Saham Credit Suisse Rebound 30% Setelah Rencanakan Pinjaman

ZÜRICH, investor.id – Saham Credit Suisse melonjak lebih dari 30% pada Kamis (16/3) setelah mengumumkan akan meminjam hingga US$ 53,7 miliar dari bank sentral Swiss, menyusul pasar yang jatuh karena kekhawatiran krisis perbankan global.
Bank terbesar kedua di Swiss, yang telah terperosok dalam serangkaian skandal, berada di bawah tekanan minggu ini karena kegagalan dua pemberi pinjaman regional Amerika Serikat (AS) telah mengguncang sektor ini.
Tak lama setelah bel pembukaan Kamis, saham Credit Suisse diperdagangkan 32,59% lebih tinggi pada 2,22 franc Swiss, setelah jatuh sebanyak 30% pada Rabu (15/3) ke level terendah bersejarah 1,55 franc per lembar saham.
Pasar saham Eropa dibuka lebih tinggi pada Kamis setelah jatuh tajam sehari sebelumnya, tetapi indeks Asia turun.
Rebound terjadi beberapa jam setelah bank itu mengeluarkan pernyataan yang mengatakan pihaknya “mengambil tindakan tegas untuk terlebih dahulu memperkuat likuiditasnya”, dengan menggunakan opsi untuk meminjam hingga 50 miliar franc Swiss dari Swiss National Bank (SNB) bank sentral.
Itu juga mengumumkan pembelian kembali utang hingga tiga miliar franc.
“Langkah-langkah ini menunjukkan tindakan tegas untuk memperkuat Credit Suisse saat kami melanjutkan transformasi strategis kami, untuk memberikan nilai kepada klien kami dan pemangku kepentingan lainnya,” kata CEO Ulrich Koerner dalam pernyataan yang dikutip dari AFP, Kamis.
“Tim saya dan saya bertekad untuk bergerak maju dengan cepat untuk mewujudkan bank yang lebih sederhana dan fokus yang dibangun berdasarkan kebutuhan klien,” tambahnya.
Saham bank itu ditutup 24% lebih rendah pada Rabu setelah pemegang saham utamanya, Saudi National Bank, mengatakan tidak akan menaikkan kepemilikannya di grup tersebut karena kendala peraturan.
Bank telah terpukul di awal pekan, ketika laporan tahunannya mengakui “kelemahan material” dalam pengendalian internal.
Bank Nasional Swiss mengatakan pada Rabu malam bahwa tingkat modal dan likuiditas di pemberi pinjaman cukup itu untuk “bank yang penting secara sistemik”, bahkan ketika berjanji untuk menyediakan likuiditas jika diperlukan.
Credit Suisse adalah salah satu dari 30 bank secara global yang dianggap terlalu besar untuk gagal, memaksanya menyisihkan lebih banyak uang untuk menghadapi krisis.
Dikatakan, pinjaman bank sentral akan “mendukung ... bisnis inti dan klien”.
Sinyal Campuran
Analis telah memperingatkan meningkatnya kekhawatiran atas kelangsungan hidup bank dan dampaknya pada sektor yang lebih luas, karena saham pemberi pinjaman lainnya merosot pada Rabu setelah rebound sehari sebelumnya.
“Penggunaan fasilitas likuiditas mengirimkan sinyal beragam,” kata ahli strategi sektor senior ING Suvi Platerink Kosonen.
“Sementara itu menenangkan bahwa bank memiliki akses ke likuiditas yang mungkin dibutuhkannya, itu juga agak mengganggu kebutuhannya,” ujarnya.
Pasar telah diguncang minggu ini menyusul ledakan pemberi pinjaman industri teknologi Silicon Valley Bank (SVB) dan Signature Bank.
Runtuhnya SVB dipicu oleh kampanye kenaikan suku bunga Federal Reserve (Fed) AS, yang menurunkan nilai obligasi dengan return yang lebih rendah yang dimiliki bank California, menyebabkannya kehilangan US$ 1,8 miliar.
Credit Suisse mengatakan portofolio obligasinya “sepenuhnya dilindung nilai untuk pergerakan suku bunga”.
Bank Sentral Eropa (ECB) akan menjadi fokus pada Kamis waktu setempat, karena diperkirakan akan menaikkan suku bunga lagi sebesar setengah persentase poin atau 50 basis poin (bps) untuk melawan inflasi. Sementara Fed akan mengadakan pertemuan kebijakan suku bunga minggu depan.
Banyak Masalah
Pada Februari 2021 saham Credit Suisse bernilai 12,78 franc Swiss, tetapi sejak saat itu telah mengalami rentetan masalah yang menggerogoti nilai pasarnya.
Pada awal 2021 cabang manajemen asetnya diguncang oleh kebangkrutan perusahaan keuangan Inggris Greensill, di mana sekitar US$ 10 miliar telah dikomitmenkan melalui empat dana.
Hanya beberapa minggu kemudian, itu dilanda ledakan dana AS Archegos yang menelan biaya lebih dari US$ 5 miliar.
Bank itu bulan lalu membukukan kerugian bersih 7,3 miliar franc Swiss untuk tahun keuangan 2022.
Itu terjadi dengan latar belakang penarikan dana besar-besaran oleh kliennya, termasuk di sektor manajemen kekayaan, yang adalah salah satu kegiatan yang ingin difokuskan kembali oleh bank sebagai bagian dari rencana restrukturisasi besar.
Editor: Grace El Dora (graceldora@gmail.com)
Baca Berita Lainnya di GOOGLE NEWS
Berita Terkait
Berita Terkini
Likuiditas Start-up Teknologi Disorot, GOTO Aman?
Kondisi ekonomi global saat ini berdampak pada persepsi publik terhadap likuiditas perusahaan teknologi, salah satunya GOTO. Amankah?Ekonom Proyeksi BI Pertahankan Suku Bunga 5,75% Sepanjang 2023
Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman memproyeksi Bank Indonesia (BI) akan mempertahankan suku bunga acuan (BI7DRR) sebesar 5,75% tahun ini.Tokoh Punokawan dan Pandawa Melandasi Konsep Buku Entrepreneurial Marketing
Simbol Punokawan dan Pandawa membawa pendekatan entrepreneurial marketing untuk menjawab kondisi dinamis dari tahun ke tahun.Riset Snapcart: Gratis Ongkir Jadi Daya Tarik Konsumen untuk Belanja Online
Penawaran menarik khususnya gratis ongkir sepertinya akan selalu menjadi salah satu kunci daya tarik utamaBank Sentral Swiss Naikkan Suku Bunga 50 bps di Tengah Kekacauan
Bank sentral Swiss (Swiss National Bank/ SNB) menaikkan suku bunga acuannya sebesar 50 basis poin (bps) pada Kamis (23/3).Tag Terpopuler
Terpopuler
