Anwar Ibrahim Ingatkan Bahaya “Barbarism of Specialization”

JAKARTA, Investor Daily – Kemajuan teknologi telah mengubah dunia dan mendorong spesialisasi di berbagai bidang. Kehidupan yang semakin kompleks dan tingginya kesenjangan antara pendidikan dan dunia kerja melahirkan spesialisasi. Persyaratan dunia kerja akan tenaga siap pakai kian mengukuhkan pentingnya spesialisasi. Lahirnya tenaga kerja yang memiliki spesialisasi sangat penting untuk kemajuan ekonomi dan peradaban.
Tapi, spesialisasi berlebihan ada bahayanya. Spesialisasi yang tidak dimbangi oleh pemahaman yang utuh tentang kemanusiaan dan kebudayaan melahirkan masalah besar yang mengancam peradaban dan kehidupan manusia. Masalah besar itulah yang dilontarkan YAB Dato’ Seri Anwar Ibrahim, PM Malaysia dalam pertemuan dengan para tokoh Indonesia pada CT Leadership Forum, Jakarta, Senin (09/01/2023).
“Saya ingatkan bahaya overspecialization. Anak-anak muda sekarang kurang membaca. Mereka habiskan waktu di (sosial media) sosmed dan Tiktok,” kata mantan wakil PM Malaysia yang dua kali mendekam di penjara karena masalah politik. Minimnya waktu untuk membaca menyebabkan anak-anak muda kurang memiliki basis pengetahuan yang luas dan dalam.
Anwar menyetir pandangan filosof José Ortega Y Gasset dalam buku La Rebelion de Las Masas (bahasa Spanyol) atau The Revolt of the Masses (Inggris) tentang bahaya “overspecialization”.
“Jose Ortega menyebut hal yang sangat penting bagi pendidik, pengurus, dan pemimpin. Jangan sampai terjadi barbarism specialization. Maknanya adalah ‘we should specialized’. Tapi, apa gunanya spesialisasi tanpa humanity. Apa gunanya spesialisasi tanpa nilai. Apa gunanya ahli di bidang tertentu, tapi tidak punya kemampuan untuk melihat secara menyeluruh?” tanya politisi Malaysia kelahiran 10 Agustus 1947 ini.
Mengutip Nabi Muhammad, Anwar mengatakan, pendidikan tidak cukup hanya melahirkan orang terampil, ahli di suatu bidang, tenaga spesialis. Pada saat yang sama, pendidikan juga harus bisa melahirkan manusia bermoral, berkarakter, dan bertakwa kepada YME.
“Saya panggil Menteri Pendidikan Malaysia. Dia wanita dan masih muda. Saya tegaskan bahwa generasi muda Malaysia harus punya kapabilitas dalam ilmu pengetahuan dan teknologi serta memiliki spesialisasi. Tapi, mereka harus juga punya humanity, compassion, dan social justice. Pendidikan di Malaysia harus memperhatikan itu,” ujar pria berusia 76 tahun yang pada 24 November 2022 dilantik menjadi PM Malaysia.
Kemajuan teknologi dan tuntutan dunia usaha yang terus berkembang acap tidak bisa diikuti oleh output lembaga pendidikan, sehingga terjadi mismatch. Tuntutan dunia kerja tidak bisa dipenuhi oleh lembaga pendidikan. Kondisi mismatch ini mendorong management leader membuat training untuk melahirkan tenaga spesialis. Tapi humaniora, pendidikan karakter, dan moral perlu pula diberikan.
“Apa artinya hidup tanpa kemanusian dan rahma (kasih sayang — Red). Apa artinya hidup tanpa nilai dan akhlak? Pendidikan tidak boleh mengesampingkan aspek ini,” ungkap Anwar.
Setiap anak didik, kata Anwar, ditanamkan pemahaman yang lengkap tentang kemanusiaan dan makna hidup. Walau berbeda suku, agama, dan ras, dan golongan, namun setiap manusia harus dihargai sebagai manusia. Ada ukhuwah islamiyah, ada ukhuwah insaniyah. Ada solidaritas sesama agama, solidaritas sesama saudara sebangsa, tapi harus ada pula solidaritas antarsesama manusia.

Anwar mengatakan, dirinya tidak menafikan pentingnya spesialisasi di berbagai bidang, ilmu pengetahuan dan teknologi serta penguasaan digitalisasi. Spesialisasi itu penting. Digitalisasi ekonomi, digital teknologi, artificial intelligence (AI), dan sebagainya penting.
“Ini bidang baru yang harus kita kuasai. Kalau ketinggalan, maka seluruh generasi akan ketinggalan, Ini tidak boleh terjadi,” papar alumnus Fakultas Sastra Bahasa Melayu, Universitas Malaya, Kuala Lumpur.
Malaysia dinilai Anwar agak terlambat dalam mendorong kemajuan digitalisasi. “Ini terjadi karena masalah politik yang tidak berkesudahan, sehingga hal yang penting ini tidak menjadi fokus. Ke depan, kami akan mendorong agar terjadi percepatan pembangunan di bidang digitalisasi,” katanya.
Namun, dia mengingatkan bahaya overspecialization. Pendidikan spesialisasi harus berjalan seiring dengan pendidikan karakter dan moral. Dalam bahasa yang lain, Anwar sesungguhnya mengingatkan pentingnya “loving, caring, and sharing”, kasih sayang, perhatian, dan berbagi kepada sesama.
Korupsi di Malaysia yang sudah berakar dalam, dari atas hingga bawah, kata Anwar, terjadi karena lemahnya pendidikan karakter dan moral. Selain itu, masyarakat mudah terpukau dan gampang dikelabui oleh kata-kata religius dan kesukuan yang keluar dari mulut para koruptor. Dia mengingatkan pentingnya critical thinking. Setiap anak didik ditanamkan kemampuan berpikir kritis terhadap semua yang mereka terima.
Buku La Rebelion de Las Masas yang dikutip Anwar Ibrahim diterbitkan Jose Ortega pada 1930. Buku ini kemudian diterjemahkan ke bahasa Inggris pada 2013. Filsuf yang hidup pada 1883-1955 itu juga dikenal sebagai sosiolog dan peminat sastra. Karyanya tetap relevan melampaui usia. Anwar adalah seorang pembelajar. Selama sepuluh tahun di penjara, ia membaca ratusan buku.
Buku Jose Ortega yang dikutip Anwar mengingatkan kita pada pandangan para pedagog dan psikolog, di antaranya Howard Gardner. Salah satu buku pentingnya adalah "Five Minds for the Future". Kelima kecerdasan itu adalah the disciplined mind, the synthesizing mind, the respectful mind, the creating mind, dan the ethical mind.
Untuk sukses mengarungi masa depan yang kian kompleks, manusia tak cukup hanya memiliki satu jenis kecerdasan. Semua jenis kecerdasan harus dikembangkan.
Pertama, the disciplined mind. Menguasai bidang ilmu dan keterampilan tertentu yang diraih lewat pendidikan formal dan informal. Setiap orang harus memiliki spesialisasi. Dokter, guru, jurnalis, insinyur, akuntan, pengacara, pilot, penyanyi, tukang rias, tukang masak, tukang cukur, tukang kayu, tukang batu, dan sopir adalah contoh profesi yang membutuhkan pendidikan dan latihan.
Kedua, the synthesising mind. Kecerdasan untuk mengintegrasikan pemikiran dari berbagai disiplin ilmu dan keahlian. Kecerdasan membuat sintesis adalah kecerdasan dalam menyerap bermacam-macam informasi yang diperoleh dari berbagai sumber dan mengolahnya dengan baik agar bisa mengambil keputusan dengan tepat. Kombinasi dari berbagai informasi memampukan seseorang memiliki pemahanan yang dalam dan lengkap tentang suatu masalah.
Kecerdasan membuat sintesis membantu seseorang mampu menangkap big picture atau gambaran besar suatu masalah. Orang mampu melihat hutan, bukan sekadar mengetahui pohon. Dengan kecerdasan ini seseorang mampu melihat substansi masalah dengan benar dan bisa mengambil keputusan dengan bijak.
Tanpa kecerdasan ini, seseorang boleh saja dibanjiri informasi, tapi tidak mampu mengambil keputusan bijak.
Ketiga, the creating mind. Kecerdasan untuk menyingkap sesuatu yang sebelumnya tidak diketahui, mengklarifikasi berbagai masalah, terutama persoalan baru yang ditemui, dan berusaha menemukan jawaban dari setiap fenomena.
Seorang yang kreatif selalu melihat suatu masalah dari sisi lain, mengajukan pertanyaan berbeda, dan mencari solusi berbeda. Mereka selalu mengembangkan cara yang berbeda untuk mengatasi masalah. "Think out of the box".
Kemampuan berpikir kreatif jauh melebihi pengetahuan, keterampilan, dan informasi yang dimiliki seseorang. Manusia yang tidak memiliki kreativitas akan digantikan oleh komputer dan tercampak dari persaingan.
Keempat, the respectful mind. Kemampuan untuk merespons dengan simpatik dan konstruktif terhadap sesama, baik dengan orang segrup maupun dengan kalangan lain. Mereka memiliki kecerdasan untuk hidup bersama orang lain dengan damai, menerima perbedaan, penuh pengertian, dan memperlakukan setiap orang dengan penuh hormat.
Orang yang tidak punya respek akan menjadi racun bagi sesama di mana mereka berada, di rumah, di tempat kerja, dan di berbagai pertemuan.
Kelima, the ethical mind. Adalah kecerdasan dalam mengimplementasikan nilai moral dan berbagai aturan dengan penuh tanggung jawab. Mereka penuh tanggung jawab bertindak sesuai perannya, baik sebagai kepala atau anggota keluarga, pekerja atau pemimpin di perusahaan, warga negara atau pemimpin publik.

Implementasi nilai etika membuat seseorang menjadi terhormat. Hanya dengan mengimplemetasi nilai etika, keluarga menjadi terhormat, perusahaan menjadi terhormat, kita menjadi bangsa bermartabat, dan dunia akan menjadi damai dan indah.
Sebaliknya, tanpa nilai etika, orang akan menjadi perusak. Tanpa moral, orang yang cerdas secara intelektual dan kreatif hanya akan menjadi penghancur bagi sesama.
Pidato Anawar Ibrahim juga mengingatkan kita akan buku “21 Lessons for the 21st Century” yang ditulis Yuval Noah Harari, sejarawan asal Israel yang juga menulis buku Sapiens dan Homo Deus. Banyak pakar pedagogis, kata Harari, berpendapat bahwa sekolah harus beralih ke pendidikan empat “C”, yakni critical thinking, communication, collaboration, dan creativity. Anak didik perlu dilatih berpikir kritis, keterampilan berkomunikasi, kolaborasi, dan kreativitas, menggemakan sentimen saya sebelumnya.
Secara lebih luas, demikian Harari, sekolah harus mengecilkan keterampilan teknis dan menekankan pemahaman akan makna hidup dan tujuan hidup manusia.
“Yang paling penting dari semuanya adalah kemampuan untuk menghadapi perubahan, mempelajari hal-hal baru, dan menjaga keseimbangan mental dalam situasi yang tidak biasa. Belajar memliki ketahanan dan kemampuan beradaptasi,” katanya.
Anwar Ibrahim mengingatkan kita akan pentingnya spesialisasi, tapi pada saat yang sama, manusia harus memiliki kesadaran akan makna hidup dan tujuan hidup. Dari mana manusia berasal dan ke mana manusia kembali.
Anwar mengingatkan kita akan pentingnya “loving, caring, and sharing”, kasih sayang, perhatian, dan berbagi kepada sesama. Untuk itu, pendidikan tidak cukup hanya memperhatikan spesialisasi. Spesialisasi tanpa moral dan kasih sayang akan melahirkan manusia barbar. Itulah bahaya the barbarism of specialization.
Editor: Grace El Dora (graceldora@gmail.com)
Baca Berita Lainnya di GOOGLE NEWS
Berita Terkait
Berita Terkini
Industri Hilir Sawit Hadapi Tantangan Global
Industri hilir sawit hadapi tantangan globalLPEM: GOTO Berkontribusi hingga 2,2% terhadap PDB Indonesia di 2022
Goto disebut memiliki dampak besar terhadap ekonomi Indonesia. Nilai transaksinya diprediksi mencapai 1,8-2,2% terhadap PDB nasionalUMKM Berpengaruh Penting Terhadap Penciptaan Lapangan Kerja di ASEAN
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan UMKM berkontribusi menciptakan 35-97% untuk penciptaan lapangan kerja di wilayah ASEANRamadan 2023, SiCepat Catat Lonjakan Volume Pengiriman hingga 20%
SiCepat melakukan penambahan SDM hingga 20% di bagian operasional agar SLA tetap terjaga saat menghadapi kenaikan volume pengiriman paket.Laba Bersih Austindo (ANJT) Anjlok 42%, Ini Penyebabnya
PT Austindo Nusantara Jaya Tbk (ANJT) mencatat laba bersih sebesar US$ 21,2 juta pada 2022.Tag Terpopuler
Terpopuler
