Kejarlah Mimpi dengan Maraton, Jangan Sprint

Orang-orang yang sudah mencapai puncak umumnya sepakat bahwa kesuksesan sejati tidak bisa dicapai secara instan. Untuk meraih keberhasilan yang sesungguhnya, seseorang harus melalui tahapan jatuh bangun, berkorban, berjuang, belajar, bersabar, dan berempati.
Dalam terminologi lain, kesuksesan sejati dapat dicapai dengan cara maraton atau lari jarak jauh secara konstan, bukan sprint atau lari cepat dalam jarak pendek.
Dengan maraton, seseorang memang butuh waktu lama untuk meraih impiannya. Namun, hasilnya akan lebih berkualitas dan berkesinambungan karena ia punya jam terbang lebih lama dan menjalani ujian lebih panjang.
Sebaliknya, dengan sprint, seseorang mungkin akan lebih cepat menggapai apa yang diinginkannya. Tapi keberhasilan yang sudah digenggamnya akan mudah terlepas, tidak berkelanjutan, karena ia tidak melalui banyak tahapan, proses, dan ujian.
Filosofi maraton inilah yang diterapkan Galumbang Menak, baik dalam menjalankan bisnis, maupun dalam mengarungi kehidupannya.
Karena filosofi maraton itu pula, Galumbang Menak tidak ngoyo atau mematok target-target yang bombastis di PT Mora Telematika Indonesia (Moratelindo), perusahaan yang dinakhodainya. Ia lebih menekankan kualitas di perusahaan infrastruktur internet tersebut.
. “Yang saya inginkan bukan merajai market share. Istilahnya, meskipun market share kecil, I want to eat the best cake. Bisnis ini, seperti juga kehidupan, adalah maraton, bukan sprint,” ujar Galumbang Menak kepada wartawan Investor Daily Farid Firdaus di Jakarta, baru-baru ini.
Galumbang Menak adalah generasi lama yang hidup dalam habitat baru. Di Moratelindo, eksekutif berusia 53 tahun itu harus ‘tunduk’ kepada para karyawan generasi milenial.
“Saya yang angkatan tua ini menyesuaikan saja. Di kantor kami sekarang disediakan fasilitas, seperti dapur dan pusat kebugaran. Tak ada sekat-sekat. Jam masuk kerja bisa fleksibel. Meeting pun tidak perlu lama-lama,” papar dia.
Meski demikian, ia punya prinsip yang bisa ditawar. Hanya orang-orang terbaik yang bisa bekerja di Moratelindo. “Bukan berarti orang terbaik itu harus jenius, yang terpenting attitude mereka,” tegas pria asal Tarutung, Tapanuli Utara, Sumatera Utara, ini.
Moratelindo telah teruji membangun infrastruktur jaringan serat optik untuk akses internet, mulai dari kota-kota besar di Jawa, Bali, dan Sumatera, hingga kawasan timur Indonesia. Perusahaan itu bahkan tengah menggelar jaringan telekomunikasi di sejumlah negara, salah satunya Singapura.
Ada target besar yang sedang dibidik Galumbang, yakni membawa Moratelindo melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI). Moratelindo ditargetkan melangsungkan penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) saham tahun depan. Berikut penuturan lengkapnya:

Bisa cerita perjalanan karier Anda?
Awal karier saya dimulai di Telkom, setelah lulus dari Universitas Indonesia (UI). Saat itu saya ikut ikatan dinas selama lima tahun di Telkom, yaitu periode 1992-1996. Dari sana, saya pindah untuk bergabung dengan XL, periode 1996-2000, yang ketika itu masih dikuasai Grup Rajawali. Sampai akhirnya saya kembali ke Telkom.
Kemudian saya masuk ke Moratel pada 2004. Saya memang pendiri perusahaan ini, tapi ada orang lain yang mengendalikan sebelumnya. Kemudian saya aktif di jajaran direksi.
Tahun 2000 sebenarnya periode pemulihan krisis ekonomi. Waktu itu banyak tenaga kerja Indonesia (TKI) yang mencari pekerjaan ke luar negeri, seperti Malaysia, Korea Selatan, dan Arab Saudi. Meraka butuh komunikasi dengan sanak saudara di Tanah Air. Nah, ide pendirian Moratel berangkat dari sana.
Semula kami menyediakan jasa telepon internasional yang murah. Secara teknikal namanya Voice over IP (VoIP). Zaman itu tarif telepon internasional bisa sedolar per menit. Ini termasuk mahal. Solusinya adalah VoIP.
Tapi, VoIP itu perlu sewa jaringan. Kala itu cuma ada dua penyedia jaringan, yakni Telkom dan Indosat, itu pun bukan punya mereka sepenuhnya.
Maka, saya buatlah layanan penyedia jasa telepon murah. Ini bermanfaat sekali bagi TKI yang mau menelepon keluarga di kampungnya. Pasar yang bagus itu Hong Kong, karena mereka memberlakukan Sabtu-Minggu sebagai hari libur untuk asisten rumah tangga.
Para TKI ini banyak ngumpul di Victoria Park, mereka suka menelepon keluarga dan menghabiskan waktu satu hingga dua jam sekali menelepon. Jadi, kami konsisten mengembangkan layanan itu.
Di sisi lain, pemerintah kala itu sepertinya setengah hati untuk menyediakan layanan telepon murah. Ternyata masalahnya adalah pembangunan infrastruktur yang mahal. Sejak itulah Moratelindo fokus pada pengembangan jaringan internet internasional.
Langkah Anda selanjutnya?
Saya ingat sekali waktu masih di Telkom. Saya yang latar belakangnya engineer, ditugaskan untuk survei gedung-gedung di Jakarta yang perlu fiber optik. Dalam hati, saya bilang, agak bodoh sebenarnya survei ini, karena semua gedung di Jakarta pasti butuh fiber optik.
Sebulan setelah penugasan itu, saya dipanggil direksi mengenai hasil survei. Saya jawab nggak perlu survei karena setiap gedung pasti butuh fiber optik. Jelas saja saya dimarahi direksi.
Semenjak kuliah, saya selalu percaya internet adalah teknologi yang akan mengubah pola hidup manusia dibanding yang lain. Internet mengubah segalanya. Itu perubahan yang tak bisa dihindari dan tak akan berhenti pergerakannya.
Saya heran, terkadang bukan para technopreneur yang mengerti konsep internet ini. Sepuluh tahun lalu, banyak sutradara membuat film tentang teknologi, sederhananya teknologi layar sentuh. Teknologi ini dulu cuma ada di film, sekarang terjadi di mana-mana. Ke depannya mungkin akan hadir mobil-mobil yang bisa menyetir dengan sendirinya. Artificial intelligence sudah terjadi sekarang.
Digitalisasi tak akan pernah berhenti. Di sini, Moratelindo bermain di infrastrukturnya. Data hasil digitalisasi itu kan tidak terbang. Data-data ini perlu jalan atau tempat penyimpanan dan lain sebagainya.
Misalnya dalam konsep pengembangan smart city. Banyak wali kota atau gubernur yang bilang ke saya, mereka sudah mengadakan pembicaraan dengan pihak Google atau Sisco soal smart city. Tapi mereka lupa bahwa Google itu penyedia aplikasi, bukan infrastrukturnya. Kalau mereka cuma pikir pengembangan aplikasi tanpa memikirkan infrastrukturnya, kota yang mereka buat menjadi dumb city.
Jujur, pekerjaan menggali kabel serat optik, bagi banyak orang, apalagi generasi milenial, bukan pekerjaan yang keren. Mereka berpikirnya, lebih baik bikin berbagai aplikasi digital. Orang-orang lupa bahwa aplikasi digital tak bisa berjalan tanpa infrastruktur yang baik. Itu yang menjadi visi kami, Moratelindo fokus di situ.
Moratelindo juga ikut program pemerintah di Papua, apa yang Anda harapkan di sana?
Banyak orang prihatin terhadap perkembangan Papua. Contohnya masalah pendidikan yang tertinggal. Kalau akses internet di sana memadai dan guru-guru di sana bisa mengakses internet secara cepat, mereka akan sangat terbantu. Classroom jarak jauh pun bisa diaplikasikan, sehingga ini ikut menunjang program pendidikan di Papua.
Profesi lain, seperti dokter, juga butuh fasilitas internet yang memadai. Operasi bedah dimungkinkan dari jarak jauh jika ada internet. Menurut saya, kalau membangun infrastruktur internet, ya jangan setengah hati.
Internet lebih dibutuhkan saudara-saudara kita di Papua dibanding di Jakarta. Moratalindo membangun infrastruktur di sana, di mana kami mendapat subsidi dari pemerintah. Siapa pun mitra atau perusahaan yang mau pakai jaringan infrastruktur kami di sana silakan saja.
Anda punya gaya kepemimpinan seperti apa?
Karyawan kami banyak dari generasi milenial. Saya yang angkatan tua ini menyesuaikan saja. Di kantor kami sekarang disediakan fasilitas, seperti dapur dan pusat kebugaran. Tak ada sekat-sekat. Jam masuk kerja bisa fleksibel. Yang penting riset. Kami lebih kepada research oriented. Jadi, saya sudah tak bisa lagi terlalu formal.
Meeting pun tidak perlu lama-lama, sekarang semua sudah bisa dikoordinasikan melalui email atau aplikasi chatting WhatsApp grup. Saya percaya, hingga saat ini tidak ada perusahaan dunia yang stabil, seperti perusahaan telekomunikasi besar, berhasil di bisnis e-commerce.
Kenapa? Karena kultur mereka berbeda dengan perusahaan rintisan (start-up). Saya rasa, formalitas-formalitas di perusahaan besar itu harusnya dihilangkan saja.
Prinsip-prinsip yang Anda tanamkan kepada karyawan?
Saya bilang ke direksi yang lain, hanya orang-orang terbaik yang bisa bekerja di Moratelindo. Bukan berarti orang terbaik itu harus jenius, yang terpenting attitude mereka. Di Moratelindo, jajaran direksinya cukup tiga orang saja, yaitu Diretur Utama, Direktur Keuangan, dan Direktur Teknologi.
Nah, yang paling penting adalah karyawan-karyawan yang kami bina. Misalnya ada staf yang mau minta persetujuan sebuah tender atau pembelanjaan dalam jumlah besar. Mereka tidak perlu bertemu direksi, cukup manajer saja. Kami, para direksi, harus punya kepercayaan yang kuat terhadap para staf di bawah kami.
Kami juga punya perusahaan lain, yakni e-commerce Nusatrip.com. Dalam tiga atau enam bulan, belum tentu saya datang ke kantor Nusatrip.com. Tapi perusahaan itu saya awasi perkembangannya.
Target Anda di e-commerce?
Nusatrip.com itu kami bangun bukan untuk burning cash. Nusatrip.com sudah mencetak laba. Meskipun pas-pasan, setiap tahun ada pertumbuhan.
Kalau kami pakai strategi burning cash, bisa saja Nusatrip.com melampaui pemain-pemain besar e-commerce di industri travel. Tapi saya putuskan tidak akan pakai strategi ini. Perusahaan di bawah Moratelindo, yaitu Oxygen.id, juga memakai strategi yang sama dengan Nusatrip.com. Kami menekankan kualitas.
Yang saya inginkan, bukan merajai market share, tapi orientasinya adalah keuntungan. Istilahnya, meskipun market share kecil, I want to eat the best cake. Bisnis ini, seperti juga kehidupan, adalah maraton, bukan sprint atau lari jarak pendek.
Harus maraton, bukan sprint, maksud Anda?
Artinya, saya tidak ingin segala sesuatu diperoleh secara instan. Agar keberhasilan ini berkesinambungan, harus ada proses. Dari proses itu kita bisa belajar, terus memperbaiki diri, dan meningkatkan kualitas. Ini berlaku bukan hanya dalam bisnis, tapi juga dalam kehidupan secara keseluruhan.
Bagaimana Anda melihat perusahaan ke depan?
Begini, industri telekomunikasi masih kebanyakan pemain, sehingga konsolidasi adalah sebuah kebutuhan. Kalau ada perusahaan telko yang sekarang masih rugi terus, itu harus kita pertanyakan, mau sampai kapan mereka rugi?
Nah, yang mau saya lihat dalam perkembangan Moratelindo, pertumbuhan itu akan tetap ada, tapi fundamental juga terus diperkuat. Sustainability harus ada. Pertumbuhan pendapatan kami yang setiap tahun 20%, itu cukup stabil. Itu saja yang kami jaga. Jangan tiba-tiba bisa tumbuh 30%, tapi tahun depan di bawah 10%. Saya tidak mau seperti itu.
Mulai sekarang kami terus perkuat ekuitas, sehingga kalau sudah cukup besar, Moratelindo akan melangsungkan initial public offering (IPO). Rencananya tahun depan. Saya mau, saat perusahaan IPO, saham kami memberikan keuntungan kepada investor dengan kinerja bisnis perseroan yang stabil.
Begitu saya punya uang cash dari IPO, nanti perusahaan ini bisa lirik-lirik perusahaan lain untuk diakuisisi pada kondisi dan harga yang tepat. Jadi, aksi IPO ini benar-benar maksimal, bukan asal IPO.
Nilai-nilai hidup yang Anda wariskan kepada keluarga?
Saya punya satu putra dan satu putri. Anak-anak sekarang nggak bisa diatur. Saya hanya berharap mereka keep humble. Saya datang dari keluarga besar. Saya anak ke 10 dari 12 bersaudara. Kami lahir dengan satu orang ibu, makan di meja makan bersama-sama, tapi semua saudara-saudara saya punya karakter masing-masing.
Anak saya yang laki-laki masih SMA kelas 3. Saya punya keponakan pun ingin membangun start-up. Anak saya yang perempuan, yang sudah berkerja, juga mau mencoba mendirikan start-up atau bisnis sendiri.
Di zaman saya dulu, saya dididik oleh orang tua, kamu harus jadi ini dan itu, atau menuruti kemauan orang tua. Saya bilang kepada anak saya, kamu bisa coba dan belajar dari pengalaman mendirikan bisnis. But if you’re not genius enough, don’t try.
Zaman saya dulu kan berbeda. Kami selalu memulai karier dari staf junior. Anak-anak sekarang tidak mau model seperti itu lagi. Banyak teman-teman saya bilang, “I don’t understand my kid.” Saya bilang kepada mereka, “You don’t need to understand, just love them.”
Berarti generasi sekarang lebih beruntung?
Sebenarnya tidak juga. Saya dan saudara-saudara dulu makan di luar sekali seminggu, diajak bapak saya. Dari 12 orang, yang diajak cuma dua.
Kami selalu bermimpi dengan momen itu. Semoga minggu ini giliran saya ikut makan dengan bapak. Saya sangat menghargai momen-momen makan di luar bersama beliau.
Sekarang, saya bisa makan di luar bersama anak-anak saya kapan saja. Tapi, apakah anak-anak sekarang menghargai momen-momen keluarga seperti yang saya alami? Belum tentu. Apakah ini yang namanya beruntung? Tidak juga. Kalau dilihat lagi, malah menjadi kemunduran.
Yang jelas, anak sekarang jauh lebih pintar karena mereka bisa mengakses informasi dari mana saja. Anak-anak saya sudah tahu arti filosofi hidup dari film-film yang mereka tonton saat masih remaja, namun hanya sebagai kata-kata mutiara saja.
Pada generasi saya, untuk bisa mengerti quote hidup itu ya harus mengalaminya terlebih dahulu. Sekarang, bagi saya, makan dengan bersama keluarga buka cuma asal bertemu. Saya menikmati bagaimana menyiapkan hidangan bersama-sama. Saya ajarin ke anak-anak saya, kalau mau kumpul ya lakukan semua persiapan bersama-sama. (*)
Editor: Gora Kunjana (gora_kunjana@investor.co.id)
Dapatkan info hot pilihan seputar ekonomi, keuangan, dan pasar modal dengan bergabung di channel Telegram "Official Investor.ID". Lebih praktis, cepat, dan interaktif. Caranya klik link https://t.me/+ijaEXDjGdL1lZTE1, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Baca Berita Lainnya di GOOGLE NEWS
Berita Terkini
Jasa Logistics (LAJU) Jajaki Kerja Sama Bareng Produsen Kendaraan Listrik Tiongkok
LAJU jajaki kerja sama dengan produsen kendaraan listrik asal Tiongkok untuk melengkapi armada operasional perusahaan.Dipasarkan Secara Online, BPOM Sita Ribuan Obat Ilegal Senilai Rp 10 Miliar
BPOM menyita riuan obat ilegal bernilai lebih dari Rp 10 miliar. Obat tersebut dipasarkan secara online melalui e-commercePertamina Bukukan Laba Bersih Rp 56,6T Pada RUPS Tahun Buku 2022
Pertamina Perseroan ini membukukan laba bersih sebesar USD 3,81 miliar atau setara dengan Rp 56,6 triliun.UMKM Didorong IPO, RAFI & PGJO Jadi Contoh
Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mendorong usaha mikro kecil menengah (UMKM) untuk IPO.Siap-siap! Austindo (ANJT) Gelontorkan Dividen Rp 27,8 per Saham
ANJT membagikan dividen Rp 27,8 per saham tahun buku 2022.Tag Terpopuler
Terpopuler
