
Triyan Pangastuti
JAKARTA, investor.id – Bank Indonesia terus mendukung pemulihan ekonomi nasional melalui pembelian surat berharga negara (SBN) yang diterbitkan pemerintah untuk pembiayaan APBN 2021. Sepanjang tahun ini hingga 4 Februari, bank sentral telah membeli SBN dari pasar perdana mencapai Rp 35,72 triliun.
“Jumlah tersebut meliputi pembelian melalui lelang utama sebesar Rp 13,11 triliun dan melalui green shoe option sebesar Rp 22,61 triliun, sehingga totalnya Rp 35,72 triliun,” tutur Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo dalam rapat kerja dengan Komisi XI DPR di Jakarta, Selasa (9/2).

Atas perkembangan tersebut, menurut Perry Warjiyo, posisi kepemilikan SBN oleh bank sentral hingga 4 Februari 2021 mencapai Rp 908 triliun. Pembelian SBN mengacu pada surat kesepakatan bersama menteri keuangan (menkeu) pada 16 April 2020. Berdasarkan surat kesepakatan yang diperpanjang hingga 31 Desember 2021 itu, BI membeli SBN berdasarkan mekanisme pasar.
Gubernur BI memastikan bakal berkoordinasi erat dengan pemerintah, terutama untuk mempercepat stimulus fiskal guna mendorong sektor riil dari sisi permintaan. “BI antara lain akan berkontribusi di sisi pembiayaan,” ujar dia.

BI, kata Perry, juga telah mempertahankan suku bunga acuan (BI 7-day Reverse Repo Rate/BI7DRR) di level 3,75% yang merupakan level terendah sepanjang sejarah. Selama pandemi, BI telah menurunkan suku bunga acuan sebanyak lima kali atau 125 bps.
“BI akan terus menempuh kebijakan suku bunga rendah dengan likuiditas longgar sampai terdapat indikasi tekanan inflasi meningkat,” tandas dia.
Perr y mengatakan, pihaknya masih memiliki ruang untuk menurunkan BI7DRR yang saat ini berada di level 3,75% dalam rangka mendorong pemulihan ekonomi.

“Masih ada ruang tentu saja kami akan melihat kemungkinannya dengan tetap menjaga stabilitas khususnya nilai tukar rupiah dan bagaimana lebih efektifnya mendorong pemulihan ekonomi,” katanya.
Ia mengatakan bahwa level suku bunga acuan saat ini merupakan yang terendah sejak tahun 2013. Pasalnya, di tahun lalu BI sudah menurunkan suku bunga acuan sebanyak 125 bps. Meski demikian, Perry menuturkan penurunan suku bunga acuan akan dilakukan dengan tetap mempertimbangan efektivitas kebijakan tersebut pada stabilitas nilai tukar rupiah, stabilitas eksternal serta dampaknya pada ekonomi nasional.
“Kami akan melihat kemungkinannya dengan tetap menjaga stabilitas khususnya stabilitas nilai tukar rupiah dan bagaimana lebih efektifnya mendorong pemulihan ekonomi,” jelasnya. (jn)

Editor : Gora Kunjana (gora_kunjana@investor.co.id)
Sumber : Investor Daily