Kerja Sama Ekonomi Perlu Jadi Perhatian RI di Keketuaan ASEAN 2023

JAKARTA, investor.id - Indonesia perlu mendorong kerja sama ekonomi antar negara-anggota ASEAN, agar tumbuh bersama di bawah Keketuaan Indonesia di ASEAN.
Kepala Dept. Ekonomi CSIS, Fajar Hirawan, mengatakan, selama dan pasca pandemi Covid-19, masalah ketahanan pangan menjadi salah satu isu utama.
"Indonesia mesti menjunjung tinggi kerja sama ekonomi. Karena memang di masa pandemi dan pasca pandemi beberapa negara masih cenderung berusaha untuk memenuhi kebutuhan sendiri tanpa memperhatikan negara tetangga atau negara kawasan. Sangat penting kerja sama ekonomi internasional," kata Fajar dalam diskusi yang digelar FMB9 secara daring pada Senin (6/2/2023).
Lanjut Fajar, ASEAN didirikan untuk menjaga anggotanya agar tumbuh bersama dan sejahtera bersama. Sejak 2015, kerja sama antar negara ASEAN sangat baik. ASEAN memiliki potensi yang sangat besar tumbuh dan sejahtera bersama.
Baca juga: ASEAN Tourism Forum Diharap Beri Rekomendasi Kebijakan Pascapandemi
Namun pada masa pandemi dan pasca pandemi, menurutnya, masalah ketahanan pangan malah cenderung bergeser menjadi kedaulatan pangan. "Jadi jangan sampai isu seperti ini menjadi isu proteksi. Jangan dikedepankan karena akan jadi bumerang. Jangan sampai kita terkesan proteksionis," ujarnya.
Tiga Isu Prioritas
Lebih lanjut Fajar menyampaikan bahwa ada tiga isu prioritas terkait upaya memperkuat kawasan ASEAN. Pertama bagaimana meningkatkan pertumbuhan ekonomi kawasan dengan meningkatkan daya saing. Kedua, terkait masalah digitalisasi dan ketiga masalah pembangunan berkelanjutan, terutama energi.
"Terkait masalah ketahanan pangan, ini isu yang di mana-mana menjadi prioritas. Apalagi di tengah disrupsi rantai pasok. Kedua, terkait ancaman iklim menjadi konsen. Ketiga yang sangat relevan adalah digitalisasi, bagaimana kita bisa kembangkan infrastruktur digital di kawasan," imbuhnya.
"Dalam hal isu digital, kita tahu bahwa Asean ini sangat potensial, meski di tengah badai PHK di beberapa perusahaan start-up di beberapa negara. Tapi saya rasa itu hanya penyesuaian pasar tenaga kerja yang memang perlu penyesuaian pasca pandemi. Jadi potensi ekonomi digital untuk kawasan Asia sangat tinggi," tambahnya.
Baca juga: Dana Penanganan Covid-19 Diperluas Jadi ASEAN Response Fund
Apalagi, lanjut dia, kawasan yang kuat dalam industri manufaktur. "Karena memang investasi yang masuk ke Asean itu kebanyakan masuk ke sektor industri manufaktur," imbuhnya.
Fajar juga mengakui adanya tantangan yang dihadapi kawasan ASEAN, baik internal pun kancah global yang mengancam stabilitas kawasan. "Jadi tantangannya terkait konflik geopolitik di Eropa (perang Rusia-Ukraina) dan potensi konflik antara China dan Taiwan.
"Jangankan konteks kawasan, Indonesia kalau bicara stabilitas ekonomi itu dipengaruhi oleh politik dan keamanan. Dalam konteks ASEAN. Stabilitas kawasan tetap dijaga, dalam hal ini konteks Myanmar," tuturnya.
Editor: Mashud Toarik (mashud_toarik@investor.co.id)
Baca Berita Lainnya di GOOGLE NEWS
Berita Terkait
Berita Terkini
Mahfud Minta ke DPR: Tolong Dukung RUU Perampasan Aset
Menko Polhukam Mahfud MD meminta DPR agar mengesahkan Rancangan Undang-Undang (RUU) Perampasan Aset.Mahfud MD: DPR Aneh, Kadang Marah-marah, Ternyata Makelar Kasus
Menko Polhukam sekaligus Ketua Komite TPPU Mahfud MD menyindir anggota DPR yang sering berlaku aneh.Grup Bakrie (BNBR) Mau Bangun Pembangkit Listrik Tenaga Angin
VKTR, anak usaha Bakrie & Brothers (BNBR), berencana membangun pembangkit listrik tenaga angin/bayu (PLTB).Anggarkan Dana Rp 250 Miliar, Cisadane (CSRA) Bidik Kenaikan Produksi CPO 25%
Cisadane Sawit Raya (CSRA) membidik kenaikan produksi 25% dengan mengalokasikan belanja modal hingga Rp 250 miliar tahun iniMahfud MD Sebut Eselon I Tutup Akses Sri Mulyani Terkait Data Pencucian Uang di Kemenkeu
Menkeu sempat menanyakan kepada pejabat Kemenkeu terkait surat PPATK tentang transaksi mencurigakan.Tag Terpopuler
Terpopuler
