JAKARTA, investor.id - Harga kontrak Crude Palm Oil (CPO) di Bursa Malaysia Derivatives ditutup melemah pada perdagangan Kamis (4/8/2022). Hal ini terjadi karena tren bearish masih menghantui mengingat adanya sejumlah sentimen negatif. Salah satunya keputusan pemerintah Indonesia yang meningkatkan ketentuan rasio kuota ekspor menjadi sembilan kali lipat, dari sebelumnya tujuh kali lipat.
Berdasarkan data Bursa Malaysia Derivatives pada penutupan Kamis (4/8/2022), kontrak berjangka CPO untuk pengiriman Agustus 2022 melemah 45 Ringgit Malaysia menjadi 3.940 Ringgit Malaysia per ton. Kontrak pengiriman September 2022 terkoreksi 32 Ringgit Malaysia menjadi 3.854 Ringgit Malaysia per ton.
Sementara itu, kontrak pengiriman Oktober 2022 turun 43 Ringgit Malaysia menjadi 3.821 Ringgit Malaysia per ton. Kontrak pengiriman November 2022 jatuh 57 Ringgit Malaysia menjadi 3.826 Ringgit Malaysia per ton.
Baca juga: Volume dan Harga Ekspor CPO Turun, Penerimaan BPDPKS Diproyeksi Hanya Rp 40 Triliun
Serta, kontrak pengiriman Desember 2022 anjlok 71 Ringgit Malaysia menjadi 3.860 Ringgit Malaysia per ton. Kontrak pengiriman Januari 2023 turun 78 Ringgit Malaysia menjadi 3.918 Ringgit Malaysia per ton.
Research & Development ICDX Girta Yoga mengatakan, pergerakan harga CPO cenderung masih berada pada tren bearish. Sentimen utamanya dipengaruhi dari keputusan pemerintah Indonesia yang meningkatkan ketentuan rasio kuota ekspor menjadi 9 kali lipat, dari sebelumnya 7 kali lipat. Selain itu juga ditambah dengan keputusan menurunkan harga referensi CPO untuk periode 1-15 Agustus.
“Kedua katalis ini berpotensi memicu peningkatan ekspor CPO Indonesia, yang sekaligus membuat pasokan di pasar global menjadi berlebih, sehingga berdampak negatif terhadap pergerakan harga CPO,” ungkap Yoga kepada Investor Daily, Kamis (4/8/2022).
Baca juga: Akhiri Penurunan Dua Hari Berturut-turut, Harga CPO Menguat
Menjelang akhir pekan ini, Yoga mengatakan dengan mempertimbangkan katalis yang ada di pasar saat ini, baik dari pasar CPO maupun pasar minyak nabati, dimana keduanya cenderung masih berdampak negatif terhadap harga, maka harga CPO pekan depan masih berpotensi bertahan bearish.
Yoga menyebut, jelang akhir pekan, sentimen yang diperhatikan dari Indonesia antara lain keputusan harga referensi CPO Indonesia untuk periode paruh kedua Agustus, kebijakan kuota ekspor serta perkembangan program biodiesel B40. Sementara dari Malaysia antara lain rilisnya data ekspor CPO dan perkembangan situasi tenaga kerja.
“Harga CPO jelang akhir pekan ini berpotensi menemui level resistance terdekat di harga 4.250 Ringgit Malaysia per ton. Untuk level support terdekat di harga 3.500 Ringgit Malaysia per ton,” tutup Yoga.
Editor : Indah Handayani (indah.handayani26@gmail.com)
Sumber : Investor Daily
Berita Terkait