JAKARTA, investor.id – Bank Indonesia (BI) tengah merancang konsep mata uang digital bank sentral (Central Bank Digital Currency/ CBDC), atau rupiah digital. Kehadiran mata uang digital diyakini akan mendorong efisiensi sistem keuangan Indonesia, sehingga diharapkan dapat cepat terealisasi.
Saat ini BI telah meluncurkan white paper CBDC yang diberi nama Proyek Garuda. Selanjutnya, pada semester pertama tahun ini akan dikeluarkan consultative paper untuk mengakomodasi masukan-masukan dari para pemangku kepentingan.
Setidaknya ada tiga alasan mengapa BI mengeluarkan mata uang digital. Pertama, BI adalah satu-satunya lembaga yang berwenang mengeluarkan mata uang rupiah, termasuk rupiah digital.
Kedua, karena tugas BI ingin melayani masyarakat. Sesuai dengan perkembangan teknologi informasi, saat ini masyarakat tidak hanya membutuhkan alat pembayaran dalam wujud uang fisik maupun berbentuk kartu, tetapi sejumlah kalangan, terutama generasi muda, sudah mulai melirik mata uang digital untuk transaksi.
Ketiga, pengembangan rupiah digital diharapkan dapat mempererat kerja sama dengan lembaga-lembaga internasional.
Direktur Eksekutif Intellectual Business Community Bayu Prawira Hie mengapresiasi Proyek Garuda yang dikembangkan BI.
“Rencana itu bagus, dengan mata uang digital bisa mengurangi biaya cetak uang kartal, dan ini bermuara pada efisiensi. Selain itu untuk keperluan tracking (pelacakan) sehingga mempermudah supervisi atau pengawasan oleh negara,” ungkap Bayu dalam Executive Networking Session bertema "Innovation for the Integration of the Digital Economy and Finance" yang diselenggarakan Flip for Business dan B-Universe di Jakarta, Rabu (18/1/2023).
Bayu menilai, dengan hadirnya rupiah digital, dengan sendirinya isu redenominasi (pemecahan nilai mata uang) tidak diperlukan lagi. Sebab, untuk redenominasi akan mengeluarkan biaya yang besar lagi.
Flip sebagai perusahaan penyedia jasa transfer uang berbasis teknologi di Indonesia, juga mendukung inisiatif BI terkait mata uang digital tersebut. Hal ini disampaikan VP Enterprise Growth & Business Development Flip for Business Henri Halim.
“Kami dukung kebijakan BI untuk efisiensi sistem keuangan Indonesia. Apabila dikemudian hari BI butuh pihak ketiga untuk menjalankan kebijakannya, kami dari Flip siap mendukung," kata Henri.
Saat ini Flip for Business telah memiliki ratusan klien dan akan terus bertambah. Dari sisi fitur dan produk juga akan dikembangkan. Para pelaku usaha dan perusahaan dapat melakukan transfer ke ribuan rekening sekaligus secara real time dan otomatis sehingga transaksi bisnis menjadi lebih efisien. Flip for Business juga memudahkan pelaku usaha dan perusahaan untuk melakukan transaksi bisnis ke lebih dari 50 negara.
Sementara itu, Direktur Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran Bank Indonesia (BI) Fitria Irmi Triswati mengatakan, white paper Proyek Garuda telah dirilis. Dengan dipublikasikannya white paper tersebut, BI berharap ada masukan dari para pemangku kepentingan, seperti industri sistem pembayaran hingga masyarakat.
“Kami masih menunggu masukan, karena tantangan digitalisasi luar biasa berat, sehingga perlu kolaborasi dengan industri untuk kebijakan ke depan,” imbuh Fitria.
Oleh karena itu, dukungan dari perusahaan sistem pembayaran seperti Flip, juga sangat diperlukan untuk kemajuan arsitektur sistem pembayaran digital ke depan.
Editor : Yurike Metriani (yurikemetriani@gmail.com)
Sumber : Investor Daily
Baca berita lainnya di GOOGLE NEWS