

Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI)
Enam Kunci Pulihkan Sektor Pariwisata
Thresa Sandra Desfika (thresa.desfika@investor.co.id) ,Eva Fitriani (eva_fitriani@investor.co.id)
JAKARTA, investor.id – Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Hariyadi Sukamdani membeberkan setidaknya ada enam faktor kunci yang dapat mempercepat pemulihan sektor pariwisata Indonesia. Pertama, meningkatkan kepercayaan (confidence) masyarakat untuk kembali berwisata, salah satunya dengan penerapan protokol kesehatan.
“Dalam hal ini, industri pariwisata telah memiliki panduan protokol kesehatan berbasis Cleanliness (Kebersihan), Healthy (Kesehatan), Safety (Keamanan), dan_Environmental Sustainability (Keberlanjutan Lingkungan). Kan kami sudah mendapatkan dukungan dengan sertifikasi CHSE gratis dari pemerintah,” ujar dia dalam Webinar “Outlook Pariwisata 2021”, yang diselenggarakan Berita Satu Media Holdings (BSMH), bekerja sama dengan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dan Hotel Tentrem, Kamis (26/11/2020).

Webinar yang dimoderatori Direktur Pemberitaan BSMH Primus Dorimulu ini, juga menghadirkan pembicara Gubernur Bangka Belitung Erzaldi Rosman Djohan, Direktur Utama PT Panorama Sentrawisata Tbk Budijanto Tirtawisata, dan Direktur Layanan, Pengembangan Usaha, dan Teknologi Informasi Garuda Indonesia Ade R Susardi.
Kedua, pemberian stimulus yang efektif untuk sektor pariwisata, dan sesegera mungkin mengeksekusi belanja pemerintah.

“Di pariwisata, stimulus yang efektif baru subsidi untuk karyawan. Tapi untuk subsidi bagi korporasinya belum. Pemerintah sudah menyediakan stimulus untuk industri pariwisata berupa hibah pariwisata senilai Rp 3,3 triliun, mudah-mudahan bisa secepatnya dieksekusi untuk 101 kabupten/ kota,” terang dia.
PHRI, menurut Hariyadi, juga telah mendapatkan kepastian relaksasi utang dari OJK yang diperpanjang hingga Maret 2022.
Ketiga, lanjut Hariyadi, pembuatan program_bundling_antara penerbangan dan hotel, yang diharapkan dapat lebih menarik masyarakat untuk berwisata.
“Untuk program ini, kami telah bekerja sama dengan Indonesia National Air Carriers Association (INACA) mulai Desember nanti,” ujar dia.

Keempat, kata Hariyadi, optimalisasi big data untuk mengkonsolidasi permintaan yang tersebar di internet. Dengan demikian, industri pariwisata akan lebih mudah merespons kebutuhan masyarakat.
Kelima, lanjut Hariyadi, penghentian kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), karena banyaknya ketidakkonsistenan dalam implementasinya di lapangan.

“Karena kadang yang konyol adalah, pemerintah daerah yang tidak konsisten. Jadi yang harusnya bisa dilepas, diawasi terus. Tapi masyarakat yang harusnya dikontrol, tapi justru dibiarkan. Sebaiknya PSBB dihentikan saja, sehingga kegiatan ekonomi bisa berjalan normal,” tutur dia.
Meski PSBB dihentikan, tegas Hariyadi, industri pariwisata tetap akan memberlakukan protokol kesehatan yang ketat untuk memberikan rasa aman dan nyaman bagi wisatawan. Keenam adalah menghentikan penyebaran berita palsu (hoax) tentang Covid-19. Dengan demikian, diharapkan tidak menimbulkan keresahan lebih besar di masyarakat. (hg)
Baca juga
https://investor.id/business/2021-kunjungan-wisman-diprediksi-1314-juta
Editor : Gora Kunjana (gora_kunjana@investor.co.id)
Sumber : Investor Daily