Sinyal Kuat Pemulihan Ekonomi Global

Filipina jatuh ke dalam jurang resesi pada 2020 (awal pandemi Covid-19), di mana produk domestik bruto (PDB) terkontraksi 9,6%. Namun, kini negara ini menunjukkan pemulihan ekonomi yang baik. Ada dua alasan di balik kejatuhan ekonomi Filipina.
Pertama, model ekonomi yang dibangun berdasarkan mobilitas masyarakat, tampak lebih rentan terhadap pandemi. Kedua, pemerintah Filipina berjuang mengatasi pandemi Covid-19 dan memperkuat sistem kesehatannya dengan kebijakan lockdown yang berkepanjangan sehingga melemahkan aktivitas ekonomi secara menyeluruh.
Pada 2022, kebijakan pengendalilan pandemi Covid-19 berubah lebih ke pro ekonomi, dengan tetap memberi perhatian pada aspek kesehatan masyarakat. Jadilah, 2022 sebagai tahun pemulihan ekonomi Filipina. Bank Dunia menyebutkan ekonomi Filipina tumbuh 7,2% pada 2022 sebelum diprediksi melandai pada kisaran 5,7% untuk 2023.
Di luar Asia dan Asean, pertumbuhan ekonomi Australia pada akhir 2022 lalu sebesar 0,5% (qtq), di bawah perkiraan konsensus yang 0,8%. Pengeluaran konsumen naik moderat sebesar 0,3% tetapi dengan investasi swasta turun 1,7%, berkontribusi pada kinerja ekonomi kuartalan yang datar untuk permintaan domestik.
Mengingat prospek ekonomi Tiongkok yang membaik, maka prospek pertumbuhan ekonomi Australia menjadi lebih terbuka karena relasi kedua negara yang baik. Hanya saja, laju inflasi per Januari 2023 lalu sudah melandai ke level 7,4% walau masih terbilang tinggi, maka hal ini akan tetap menjadi referensi utama bank sentral Australia, Reserve Bank of Australia, untuk kembali menaikkan suku bunga kebijakan pada pertemuan mendatang.
Di kawasan Eropa, outlook perekonomian tidak seseram yang dibayangkan sebelumnya, bergeser dengan tema pertumbuhan yang lebih lembut. Contohnya, pertumbuhan PDB Swiss pada kuartal IV-2022 lalu tetap stabil, yakni sedikit di bawah pertumbuhan 0,1% (qtq) yang dikonsensuskan. Pengeluaran konsumen dan investasi naik pada kuartal tersebut, tetapi sayangnya dibebani oleh penurunan ekspor sebagai dampak risiko geopolitik perang di Ukraina.
Indikator ekonomi Swiss untuk awal 2023 beragam, dengan indikator utama KOF Februari naik ke 100,0, tetapi PMI manufaktur secara tak terduga turun ke 48,9 atau masuk zona kontraksi. Sebagai catatan, indeks indikator utama KOF dirancang untuk memprediksi arah ekonomi enam bulan mendatang.
Indeks komposit ini menggunakan 12 indikator ekonomi terkait kepercayaan perbankan, produksi, pemesanan baru, kepercayaan konsumen, dan perumahan. Data yang lebih tinggi dari ekspektasi dapat dianggap sebagai positif/optimis untuk Swiss Franc (mata uang resmi Swiss), sedangkan data lebih rendah dari ekspektasi dapat dianggap sebagai negatif/pesimis untuk Swiss Franc. Mirip dengan Swiss, pertumbuhan PDB Swedia untuk kuartal keempat 2022 sebesar 0,5% (qtq) atau sebesar 0,2% (yoy).
Di sisi inflasi, berita paling signifikan secara global saat ini datang dari zona euro, di mana inflasi inti per Februari secara mengejutkan naik. Inflasi utama turun sedikit menjadi 8,5%, sementara inflasi inti meningkat lebih lanjut menjadi 5,6%, merupakan laju tercepat yang pernah terjadi. Inflasi sektor jasa meningkat menjadi 4,8%, juga merupakan laju tercepat.
Data Februari menunjukkan posisi inflasi tahunan (yoy) masih tinggi, di antaranya di Jerman (9,3%), Prancis (7,2%), Spanyol (6,1%) dan Italia (9,9%). Data inflasi ini akan menstimulasi kenaikan suku bunga kebijakan sebesar 50 basis poin (bps) oleh Bank Sentral Eropa (ECB) pada pertemuan kebijakan moneter Maret ini. Juga menunjukkan potensi kenaikan lanjutan sebesar 25 bps pada pertemuan ECB bulan Mei.
Resiliensi ekonomi Indonesia yang ditopang oleh pengendalian inflasi dan penanganan pandemi Covid-19 yang baik memberikan semangat dan kepercayaan diri seluruh masyarakat, terutama pelaku dunia usaha, untuk meningkatkan aktivitasnya demi Indonesia yang lebih baik, tangguh dan maju secara berkesinambungan.
Perekonomian Indonesia Terjaga
Ketika negara-negara maju tengah berjuang keras mengembalikan kedigdayaan ekonominya, Indonesia justru melaju dengan kecepatan cukup kencang. Ekonomi Indonesia sedang berada di jalur yang benar untuk menuju keberlanjutan dengan pertumbuhan sebesar 5,31% pada 2022 lalu dan perkiraan 5% tahun ini. Saat ini pertumbuhan industri manufaktur nasional melanjutkan sinyal positifnya.
Terbukti, indeks kepercayaan industri (IKI) Februari 2023 berada pada fase ekspansi dengan capaian 52,32. Angka itu naik 0,78 poin jika dibandingkan pada Januari. Peningkatan IKI ditopang bertambahnya jumlah subsektor yang mengalami ekspansi. Terdapat 16 subsektor industri yang mengalami ekpansi dengan share 87,7% terhadap PDB industri pengolahan nonmigas.
Sebanyak 4 di antara 16 subsektor mengalami perubahan fase dari kontraksi ke ekspansi. Yakni, pencetakan dan reproduksi rekaman, karet, barang dari karet dan plastik, barang galian bukan logam, serta komputer, barang elektronik, dan optik. Angka IKI yang konsisten meningkat dalam empat bulan terakhir menandakan bahwa prospek pertumbuhan industri pengolahan dalam negeri pada 2023 terus terjaga meski perlambatan pertumbuhan perekonomian global diprediksi masih berlanjut.
Selain itu, pada Februari sebanyak 47,1% pelaku usaha menyatakan kondisi kegiatan bisnis mereka stabil. Ada 29% pebisnis yang menyatakan kondisi kegiatan usaha mereka mengalami peningkatan. IKI juga menggambarkan optimisme berusaha para pelaku industri dalam enam bulan ke depan (Maret–Agustus 2023). Sebanyak 89,2% pengusaha menyatakan optimistis dan stabil terhadap kondisi usaha industri selama enam bulan ke depan.
Data di atas mengkonfirmasi bahwa di tengah gejolak ekonomi global, sektor manufaktur Indonesia tetap konsisten berekspansi selama 18 bulan berturut-turut dan tercatat di level 51,2 pada Februari 2023. Resiliensi sektor manufaktur nasional didorong oleh permintaan dalam negeri yang tetap ekspansif. Rantai pasokan juga mengalami perbaikan dari segi waktu pengiriman yang makin pendek karena kinerja logistik makin efisien. Ekspansi sektor manufaktur juga mampu menyerap tenaga kerja dengan lebih baik.
Output sektor manufaktur dan permintaan dalam negeri tercatat tetap ekspansif. Aktivitas pembelian input pada Februari tercatat di level 52,8 atau lebih tinggi dari bulan sebelumnya di level 52,3. Permintaan ekspor juga mengalami peningkatan meski masih berada di zona kontraksi akibat kondisi perekonomian global yang belum kuat. Beberapa negara Asean mencatatkan ekspansi sektor manufaktur yaitu Thailand 54,8, Filipina 52,7, dan Vietnam 51,2.
Di sisi lain, inflasi Februari 2023 masih terkendali di angka 5,47% (yoy) berbanding 5,28% (yoy) pada Januari 2023. Berdasarkan komponen, inflasi inti tercatat sebesar 3,09% (yoy) atau melambat dibandingkan inflasi inti bulan sebelumnya (3,27%). Perlambatan terjadi di hampir seluruh kelompok barang nonmakanan dan jasa. Hal ini selaras dengan kebijakan suku bunga acuan yang tidak mengalami perubahan (5,75%) di bulan Februari. Inflasi pangan bergejolak (volatile food) tercatat sebesar 7,62% (yoy) yang dipengaruhi faktor musiman dan cuaca ekstrem.
Pemerintah harus terus mencari strategi untuk mengendalikan inflasi, terutama dengan masuknya bulan Ramadan dan libur Lebaran, yang mendorong laju seasonal inflation. Tepat adanya sinergi pengendalian inflasi yang terus diperkuat melalui berbagai kebijakan Tim Pengendalian Inflasi Pusat (TPIP) dan Daerah (TPID).
Bahkan kini juga diperkuat dengan adanya kesepakatan antara pemerintah dan BI terkait pengendalian inflasi melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP), dengan melakukan berbagai kegiatan antara lain pasar murah, subsidi ongkos angkut, dan gerakan tanam cabai. Sejauh ini GNPIP mampu menurunkan inflasi pangan dari 11,7% menjadi 5,61% pada 2022 lalu. Kick off GNPIP ini telah dilaksanakan pada 5 Maret 2023 di Sulawesi Selatan.
Akhirnya, resiliensi ekonomi Indonesia yang ditopang oleh pengendalian inflasi dan penanganan pandemi Covid-19 yang baik memberikan semangat dan kepercayaan diri seluruh masyarakat, terutama pelaku dunia usaha, untuk meningkatkan aktivitasnya demi Indonesia yang lebih baik, tangguh dan maju secara berkesinambungan. (Selesai)
*) Ekonom dan Associate Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia/LPPI).
Editor: Totok Subagyo (totok_hs@investor.co.id)
Baca Berita Lainnya di GOOGLE NEWS
Berita Terkait
Berita Terkini
Pandemi Covid-19 Berlalu, Adi Sarana Siapkan Capex Jumbo
PT Adi Sarana Armada Tbk (ASSA) menyiapkan capex jumbo, Rp 1,5 triliun, tahun ini untuk menambah jumlah armada.MNC Sekuritas: IHSG Uji Rentang Ini, Intip Saham-Saham Calon Cuan di Hari Kejepit
MNC Sekuritas memprediksi IHSG hari ini uji rentang 6.693-6.731. Intip saham-saham calon cuan di hari kejepit ini. Salah satunya BBKP.Pengembang Perkuat Properti Komersial
Para pengembang memperkuat properti komersial di area proyek yang dikembangkannya. Kehadiran properti komersial selain menggairahkan kawasanHarga CPO Rontok Dua Hari Berturut-turut
Harga kontrak CPO di Bursa Malaysia Derivatives kembali melemah pada perdagangan Kamis, sehingga rontok dua hari berturut-turut.Laba Perbankan Nasional Tembus Rp 200 Triliun
Industri perbankan sepanjang 2022 berhasil mencatatkan kinerja positif, di mana laba bersih perbankan nasional tembus Rp 200 triliun,Tag Terpopuler
Terpopuler
