Sejak 2009, SMF Terbitkan Surat Utang Senilai Rp 50,4 Triliun

BANYUWANGI, investor.id – Manajemen PT Sarana Multigriya Finansial (Persero) atau SMF, menyampaikan telah menerbitkan surat utang sebanyak 51 kali dengan total Rp 50,4 triliun, terhitung sejak 2009 hingga akhir September 2022.
Rinciannya, terdiri dari 38 kali penerbitan obligasi dan sukuk mudharabah yang ditawarkan secara umum senilai Rp 45,63 triliun, lalu 12 kali dalam bentuk medium term notes yang ditawarkan terbatas sebesar Rp 4,67 triliun, dan satu kali penerbitan surat berharga komersial sebesar Rp 120 miliar.
“Penerbitan obligasi tersebut merupakan bagian dari upaya perseroan dalam memenuhi perannya sebagai penyedia likuiditas jangka panjang bagi penyalur KPR (kredit pemilikan rumah). Hal ini merupakan bagian dari komitmen SMF untuk mendukung ketersediaan hunian yang layak dan terjangkau bagi masyarakat Indonesia,” ungkap Direktur Utama SMF Ananta Wiyogo di Banyuwangi, Jumat (4/11/2022).
Pada kuartal III-2022, perseroan telah merealisasikan penerbitan surat utang melalui Penawaran Umum Obligasi (PUB) Berkelanjutan VI Tahap III Tahun 2022 dengan tingkat bunga tetap, sebesar Rp 3 triliun.
Obligasi tadi merupakan bagian dari Obligasi Berkelanjutan VI SMF dengan nilai target dana yang akan dihimpun sebesar Rp 17 triliun.
Adapun terkait transaksi sekuritisasi, sejak 2009 sampai kuartal III-2022, SMF telah berhasil memfasilitasi 14 kali transaksi sekuritisasi, dengan total nilai akumulatif sebesar Rp12,79 triliun.
Disampaikan juga, saat instrumen investasi lain tertekan di tengah wabah pandemi, Efek Beragun Aset berbentuk Surat Partisipasi (EBA-SP) yang diterbitkan SMF justru berhasil mempertahankan peringkat idAAA. Menurut Ananta, kondisi tersebut mencerminkan struktur EBA-SP yang diterbitkan SMF, solid.
Pada kesempatan yang sama, Chief of Economist SMF, Martin Daniel Siyaranamual menceritakan beberapa tantangan yang dihadapi perseroan tahun ini. Salah satunya kenaikan tingkat suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR). Hal ini didorong tingkat inflasi yang masih di atas target BI dan tekanan nilai tukar akibat pengetatan uang beredar oleh The Fed.
Martin menjelaskan, kenaikan tingkat suku bunga acuan tersebut akan berdampak pada kenaikan imbal hasil surat utang negara, yang merupakan patokan bagi cost of fund SMF. Dengan kata lain, cost of fund perseroan akan ikut naik ketika suku bunga acuan mengalami kenaikan.
“Lebih lanjut, kebijakan moneter kontraktif Bank Indonesia juga dapat menghambat kinerja intermediasi perbankan, yang pada akhirnya berpengaruh terhadap kinerja penyaluran pinjaman perseroan,” ujar dia.
Editor: Mashud Toarik (mashud_toarik@investor.co.id)
Baca Berita Lainnya di GOOGLE NEWS
Berita Terkait
Berita Terkini
Startup Aruna Bagikan Kartu Kusuka kepada Nelayan Binaan di Kaltim
Kusuka adalah salah satu program KKP yang bekerjasama dengan bank BRI, sehingga Kusuka tersebut berbentuk kartu ATMMBM Gelar IPO Kakap, Target Dana Rp 9,6 Triliun
PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBM/MBMA), anak usaha MDKA, akan menggelar IPO saham dengan target dana Rp 9,6 triliun.Laba Bersih Indika (INDY) Terbang 684%
Indika (INDY) mencatatkan laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk US$ 452,67 juta pada 2022.Genesys Luncurkan Satelit untuk Melayani Jakarta, Hong Kong, dan Paris
Peluncuran satelit tersebut dapat membantu berbagai bisnis, terutama industri asuransi, perbankan, dan pemerintahan.Tegas! Pernyataan Jokowi soal Timnas Israel di Piala Dunia U-20
Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan pernyataan tegas soal keikutsertaan tim nasional Israel dalam Piala Dunia U-20.Tag Terpopuler
Terpopuler
