

Bank Indonesia. Foto: BeritaSatu Photo/M Defrizal
Surplus Neraca Perdagangan September Sinyal Positif Ekonomi Domestik
Arnoldus Kristianus (arnoldus.kristianus@beritasatumedia.com)
JAKARTA, investor.id - Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Dody Budi Waluyo mengatakan surplus neraca perdagangan pada September 2020 berkontribusi positif dalam menjaga ketahanan eksternal perekonomian Indonesia. Surplus sebesar US$ 2,44 miliar meningkat signifikan dibandingkan dengan surplus pada kuartal sebelumnya sebesar US$ 2,89 miliar.
“Untuk ke depan, Bank Indonesia terus memperkuat sinergi kebijakan dengan Pemerintah dan otoritas terkait untuk meningkatkan ketahanan eksternal, termasuk prospek kinerja neraca perdagangan,” ucap Dody saat dihubungi pada Kamis (16/10) malam.

Ia mengatakan surplus terutama terjadi pada neraca nonmigas. Ekspor sejumlah komoditas antara lain besi baja, kendaraan menunjukkan kenaikan. Pada saat yang sama impor bahan baku dan barang modal juga naik seiring dengan aktivits ekonomi yang membaik.
“Pada sisi lain neraca migas masih defisit karena peningkatan impor migas,” ucapnya

Badan Pusat Statistik(BPS) mencatat nilai ekspor Indonesia September 2020 mencapai US$ 14,01 miliar atau meningkat 6,97% dibanding ekspor Agustus 2020. Sementara dibanding September 2019 menurun 0,51%. Nilai impor Indonesia September 2020 mencapai US$11,57 miliar atau naik 7,71% dibanding Agustus 2020, namun dibanding September 2019 turun 18,88%.
Impor bahan baku mengalami pertumbuhan positif 7,23% secara bulanan. Meskipun secara tahunan masih terjadi pertumbuhan negatif sebesar 18,96%. Impor bahan baku yang cukup dominan meningkat di antaranya impor gandum dari Ukraina, dan raw sugar dari Thailand. Sementara itu secara bulanan impor barang modal pada September naik tinggi 19,01%. Walaupun secara tahunan masih terjadi kontraksi 17,72%.
Secara kumpulatif nilai impor seluruh golongan penggunaan barang selama Januari–September 2020 turun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Penurunan terjadi pada golongan barang konsumsi sebesar 9,36%, bahan baku/penolong sebesar 8,86%, dan barang modal sebesar 19,83%.
Industri Menggeliat

Secara terpisah Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kemenko Perekonomian, Iskandar Simorangkir mengatakan surplus neraca perdagangan Indonesia menunjukan kinerja eksternal Indonesia yang membaik. Sebab pada bulan September ini terjadi peningkatan peningkatan ekspor untuk komoditas minyak kelapa sawit, karet, coklat dan tembaga.
“Dari sisi impor terlihat impor bahan baku dan barang modal meningkat. Ini artinya industri kita sudah mulai menggeliat,” ucap Iskandar.
Ia mengatakan kondisi surplus neraca perdagangan ini menjadi indikator positif untuk pemulihan ekonomi nasional. Diperkirakan tren tersebut terus akan berlanjut.
“Apalagi ketika di akhir tahun vaksin mulai disuntikkan,” imbuh Iskandar.

Direktur Riset Center of Reforms on Economics (CORE) Indonesia, Piter Abdullah Redjalam mengatakan surplus neraca perdagangan di bulan September ini menunjukan bahwa perekonomian domestik tetap bisa bertahan di tengah kondisi pandemi Covid-19. Surplus dalam lima bulan berturut turut neraca perdagangan menjadi kabar baik.. meskipun penyebabnya berbeda dari bulan ke bulan.
“Saya kira ini akan membantu memperbaiki transaksi berjalan sekaligus mensupport stabilitas nilai tukar rupiah,” ucap Piter.
Adapun surplus bulan September disebabkan pertumbuhan ekspor yang lebih besar daripada pertumbuhan impor. Ekspor dan impor berada pada tren pertumbuhan positif. Tetapi secara nominal ekspor lebih tinggi daripada impor.
“Selama pandemi masih berlangsung dan membatasi aktivitas industri. Ada peluang neraca perdagangan tetap surplus,” ucapnya.
Ia mengatakan kenaikan jumlah ekspor karena kenaikan harga komoditas utamanya minyak kelapa sawit, ditengah mulai membaiknya permintaan global. Perekonomian negara mitra dagang utama Indonesia yaitu Tiongkok juga mulai pulih.
“Sementara pertumbuhan impor didorong oleh mulai menggeliatnya industri ketika PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) dilonggarkan,” ucap Piter.

Ekonom PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Dendi Ramdani mengatakan surplus neraca perdagangan bulan September terjadi karena impor yang terkontraksi 18,9% yoy sementara ekspor tumbuh negatif 0,5%. Tetapi surplus neraca perdagangan ini menunjukan memang bahwa perekonomian nasional ke depan masih akan terkontraksi. Sebab secara tahunan penurunan impor bahan baku dan barang modal yang masing masing menurun sebesar 18,9% dan 17,72%%.
“Impor bahan baku dan barang modal adalah proxy aktivitas ekonomi satu sampai dua kuartal ke depan apakah kontraktif atau ekspansif,” ucapnya.
Editor : Gora Kunjana (gora_kunjana@investor.co.id)
Sumber : Investor Daily