JAKARTA, investor.id - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengungkapkan, akan terus mewaspadai perkembangan dinamika ekonomi terkini, yakni terus menguatnya dolar Amerika Serikat (AS).
Baca juga: Tak Gentar dengan Gugatan WTO, Pemerintah Tetap Jalankan Hilirisasi Bauksit
"Dolar AS sangat kuat, strong dolar. Tekanan depresiasi nilai tukar negara lain termasuk terhadap rupiah," jelas Perry dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI) 2022, Rabu (30/11/2022).
Pengatan dolar menyebabkan penarikan dana investor global dari negara emerging market dan mengalihkannya ke aset likuid karena risiko yang meningkat.
Baca juga: Pemerintah Gencar Tarik Dana Asing Masuk, tapi Pemda Justru Simpan Uang di Bank Rp 278 Triliun
Tak hanya itu, terdapat empat hal lain yang akan diwaspadai gejolak ekonomi global.
Pertama, menurunnya pertumbuhan ekonomi global, potensi resesi ekonomi di Amerika Serikat dan Eropa yang meningkat, serta inflasi yang tinggi karena harga energi dan pangan global.
Baca juga: Pelaku Industri Properti Optimistis Bisnis Tumbuh Positif Tahun Depan
"Ada juga faktor suku bunga tinggi higher for longer. Suku bunga Fed Fund Rate dapat mencapai 5% dan tetap tinggi selama 2023," ucapnya.
Sebagaimana diketahui, data Bloomberg, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS dibuka pada level Rp 15.735 per dollar AS, terapresiasi dibanding posisi penutupan sebelumnya sebesar Rp 15.743 per dollar AS.
Editor : Indah Handayani (indah.handayani26@gmail.com)
Sumber : Investor Daily
Baca berita lainnya di GOOGLE NEWS