Rabu, 31 Mei 2023

Kenaikan Suku Bunga The Fed Sesuai Ekspektasi, tapi Pasar Saham kok Jatuh?

Jauhari Mahardhika
23 Mar 2023 | 07:02 WIB
BAGIKAN
New York Stock Exchange (NYSE), Amerika Serikat. (Foto: Spencer Platt/Getty Images via AFP)
New York Stock Exchange (NYSE), Amerika Serikat. (Foto: Spencer Platt/Getty Images via AFP)

WASHINGTON, investor.id – Bank sentral Amerika Serikat, Federal Reserve (The Fed) kembali menaikkan suku bunga acuan sebesar 0,25% pada Rabu (22/3/2023) waktu setempat. Kenaikan sebesar itu sesuai ekspektasi pelaku pasar.

Kenaikan Fed Funds Rate (FFR) sebesar 0,25% tersebut merupakan kesembilan kali dalam setahun terakhir. Hal itu mendorong FFR ke kisaran 4,75% hingga 5%.

Kenaikan suku bunga acuan terjadi saat Amerika Serikat (AS) tengah berjuang memerangi inflasi dan menghadapi krisis di industri perbankan. Kenaikan sebesar 0,25% mencerminkan kehati-hatian tentang krisis perbankan dan menunjukkan bahwa kenaikan mendekati akhir.

Advertisement

Seiring dengan kenaikan kesembilan kalinya sejak Maret 2022 itu, Federal Open Market Committee (FOMC) The Fed mencatat bahwa kenaikan selanjutnya akan sangat bergantung pada data ekonomi.

“Komite akan memantau dengan cermat informasi yang masuk dan menilai implikasinya terhadap kebijakan moneter," kata The Fed dalam pernyataannya usai pertemuan FOMC, seperti dilansir CNBC.

“Komite mengantisipasi bahwa beberapa pengetatan kebijakan tambahan mungkin tepat untuk mencapai sikap kebijakan moneter yang cukup ketat untuk mengembalikan inflasi menjadi 2% dari waktu ke waktu.”

Kata-kata tersebut berbeda dari pernyataan sebelumnya yang mengindikasikan ‘kenaikan berkelanjutan’ akan tepat untuk menurunkan inflasi.

Sementara itu, Ketua The Fed Jerome Powell menegaskan bahwa bank sentral mungkin mendekati akhir siklus kenaikan suku bunga. Namun, pertarungan melawan inflasi belum berakhir.

Sebelumnya, kalangan analis di Tanah Air memprediksi bahwa kenaikan suku bunga The Fed lebih moderat sebesar 25 bps menjadi 4,75-5%.

“Tingkat inflasi di Amerika Serikat yang terus turun, saat ini 6% (yoy) dan inflasi inti 5,5% (yoy), akan menjadi bahan pertimbangan The Fed yang tidak akan terlalu hawkish untuk menaikkan bunga acuan,” tulis Financial Expert Ajaib Sekuritas Asia, Chisty Maryani dalam ulasannya, Minggu (19/3/2023).

Tak hanya inflasi dari sisi konsumen yang melandai, inflasi tingkat produsen (producer price index/PPI) AS pada Februari 2023 juga tercatat melandai di level 4,6% (yoy), di bawah level sebelumnya 5,7% dan di bawah konsensus pada level 5,4%.

Sementara itu, core PPI pada Februari tahun ini sebesar 4,4% (yoy), lebih rendah dari periode sebelumnya di level 5% dan di bawah konsensus 5,2%. Meskipun tren inflasi tersebut turun, The Fed masih akan mengupayakan untuk menekan laju inflasi AS mencapai target mereka di level 2%.

Menurut Chisty, kenaikan suku bunga The Fed sebesar 25 bps atau sesuai ekspektasi kemungkinan direspons positif oleh pelaku pasar saham di dalam negeri. Sejauh ini, pelaku pasar menganggap bahwa kenaikan suku bunga acuan di AS mampu meredam inflasi. Hanya saja, kenaikannya diharapkan tidak terlalu tinggi.

Sementara itu, di pasar saham AS, indeks utama DJIA malah terpangkas 1,6% ke level 32.030. S&P 500 juga tergerus 1,6% ke 3.936 dan Nasdaq pun terkikis 1,6% ke 11.669. Sedangkan Bursa Efek Indonesia (BEI) hari ini masih libur, buka kembali Jumat (24/3/2023).

The Fed, selain melanjutkan kenaikan suku bunga acuan, juga mengakui bahwa gejolak di sektor perbankan dapat memperlambat ekonomi yang sudah rapuh. Saham-saham bank regional di AS memimpin penurunan indeks saham.

Pelemahan pasar saham AS juga dipicu oleh komentar Menteri Keuangan Janet Yellen, yang menyebutkan bahwa AS saat ini tidak mengerjakan “asuransi menyeluruh” terhadap deposito bank.

The Fed juga memperkirakan akan menaikkan suku bunga acuan sekali lagi pada tahun ini. Bank sentral AS tersebut mempertahankan ‘terminal rate’ atau tingkat dimana suku bunga acuan akan mencapai puncaknya di 5,1% pada Desember atau berada di kisaran target 5%-5,25%.

Hal itu menyusul keputusan The Fed yang menaikkan suku bunga acuan 25 basis poin (bps) atau 0,25% ke kisaran 4,75%-5%.

Editor: Jauhari Mahardhika (jauhari@investor.co.id)

Dapatkan info hot pilihan seputar ekonomi, keuangan, dan pasar modal dengan bergabung di channel Telegram "Official Investor.ID". Lebih praktis, cepat, dan interaktif. Caranya klik link https://t.me/+ijaEXDjGdL1lZTE1, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca Berita Lainnya di GOOGLE NEWS

BAGIKAN

Berita Terkait


Berita Terkini


Finance 51 menit yang lalu

Cetak Pendapatan US$ 20,4 M, Business Network International Lansir Chapter Magnify

Khusus di Indonesia BNI telah membuka 7 chapter dan akan menjadi 10 chapter dalam waktu dekat.
Market 54 menit yang lalu

PGAS Jadi Saham Recommended, setelah Kabar Ini Keluar

PGAS menjadi saham recommeded begitu kabar pengumuman dividen kakap tahun buku 2022 keluar.
Lifestyle 1 jam yang lalu

Formula E Kembali Digelar, DHL Jadi Mitra Logistik Resmi

Menggunakan bahan bakar bio untuk semua angkutan darat dan laut, DHL memindahkan sekitar 415-ton kargo penting di setiap balapan.
Business 1 jam yang lalu

Telkomsel Fokus Perkuat Bisnis Broadband TelkomGroup

Telkom memperoleh persetujuan pemegang saham independen atas aksi korporasi pemisahan segmen usaha (spin-off) IndiHome ke Telkomsel.
Market 3 jam yang lalu

Wah, Garuda (GIAA) Pasang Target Pendapatan Naik Lebih Tinggi

Garuda Indonesia (GIAA) bersiap ‘lepas landas’ dengan target kenaikan pendapatan yang lebih tinggi tahun ini dibandingkan tahun lalu.

Tag Terpopuler


Copyright © 2023 Investor.id