Sementara itu, Direktur Megaproject Pengolahan dan Petrokimia PT Pertamina Rachmat Hardadi belum lama ini mengungkapkan, Pertamina telah memiliki roadmap megaproyek kilang hingga 2025. Hal ini sesuai dengan RJPP, Pertamina Berkomitmen untuk Mandiri Berdaulat Energi (BBM) Maksimum pada Tahun 2025, melalui pembangunan kilang BBM.
Pada 2025 Pertamina menargetkan produksi kilang Pertamina mencapai 2 juta barel per hari (bph). Saat ini kapasitas produksi kilang Pertamina 900 bph, sementara kebutuhan mencapai 1,6 juta bph, sehingga sekitar 45% kebutuhan BBM dalam negeri harus dipenuhi dengan impor.
Dia mengaku bahwa membangun kilang memang tidak mudah, selain dibutuhkan teknologi, juga dana yang tidak sedikit. Setidaknya dibutuhkan waktu 7-7,5 tahun untuk membangun sebuah kilang, mulai dari persiapan hingga terbangun, dengan asumsi semua berjalan sesuai rencana, tidak ada kendala misalnya dalam hal pembebasan lahan.
Dalam membangun kilang, Pertamina juga menggandeng investor asing. Untuk proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) Cilacap misalnya, Pertamina telah menyepakati Head of Agreement (HoA) dengan Saudi Aramco pada 26 November 2015 dan rencananya tahun ini Pertamina dan Saudi Aramco akan membentuk Joint Venture (JV).
Sementara untuk proyek Grass Root Refinery (GRR) Tuban, Pertamina menyepakati kerja sama dengan perusahaan migas asal Rusia, Rosneft. Dua perusahaan tersebut menyepakati kucuran modal awal sebesar US$ 400 juta (Rp 5,22 triliun) untuk membentuk perusahaan patungan (joint venture). Proyek itu ditargetkan rampung pada 2021. (bersambung)
Baca selanjutnya di http://id.beritasatu.com/home/permen-kilang-atur-partisipasi-swasta/152924
Editor : Gora Kunjana (gora_kunjana@investor.co.id)