Inalum 'Tender Offer' Surat Utang US$ 2,25 Miliar

JAKARTA, investor.id – PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) menggelar penawaran tender (tender offer) tunai atas dua surat utang (notes) senilai total US$ 2,25 miliar. Sementara itu, perseroan juga bersiap menerbitkan obligasi global (global bond) minimal sebesar US$ 500 juta.
Inalum melakukan tender offer untuk notes senilai US$ 1 miliar berkupon 5,23% yang jatuh tempo 2021 dan notes senilai US$ 1,25 miliar berkupon 5,71% yang jatuh tempo 2023. Periode pelaksanaan tender offer dimulai 6 Mei 2020 dan berakhir 12 Mei 2020 pukul 5.00 PM waktu New York, Amerika Serikat (AS).
Pemegang dua surat utang Inalum yang menyampaikan persetujuan akan menerima pembayaran tunai. Untuk notes 2021, pemegang notes akan mengantongi US$ 1.025 untuk setiap pokok utang US$ 1.000. Sementara, pada notes 2023, pemegang notes akan menerima US$ 1.045 untuk setiap pokok utang US$ 1.000.
“Tender offer merupakan bagian dari rencana mengoptimalkan biaya pendanaan dan secara aktif mengelola profil jatuh tempo surat utang,” ungkap manajemen dalam penjelasan resmi di Bursa Efek Singapura (SGX), baru-baru ini.
BNP Paribas, Citigroup Global Markets Inc, dan HSBC bertindak sebagai dealer manager dalam aksi tender offer ini. Hasilnya akan diumumkan pada 13 Mei 2020 dan penyelesaian transaksi pada 15 Maret 2020.
Secara bersamaan, perseroan juga bermaksud menawarakan global bond baru dengan target emisi US$ 500 juta. Dana segar dari hasil penawaran global bond tersebut akan digunakan untuk akuisisi dan pelunasan kembali (refinancing) utang.
Moody’s Investors Service telah memberikan peringkat Baa2 dengan outlook negatif untuk usulan penerbitan global bond Inalum. Peringkat tersebut sejalan dengan peringkat perusahaan dan peringkat semua obligasi Inalum.
Moody’s Vice President and Senior Analyst Nidhi Dhruv mengatakan, pihaknya memperkirakan kinerja keuangan Inalum akan mengalami tekanan seiring dengan harga komoditas yang melemah. Selain itu, rencana mengakuisisi 20-25% saham PT Vale Indonesia Tbk (INCO) akan mendorong utang konsolidasi Inalum menjadi sekitar US$ 6,5 miliar, sehingga leverage yang disesuaikan dengan laba bruto bakal menjadi 8,0 kali pada 2020 dibandingkan posisi 2019 sebesar 6,2 kali.
Moody’s memperkirakan, leverage Inalum akan tetap meningkat pada posisi 8,0-8,5 kali hingga 2022, sampai PT Freeport Indonesia membayar dividen yang akan meningkatkan EBITDA konsolidasi Inalum. “Meskipun tingkat utang akan naik pada level induk usaha, biaya bunga dapat ditutupi dengan dividen dari anak-anak usaha, terutama PT Bukit Asam Tbk (PTBA),” jelas Dhruv.
Adapun dividen dari anak usaha Inalum lainnya, seperti PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) dan PT Timah Tbk (TINS), kontribusinya diperkirakan tidak besar. Hal ini lantaran kondisi dua perusahaan lebih lemah secara finansial, sehingga tidak diharapkan memberikan jumlah dividen yang signifikan.
Sebelumnya, Inalum dan Vale Indonesia bersama pemegang sahamnya, Vale Canada Ltd dan Sumitomo Metal Mining Co Ltd, sepakat untuk memperpanjang tenggat waktu penandatanganan perjanjian definitif terkait akuisisi hingga akhir Mei 2020.
Global Bond Lainnya
Rencana penerbitan global bond Inalum menambah daftar emiten yang menggalang dana di tengah pandemi Covid-19. Baru-baru ini, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) berhasil mengantongi US$ 500 juta dari global bond bertenor lima tahun dengan kupon 4,75%.
Selama proses penawaran, obligasi Bank Mandiri ini kebanjiran peminat dengan mencatatkan kelebihan permintaan (oversubscribed) hampir 5 kali atau mencapai US$ 2,4 miliar dari para investor.
Tak ketinggalan, PT Hutama Karya dengan global bond senilai US$ 600 juta bertenor 10 tahun dan kupon 3,75% per tahun. Penerbitan ini merupakan bagian dari program surat utang jangka menengah (MTN) global yang ditargetkan hingga US$ 1,5 miliar.
Global bond perdana Hutama Karya juga mengalami kelebihan permintaan 5,8 kali atau setara US$ 3,4 miliar. PT Mandiri Sekuritas dibantu oleh Citigroup, HSBC, Deutsche Bank, dan MUFG dalam penawaran global bond
Direktur Utama Mandiri Sekuritas Dannif Danusaputro mengatakan, tidak banyak perusahaan yang berkompetisi di pasar global bond selama pandemi Covid-19. Diakui, pasar obligasi memang sempat sepi. Namun, minat investor terhadap perusahaan-perusahaan dengan peringkat investment grade masih belum surut.
Editor: Jauhari Mahardhika (jauhari@investor.co.id)
Dapatkan info hot pilihan seputar ekonomi, keuangan, dan pasar modal dengan bergabung di channel Telegram "Official Investor.ID". Lebih praktis, cepat, dan interaktif. Caranya klik link https://t.me/+ijaEXDjGdL1lZTE1, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Baca Berita Lainnya di GOOGLE NEWS