Selasa, 6 Juni 2023

Fed Masih Diperkirakan Melanjutkan Kenaikan Suku Bunga

Grace El Dora
14 Mar 2023 | 11:08 WIB
BAGIKAN
Ketua Dewan Federal Reserve (Fed) Jerome Powell berbicara selama wawancara oleh Ketua Chairman of the Economic Club of Washington David Rubenstein di Hotel Renaissance pada 7 Februari 2023 di Washington, Amerika Serikat. (Foto: Julia Nikhinson/Getty Images/AFP)
Ketua Dewan Federal Reserve (Fed) Jerome Powell berbicara selama wawancara oleh Ketua Chairman of the Economic Club of Washington David Rubenstein di Hotel Renaissance pada 7 Februari 2023 di Washington, Amerika Serikat. (Foto: Julia Nikhinson/Getty Images/AFP)

WASHINGTON, investor.id – Ketika Federal Reserve (Fed) mulai menaikkan suku bunga, biasanya hal itu terus dilakukan sampai ada sesuatu yang rusak menurut kebijaksanaan kolektif Wall Street. Fed diperkirakan masih akan melanjutkan kenaikan suku bunga di Amerika Serikat (AS).

Jadi dengan kegagalan bank terbesar kedua dan ketiga yang pernah terjadi dalam beberapa hari terakhir dan kekhawatiran akan lebih banyak lagi yang akan datang, hal itu tampaknya memenuhi syarat sebagai kerusakan yang signifikan dan alasan bagi bank sentral untuk mundur.

Namun, penghentian laju suku bunga tidak terlalu cepat.

Bahkan dengan kebangkrutan Silicon Valley Bank (SVB) dan Signature Bank selama beberapa hari terakhir yang memaksa regulator untuk mengambil tindakan, pasar masih mengharapkan Fed untuk melanjutkan upaya melawan inflasi.

Advertisement

Lonjakan imbal hasil (yield) obligasi berperan dalam kejatuhan SVB. Khususnya karena bank itu menghadapi kerugian sekitar US$ 16 miliar yang belum direalisasi dari obligasi held to maturity pemerintah AS Treasury yang dimiliki, yang telah kehilangan nilai pokok karena suku bunga yang tinggi.

Namun, peristiwa dramatis perbankan bahkan mungkin secara teknis tidak memenuhi syarat sebagai sesuatu yang merusak pikiran kolektif Wall Street.

“Tidak, tidak. Apakah ini cukup untuk memenuhi syarat sebagai jenis terobosan yang akan membuat poros Fed? Pasar secara keseluruhan tidak berpikir demikian,” kata kepala strategi global di LPL Financial Quincy Krosby, Selasa (14/3).

Sementara harga pasar bergejolak pada perdagangan Senin, bias mengarah pada Fed yang akan melanjutkan pengetatan kebijakan moneter.

Pelaku pasar menetapkan probabilitas 85% dari kenaikan suku bunga 0,25 poin persentase atau 25 basis poin (bps) ketika Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) bertemu 21-22 Maret 2023 di Washington, D.C., menurut perkiraan CME Group.

Untuk periode singkat minggu lalu, pasar mengharapkan pergerakan 0,50 poin persentase atau 50 bps, menyusul pernyataan dari Gubernur Fed Jerome Powell yang mengindikasikan bank sentral khawatir dengan data inflasi panas baru-baru ini.

Merenungkan Sebuah Poros

Goldman Sachs pada Senin (13/3) tidak mengharapkan Fed untuk menaikkan suku bunga sama sekali bulan ini. Di sisi lain, ada juga peramal Wall Street lainnya yang memiliki pandangan yang sama. Baik Bank of America dan Citigroup mengatakan mereka memperkirakan The Fed akan melakukan langkah kenaikan seperempat poin, kemungkinan diikuti oleh beberapa langkah lagi.

Selain itu, meskipun Goldman mengatakan angka Fed akan melewatkan kenaikan pada Maret 2023, masih mencari kenaikan seperempat poin pada Mei, Juni, dan Juli 2023.

“Kami pikir pejabat Fed cenderung memprioritaskan stabilitas keuangan untuk saat ini, melihatnya sebagai masalah langsung dan inflasi tinggi sebagai masalah jangka menengah,” kata Goldman kepada kliennya dalam sebuah catatan, dilansir dari CNBC.

Krosby mengatakan The Fed setidaknya kemungkinan akan membahas gagasan menunda kenaikan.

Pertemuan minggu depan adalah pertemuan besar, karena FOMC tidak hanya akan membuat keputusan tentang suku bunga tetapi juga akan memperbarui proyeksinya untuk masa depan termasuk prospek produk domestik bruto (PDB), pengangguran, dan inflasi.

“Tidak diragukan lagi, mereka sedang mendiskusikannya. Pertanyaannya adalah, apakah mereka akan khawatir mungkin hal itu memupuk rasa takut?” tanya Goldman.

“Mereka harus mengirim telegram (sebelum pertemuan) ke pasar bahwa mereka akan berhenti sejenak, atau bahwa mereka akan terus memerangi inflasi. Ini semua untuk diskusi,” lanjutnya.

Mengelola Pesan

Ekonom Citigroup Andrew Hollenhorst mengatakan jeda, istilah yang umumnya tidak disukai pejabat Fed, sekarang akan mengirim pesan yang salah ke pasar.

Bank sentral telah berusaha memoles kepercayaannya sebagai pejuang inflasi, setelah menghabiskan berbulan-bulan menyangkal kenaikan harga sebagai tidak lebih dari efek “sementara” dari hari-hari awal pandemi Covid-19. Powell berulang kali mengatakan Fed akan tetap pada jalurnya sampai membuat kemajuan yang signifikan dalam menurunkan inflasi ke target 2%.

Citi, pada kenyataannya, melihat The Fed terus menaikkan benchmark fed funds rate (FFR) ke kisaran target 5,5%-5,75%, dibandingkan dengan saat ini 4,5%-4,75% dan jauh di atas harga pasar 4,75%-5%.

“Pejabat Fed tidak mungkin melakukan pivot pada pertemuan minggu depan dengan menghentikan kenaikan suku bunga, dalam pandangan kami,” kata Hollenhorst dalam catatan klien.

“Melakukan hal itu akan mengundang pasar dan publik untuk berasumsi bahwa tekad memerangi inflasi Fed hanya ada sampai pada titik ketika ada ketidakstabilan di pasar keuangan atau ekonomi riil,” tambahnya.

Bank of America mengatakan tetap “waspada” terhadap tanda-tanda bahwa krisis perbankan saat ini menyebar, suatu kondisi yang dapat mengubah perkiraan.

“Jika Fed berhasil memperbaiki volatilitas pasar baru-baru ini dan membatasi sektor perbankan tradisional, maka Fed harus dapat melanjutkan laju kenaikan suku bunga secara bertahap sampai kebijakan moneter cukup ketat. Prospek kami untuk kebijakan moneter selalu bergantung pada data. Saat ini juga bergantung pada tekanan di pasar keuangan,” ujar Michael Gapen, kepala ekonom AS BofA.

Powell juga telah menekankan pentingnya menggunakan data untuk menentukan arah kebijakan yang ingin dia arahkan.

The Fed akan mendapatkan pandangan terakhir pada metrik inflasi minggu ini, ketika Departemen Tenaga Kerja merilis CPI Februari 2023 pada Selasa dan mitra harga produsen pada Rabu (15/3). Sebuah survei Fed New York yang dirilis Senin menunjukkan ekspektasi inflasi satu tahun anjlok selama bulan tersebut.

Editor: Grace El Dora (graceldora@gmail.com)

Dapatkan info hot pilihan seputar ekonomi, keuangan, dan pasar modal dengan bergabung di channel Telegram "Official Investor.ID". Lebih praktis, cepat, dan interaktif. Caranya klik link https://t.me/+ijaEXDjGdL1lZTE1, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca Berita Lainnya di GOOGLE NEWS

BAGIKAN

Berita Terkait


Berita Terkini


Market 5 jam yang lalu

BSI (BRIS) Terbitkan EBA Syariah Pertama di Indonesia

BSI (BRIS) menerbitkan Efek Beragun Aset Syariah-Surat Partisipasi (EBAS-SP), hasil sekuritisasi aset syariah pertama di Indonesia.
Business 5 jam yang lalu

Premier Luncurkan Proyek Hunian Hijau di Selatan Jakarta 

PT Premier Qualitas Indonesia bersama anak usahanya, PT Bukit Sukses Bersama (BSB), memperkenalkan proyek hunian hijau Premier Promenade.
Market 5 jam yang lalu

Lanjutkan Ekspansi, SMKL Bakal Gunakan Energi Ramah Lingkungan

Terapkan praktik bisnis berkelanjutan, SMKL akan mengganti boiler yang semula menggunakan batu bara dengan energi gas agar ramah lingkungan.
Business 6 jam yang lalu

Anak Usaha KS Pasok Pipa Baja ke Proyek Terminal Kalibaru

Anak usaha KS, PT Krakatau Pipe Industries (KPI), melakukan pengiriman perdana pipa pancang ke proyek rancang bangun Terminal Kalibaru PTPP.
Market 6 jam yang lalu

Rapor ESG Bumi Resources (BUMI), Begini Hasilnya!

Bumi Resources (BUMI) menerima laporan resmi dari Bloomberg, penyedia data keuangan, terkait ESG (Environmental, Social & Government).

Tag Terpopuler


Copyright © 2023 Investor.id