Pendapatan Huawei Turun 5,9% di Paruh Pertama 2022

BEIJING, investor.id – Pendapatan raksasa telekomunikasi Tiongkok Huawei turun hampir 6% pada paruh pertama 2022, menurut angka di laporan keuangan perusahaan Jumat (12/8). Pasalnya, pandemi Covid-19 dan persaingan perdagangan antara Amerika Serikat (AS) dengan Tiongkok memukul penjualan.
Perusahaan membawa 301,6 miliar yuan (US$ 44,8 miliar), menurut data, turun 5,9% pada periode yang sama tahun sebelumnya.
“Sementara bisnis perangkat kami sangat terpengaruh, bisnis infrastruktur ICT (teknologi informasi dan komunikasi) kami mempertahankan pertumbuhan yang stabil,” jelas Ken Hu, ketua bergilir Huawei, dalam pernyataan resmi Jumat.
Baca juga: Tiongkok Tidak akan Mentolerir Separatisme Taiwan
Pertumbuhan laba untuk semester I-2022 melambat menjadi 5%, turun dari 9,8% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, menurut angka yang dirilis Jumat.
Penjualan ponsel pintar perusahaan juga melambat setelah pemerintah AS memutuskan Huawei dari bagian-bagian penting dan melarangnya menggunakan layanan Google Android. Kinerja perusahaan terus menurun di paruh pertama.
Perusahaan tidak terdaftar secara publik dan akunnya tidak tunduk pada audit yang sama dengan perusahaan yang diperdagangkan di pasar saham.
Sebagai pemasok peralatan jaringan, telepon, dan peralatan canggih lainnya, Huawei telah berjuang setelah tindakan keras oleh pemerintahan mantan presiden AS Donald Trump yang dipicu oleh masalah keamanan siber dan spionase.
Baca juga: Bermasalah, Johnson & Johnson Berhenti Jual Bedak Bayi Tahun Depan
Saat itu, pemerintahan Biden menambah tekanan pada perusahaan dengan Undang-Undang Chip AS yang baru-baru ini disahkan, yang dapat mengancam aksesnya ke rantai pasokan semikonduktor global.
Kongres Amerika Serikat (AS) menyetujui dana US$52 miliar atau Rp775 miliar sebagai pendanaan untuk membangun manufaktur semikonduktor di dalam negeri.
Dalam pemungutan suara pada baru-baru ini DPR meloloskan rancangan undang-undang (RUU) CHIPS dan Science Act senilai US$ 280 miliar untuk memperkuat inovasi sains dan teknologi AS. RUU itu mencakup subsidi sebesar US$ 52 miliar untuk mendorong produsen chip membangun pabrik semikonduktor (fab) di AS.
Editor: Grace El Dora (graceldora@gmail.com)
Baca Berita Lainnya di GOOGLE NEWS
Berita Terkait
Berita Terkini
Perkuat ESG, DOID Gandeng Torajamelo
BIRU siapkan utang yang dapat dikonversi menjadi saham senilai Rp7,5 miliar yang akan dimanfaatkan untuk tingkatkan dampak sosial Ahana.BEI Hentikan Sistem Perdagangan FITS, Mengapa?
PT Bursa Efek Indonesia (BEI) melakukan penghentian layanan sistem perdagangan Fixed Income Trading System (FITS). Mengapa?ASEAN Sumbang 3% dari PDB Riil Dunia
Kapasitas ASEAN harus diperkuat untuk menjawab tantangan hari ini, dan tantangan 20 tahun ke depan.Kabar Gembira, UI Umumkan 410 Camaba Lewat Jalur Talent Scouting
Sebelumnya, sebanyak 2.049 orang calon mahasiswa baru lolos penerimaan masuk melalui jalur Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP)Lion Air Pangkas Kuota Gratis Bagasi Tercatat di Rute 8 Bandara
Lion Air mengumumkan kebijakan terbaru mengenai bagasi gratis alias cuma-cuma kategori bagasi tercatat.Tag Terpopuler
Terpopuler
