Profitabilitas Meningkat, Bank Sumut 'Pamer' Margin Bunga 6,84%

JAKARTA, investor.id - PT Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara Tbk (Bank Sumut), menyampaikan, berhasil mencatat net interest margin (NIM) atau margin bunga bersih margin bunga bersih sebesar 6,84% pada triwulan III-2022, naik dari 6,73% pada periode sama tahun 2021.
Plt Direktur Utama Bank Sumut Hadi Sucipto, mengatakan, NIM yang diperoleh, di atas rata-rata bank daerah, bank BUMN, dan bahkan bank umum swasta nasional. Berdasarkan Laporan Profil Industri Perbankan yang dirilis Otoritas Jasa Keuangan (OJK), secara industri, BPD mencatatkan NIM 5,8% per September 2022, naik dibandingkan dengan September 2021 yang mencapai 5,74%.
Sementara itu, rata-rata NIM bank BUMN dan bank umum swasta nasional masing-masing sebesar 5,52% dan 4,29%. Margin bunga bersih atau NIM adalah pembagian antara pendapatan bank dari bunga dengan bunga yang diberikan kepada nasabah. NIM menjadi salah satu ukuran utama tingkat profitabilitas perbankan.
Pada saat yang sama, Bank Sumut juga terus mendorong efisiensi dalam operasional, di mana tingkat biaya operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) pada triwulan III-2022 sebesar 75,19%, lebih baik dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 77,23%.
OJK, dalam Statistik Perbankan Indonesia, mencatat per Agustus 2022, tingkat BOPO bank umum swasta nasional sebesar 76,69%, lebih baik dibandingkan dengan bulan sebelumnya 77,34%. Adapun, tingkat BOPO Bank Pembangunan Daerah (BPD) konvensional tercatat sebesar 75,42 persen, malah sedikit memburuk dibandingkan dengan bulan sebelumnya sebesar 75,38%.
Bank Sumut sendiri mencatatkan pendapatan bunga dan bagi hasil syariah sebesar Rp2,39 triliun per 30 September 2022, naik Rp6,68 miliar atau 0,28% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Sebagai informasi, pada tahun 2021, perseroan membukukan pendapatan bunga dan bagi hasil syariah total sebesar Rp3,20 triliun.
Sementara itu beban bunga dan bagi hasil dana Syirkah temporer per 30 September 2022 sebesar Rp566,23 miliar, turun dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp743,61 miliar.
Untuk itu, Bank Sumut berhasil mencatatkan kenaikan pendapatan bunga dan pendapatan syariah bersih menjadi Rp1,84 triliun per 30 September 2022, dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp1,65 triliun. Berdasarkan kinerja penghimpunan dana, Bank Sumut mengantongi dana pihak ketiga (DPK) sebesar Rp33,38 triliun hingga September 2022, naik 1,11% (yoy) dari sebelumnya Rp33,01 triliun.
"Bank Sumut akan terus berekspansi untuk meningkatkan kinerjanya, salah satunya dengan melakukan penawaran umum saham perdana atau IPO. Dana IPO itu nati akan digunakan untuk modal kerja, salah satunya dengan ekspansi penyaluran kredit serta meningkatkan infrastruktur teknologi kita. Yang paling penting lagi, dengan IPO, proses bisnis akan makin baik,” ujar Hadi Sucipto, Rabu (18/1/2023).
Sesuai prospektus, bank daerah milik Provinsi Sumatra Utara ini telah menggelar penawaran awal atau bookbuilding sebanyak-banyaknya 2.934.798.300 saham (mewakili 23% dari total saham Bank Sumut usai IPO) mulai Kamis (5/1/2023) hingga Rabu (18/1/2023).
Dengan nilai nominal Rp250 per saham, Bank Sumut, BPD pertama di luar Pulau Jawa yang akan segera melantai di Bursa Efek Indonesia, mematok harga penawaran pada rentang harga Rp350 hingga Rp510 per saham sehingga perseroan berpotensi meraup dana Rp1,02 triliun hingga maksimal Rp1,49 triliun.
Hingga September 2022, Bank Sumut berhasil membukukan laba bersih Rp520,57 miliar, tumbuh 17,44% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya Rp443,29 miliar. Secara tahunan, laba bersih Bank Sumut juga cukup solid, kecuali pada 2020 akibat pandemi Covid-19. Pada 2019, laba bersih Bank Sumut tercatat sebesar Rp544,75 miliar, lalu turun menjadi Rp514 miliar pada 2020 dan kembali naik menjadi Rp613,60 miliar pada 2021.
Dari sisi profitabilitas, return on equity (ROE) atau tingkat pengembalian ekuitas Bank Sumut pada triwulan III-2022 sebesar 17,38%, lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya 16,10 persen. Sementara itu, return on asset (ROA) atau tingkat pengembalian aset sebesar 2,17 persen, lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya 2,06%.
Editor: Mashud Toarik (mashud_toarik@investor.co.id)
Baca Berita Lainnya di GOOGLE NEWS
Berita Terkait
Berita Terkini
Mulai Bayar Utang, Waskita Precast (WSBP) Sehat?
Waskita Beton Precast (WSBP) menyelesaikan kewajiban pembayaran tahap pertama. WSBP sudah sehat?Menkeu dan Gubernur Bank Sentral Asean Akan Bahas Cryptocurrency
Pembahasan cryptocurrency bisa dilakukan secara paralel dengan dengan isu ekonomi digital.Kerja Sama Budaya Perkuat Kerja Sama Ekonomi RI-RRT
Hubungan people to people movement akan membuat hubungan Indonesia dan Tiongkok negara berkelanjutan.WEHA Balikkan Rugi Jadi Untung Rp 19,9 Miliar
WEHA Transportasi Indonesia (WEHA) mampu membalikkan rugi menjadi untung Rp 19,9 miliar pada 2022.Kurangi Ketergantungan terhadap Dolar AS, RI Dorong Asean Jalankan LCT
Penggunaan metode local currency transaction (LCT) akan memiliki jangkauan yang lebih luas.Tag Terpopuler
Terpopuler
