Asing Alihkan Dana ke SBN

Ancaman resesi global dan penaikan suku bunga mendorong investor asing memindahkan dana ke instrumen yang berisiko kecil, namun masih memberi return lumayan. Pilihan menarik adalah Surat Berharga Negara RI, yang relatif bebas risiko (risk free). Apalagi, ekonomi Indonesia diprediksi melaju tahun depan.
Di tengah prediksi perfect storm melanda dunia pada 2023, pertumbuhan ekonomi nasional diproyeksikan bisa mencapai 5,3%. Angka tersebut bahkan lebih baik dari tahun ini yang diperkirakan 5,2%, atau mulai pulih ke laju pertumbuhan normal berkat booming harga komoditas energi, pangan, dan mineral yang menjadi andalan Indonesia. Selain itu, konsumsi dalam negeri yang menjadi penyumbang utama produk domestik bruto (PDB) diprediksi masih kuat.
Saat diterjang pandemi Covid-19 tahun 2020, Indonesia sempat resesi dengan kontraksi ekonomi tercatat 2,07%. Namun, tahun berikutnya mulai membaik, tumbuh 3,69%, seiring dengan vaksinasi anti-Covid-19 serta kebijakan pemerintah memainkan ‘rem dan gas’ yang memungkinkan roda ekonomi bergerak kembali.
Dari data Kemenkeu terlihat, investor asing tercatat melakukan switching dari investasi saham ke SBN sejak November lalu. Sebelumnya, dalam sepuluh bulan pertama tahun ini, dana asing masif keluar dari surat utang negara hingga Rp 178,09 triliun, yang berakibat makin menekan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Sebaliknya, capital inflow menderas ke instrumen saham di bursa domestik pada periode sama, menembus Rp 80,8 triliun.
Bila pada September, capital outflow dari obligasi negara mencapai Rp 29,25 triliun, pada Oktober mulai menipis ke Rp 17,03 triliun. Berikutnya, pada November, berbalik arah dana asing mengalir masuk senilai Rp 23,7 triliun dan capital inflow berlanjut Desember ini, mencapai Rp 20,54 triliun menurut catatan Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR).
Hal sebaliknya terjadi di pasar saham dalam negeri, net buy asing merosot dari Rp 11,28 triliun Oktober lalu menjadi tinggal Rp 0,74 triliun bulan berikutnya. Memasuki bulan ini, asing mencatatkan net sell sekitar Rp 17,99 triliun di Bursa Efek Indonesia (BEI) hingga tanggal 28, berdasarkan data RTI.
Menjelang akhir tahun 2022, investor asing beralih membeli SBN RI, karena yield-nya tinggi sementara fundamental ekonomi Indonesia masih solid. Imbal hasil SBN tenor 10 tahun mencapai 6,9%, seiring dengan agresifnya Bank Sentral Amerika Serikat -- The Federal Reserve (The Fed) -- menaikkan bunga acuannya, yang direspons Bank Indonesia (BI) dengan menaikkan pula BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR).
The Fed masih akan menaikkan Fed funds rate tahun depan dan akan bertahan tinggi dalam waktu yang lama. Pada pertemuan FOMC 14 Desember lalu, suku bunga acuan di negara dengan perekonomian terbesar di dunia itu dikerek lagi sebesar 50 bps, menjadi 4,25-4,50% atau tertinggi dalam 15 tahun terakhir. BI pun merespons dengan menaikkan lagi BI7DRR sebesar 25 bps, ke 5,50%:
Selain karena masih tingginya yield SBN, perpindahan investasi asing dari saham ke bond negara juga lantaran resesi global tahun depan dikhawatirkan menurunkan permintaan ekspor dan harga komoditas yang menjadi andalan ekonomi nasional. Hal ini tentunya berisiko menurunkan kinerja laba emiten sektor komoditas yang cukup signifikan kontribusinya di BEI. Selain itu, tingginya suku bunga juga membebani emiten sektor teknologi lantaran pendanaannya makin mahal.
Kekhawatiran itu menekan indeks harga saham gabungan (IHSG) di BEI, hingga terpuruk jauh di bawah level psikologis 7.000, sementara para investor juga sudah mulai libur akhir tahun. Di sisi lain, pembukaan kembali ekonomi Tiongkok -- setelah aksi demo meluas memprotes kebijakan lockdown -- membuat investor asing melakukan rebalancing portofolio.
Kendati demikian, fenomena switching dana asing dari saham ke SBN ini menunjukkan investasi di Indonesia masih menarik, mengingat RI merupakan salah satu dari sedikit negara yang ekonominya justru tumbuh bagus di tengah ancaman ‘perfect storm’ global. Selain itu, inflasi kita masih terkendali seiring harga-harga pangan yang tidak terlalu bergejolak, plus kondisi politik kita cukup stabil.
Artinya, bila kondisi perekonomian kita bisa dibuktikan makin baik tahun depan, maka terbuka peluang pula dana asing akan kembali mengalir masuk ke saham. Apalagi, indeks keyakinan konsumen kita masih di level optimistis, manufaktur tetap ekspansi, dan inflasi sudah mulai melandai pascapenaikan harga BBM bersubsidi September lalu.
Apalagi, banyak saham big cap unggulan di BEI yang mengandalkan pasar dalam negeri dengan konsumsi masih kuat, selain prospek ekonomi digital kian mengkilap. Indonesia juga serius melakukan hilirisasi dan industrialisasi, plus digencarkannya pembangunan infrastruktur dan proyek ibu kota negara (IKN) baru.
Selain itu, harga-harga saham di berbagai sektor prospektif juga sudah sangat murah. Artinya, terbuka peluang besar kita akan menyongsong January effect, fenomena kenaikan harga-harga saham pada awal tahun baru, saat fund manager kembali aktif berbelanja. Apalagi, keberhasilan pemerintah RI mengatasi pandemi kemungkinan segera diikuti dengan pengubahan status pandemi ke endemi, yang menjadi katalis positif untuk kebangkitan ekonomi dan bursa Indonesia.
Editor: Ester Nuky (esther@investor.co.id)
Baca Berita Lainnya di GOOGLE NEWS
Berita Terkini
Startup Aruna Bagikan Kartu Kusuka kepada Nelayan Binaan di Kaltim
Kusuka adalah salah satu program KKP yang bekerjasama dengan bank BRI, sehingga Kusuka tersebut berbentuk kartu ATMMBM Gelar IPO Kakap, Target Dana Rp 9,6 Triliun
PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBM/MBMA), anak usaha MDKA, akan menggelar IPO saham dengan target dana Rp 9,6 triliun.Laba Bersih Indika (INDY) Terbang 684%
Indika (INDY) mencatatkan laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk US$ 452,67 juta pada 2022.Genesys Luncurkan Satelit untuk Melayani Jakarta, Hong Kong, dan Paris
Peluncuran satelit tersebut dapat membantu berbagai bisnis, terutama industri asuransi, perbankan, dan pemerintahan.Tegas! Pernyataan Jokowi soal Timnas Israel di Piala Dunia U-20
Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan pernyataan tegas soal keikutsertaan tim nasional Israel dalam Piala Dunia U-20.Tag Terpopuler
Terpopuler
