Kamis, 23 Maret 2023

Tumbuh di Atas Industri, Mitratel (MTEL) Makin Mendominasi Bisnis Menara

Indah Handayani
19 Mar 2023 | 15:03 WIB
BAGIKAN
PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) atau Mitratel. Foto: Perseroan.
PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) atau Mitratel. Foto: Perseroan.

GIANYAR, investor.id - PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) atau Mitratel mencatatkan pertumbuhan pendapatan 2022 sebesar 12,5%. Angka itu merupakan di atas rata-rata industri yang sebesar 4-5% setiap tahunnya. Berkat fundamental keuangan hingga serangkaian akuisisi Menara dan fiber optik pada tahun lalu. Pada 2023, perseroan membidik pertumbuhan 11% dan makin mendominasi bisnis menara.

Direktur Utama Mitratel Theodorus Ardi Hartoko menjelaskan, Mitratel berhasil melewati tahun 2022 dengan fundamental keuangan yang tetap kuat. Tercatat pendapatan tumbuh 12,5%, EBITDA 18,5% dan laba bersih tumbuh sebesar 29,3% serta mencatatkan laba bersih Rp 1,79 triliun. “Dengan adanya kepemilikan aset menara terbesar di Asia Tenggara, kami optimistis dapat terus menjaga pertumbuhan kinerja yang kuat di tengah tantangan perekonomian global yang dinamis,” jelas dalam Focus Group Discussion (FGD) dengan media, di Bali, baru-baru ini.

Teddy menambahkan, Mitratel juga memiliki eksposur utang yang rendah, terlihat dari rasio debt to equity yang hanya 0,45 kali. Hal ini membuat perseroan terhindari dari beban bunga dan risiko pinjaman yang tinggi di tengah kondisi perekonomian yang sedang mengalami tren kenaikan suku bunga rupiah dan dolar AS. Apalagi, lanjut Teddy, seluruh utang pada tahun buku 2022 merupakan pinjaman bersih tanpa agunan, dengan rata-rata maturitas (jatuh tempo) 5,5 tahun.

Advertisement

Teddy memaparkan, dampak dari aksi akuisisi, telah berhasil menambah penguasaan aset menara Mitratel menjadi 35.418 unit, yang mana hal ini juga berdampak terhadap peningkatan porsi dari penyewaan menara (tower leasing) dari 79% atau Rp 5,4 triliun menjadi 82% atau setara Rp 6,37 triliun dengan EBITDA margin 85%. “Selama tahun lalu, Mitratel telah menempuh strategi pertumbuhan organik dan inorganic,” tambahnya.

Menurut Teddy, pertumbuhan organik dilakukan dengan menambah 6 ribu aset menara (2 ribu diantaranya menghasilkan pendapatan kolokasi) membangun produk baru berupa jaringan fiber to tower sepanjang 10 ribu Km, senilai Rp 2,9 triliun. Sementara itu, pertumbuhan inorganik dilakukan dengan mengakuisisi lebih dari 6 ribu aset menara dan fiber optik ( 6K km karena telah berhasil diakuisisi) dengan total investasi Rp 9,3 triliun. Adapun pendanaan tersebut bersumber dari penggalangan dana IPO oleh Mitratel di tahun 2021.

Tumbuh di Atas Industri, Mitratel (MTEL) Makin Mendominasi Bisnis Menara
Direktur Utama Mitratel, Theodorus Ardi Hartoko. (Foto: Perseroan)

Sementara itu, Teddy yang belum lama ini terpilih menjadi Ketua Asosiasi Pengembangan Infrastruktur Menara Telekomunikasi (ASPIMTEL) mengatakan, secara industri, bisnis menara di Indonesia masih memiliki ruang pertumbuhan yang tinggi. Hal ini didasari beberapa faktor seperti rasio densitas menara terhadap penduduk yang masih sangat rendah dan penetrasi 5G yang akan mencapai 27% pada tahun 2025 akan mendorong penguatan kebutuhan jaringan fiber optik.

“Kami juga melihat potensi pertumbuhan yang tinggi akan datang dari para operator selular seiring kebutuhan ekspansi mereka ke luar Pulau Jawa,” jelas Teddy.

Teddy menambahkan, selama tahun lalu Mitratel berhasil menerima pesanan jaringan fiber optik sepanjang 25 ribu Km atau setara 30% dari total fiber rollout MNO. Dengan tambahan akuisisi 6 ribu KM jaringan FO, saat ini Mitratel telah memiliki aset jaringan fiber optik sepanjang 16.641 Km dan akan terus dibangun dan diperluas.

Strategi 2023

Untuk tahun ini, Teddy memaparkan, fokus utama adalah memonetisasi aset menara untuk menambah tenant yang terus dilakukan guna meningkatkan pertumbuhan bisnis yang tinggi di atas rata-rata industri. Fokus kedua adalah menjaga dominasi atas pemenuhan rollout MNO dan penyediaan bisnis pendukung lainnya. “Sehingga menjadi pemimpin pasar yang kuat serta fokus terakhir adalah melakukan proses transformasi digital melalui peningkatan infrastruktur digital, perampungan aplikasi inti dan pengembangan sistem keamanan,” tambahnya.

Teddy menjelaskan, pertumbuhan pendapatan pada tahun ini ditargetkan tumbuh sebesar 11%, jauh lebih tinggi dari industri yang diperkirakan tumbuh sekitar 4%. Selain itu, Mitratel juga tetap menjalankan strategi pertumbuhan bisnis organik dan inorganik berupa penambahan 4 ribu tenant dan mengakuisisi 1,5 ribu aset menara serta membangun jaringan fiber optik sepanjang 13 ribu Km dengan total belanja modal dianggarkan sekitar Rp 7 triliun.

Editor: Indah Handayani (indah.handayani26@gmail.com)

Baca Berita Lainnya di GOOGLE NEWS

BAGIKAN

Berita Terkait


Berita Terkini


Finance 14 menit yang lalu

Ekonom Proyeksi BI Pertahankan Suku Bunga 5,75% Sepanjang 2023

Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman memproyeksi Bank Indonesia (BI) akan mempertahankan suku bunga acuan (BI7DRR) sebesar 5,75% tahun ini.
Business 1 jam yang lalu

Riset Snapcart: Gratis Ongkir Jadi Daya Tarik Konsumen untuk Belanja Online

Penawaran menarik khususnya gratis ongkir sepertinya akan selalu menjadi salah satu kunci daya tarik utama
International 2 jam yang lalu

Bank Sentral Swiss Naikkan Suku Bunga 50 bps di Tengah Kekacauan

Bank sentral Swiss (Swiss National Bank/ SNB) menaikkan suku bunga acuannya sebesar 50 basis poin (bps) pada Kamis (23/3).
Market 2 jam yang lalu

Kekayaan Lim Hariyanto Pemilik Harita Melonjak, Geser Posisi 12 Konglomerat!

Kekayaan Lim Hariyanto Wijaya Sarwono, pemilik Grup Harita, tiba-tiba melonjak. Bahkan mengalahkan 12 atau selusin konglomerat.
Business 2 jam yang lalu

Ini Bukti Komitmen Ekonomi Berkelanjutan GRP

PT Gunung Raja Paksi (GRP) berkomitmen penuh menerapkan prinsip environment, social, and governance (ESG) dalam menjalankan roda perusahaan.
Copyright © 2023 Investor.id