Jumat, 24 Maret 2023

Penyaluran Kredit Bank Himbara Topang Pertumbuhan Ekonomi

Investor.id
27 Feb 2023 | 15:42 WIB
BAGIKAN
Ryan Kiryanto
Ryan Kiryanto

Jakarta, Investor.id – Kinerja empat bank BUMN atau bank-bank milik negara yang tergabung dalam Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) sudah dilakukan dengan prosedur ketat sesuai prinsip kehati-hatian (prudential banking) yang tinggi. Penyaluran kredit oleh masing-masing bank Himbara selama ini dinilai juga sejurus dengan kepentingan bangsa dan negara, sehingga mampu menopang pertumbuhan ekonomi nasional.

“Penyaluran kredit bank Himbara tidak semudah yang dibayangkan oleh sebagian masyarakat. Selain wajib menerapkan prinsip prudential banking, mereka juga punya hirarki pengambilan keputusan kredit yang cukup panjang,” ungkap ekonom senior Ryan Kiryanto, dalam Inabanks - Focus Group Discussion (FGD) 2023 yang bertema “Penerapan Prinsip Prudential Banking dalam Penyaluran Kredit Bank BUMN”, yang berlangsung secara daring, Senin, 27 Februari 2023.

Ryan yang juga Associate Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) tersebut mengungkapkan, seperti halnya bank swasta dan lembaga pembiayaan (multifinance) lainnya, bank pelat merah juga menerapkan prinsip 5C (character, capacity, capital, condition, dan collateral) dalam melakukan analisis kelayakan kredit.

Advertisement

Hasil analisis dengan prinsip 5C ini kemudian digunakan sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan kelayakan pemberian kredit. “Semua kredit yang disalurkan bank Himbara sudah sesuai dengan prosedur yang pruden untuk kegiatan korporasi bisnis maupun konsumer. Karenanya, tidak heran, kredit bank Himbara selama ini telah mampu mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia,” ujarnya.

Menurutnya, melalui analisis kredit yang profesional, bank atau lembaga pembiayaan akan dapat menentukan besaran kredit yang diberikan sesuai dengan kebutuhan objektif dari calon debitur. Hal ini akan menjamin fasilitas kredit yang diberikan akan tetap lancar sampai dengan jatuh tempo kreditnya.

Dia memerinci, dalam Credit Approval Authority (CAA) berdasarkan prinsip Analytical Hierarchy Process (AHP), ada beberapa tingkat pengambilan keputusan pemberian kredit. Tingkatan dimaksud meliputi Komite Kredit, yang terdiri dari beberapa anggota Direksi dan Kepala Divisi Kredit, Direktur Kredit, Kepada Divisi, Kepala Wilayah, dan Kepala Cabang (Sentra Kredit).

Dalam hirarki pengambilan keputusan kredit, lanjutnya, harus memenuhi empat prinsip mata (4-Eyes Principles). Karenanya di setiap hirarki keputusan kredit selalu melibatkan direksi atau pimpinan satuan kerja (satker) yang membidangi manajemen risiko.

“Hal ini wujud pelaksanaan prinsip kehati-hatian, independensi, dan objektivitas pengambil keputusan kredit, yang dimaksudkan juga sebagai strategi mengamankan atau menyelamatkan kredit supaya tetap berada dalam kondisi lancar,” jelasnya.

Analisis Karakter

Dalam menjaga prinsip kehati-hatian, lanjut Ryan, pertama, bank harus melakukan analisis karakter calon debitur. Dalam hal ini bank wajib memastikan pemenuhan kewajiban oleh debitur lancar sampai jatuh tempo jangka waktu kredit.

“Untuk itu, analisis karakter dan rekam jejak calon debitur menjadi penting untuk dilakukan dengan seksama,” tegasnya.

Kedua, lanjut Ryan, pihak bank wajib melakukan Analisa Kapasitas atau Kapabilitas atas kemampuan calon debitur dalam mengelola usahanya sehingga mampu memenuhi kewajibannya kepada lembaga kreditur (First Way Out) menjadi salah satu pertimbangan utama sebelum kredit atau pembiyaan diberikan.

Ketiga, bank harus melakukan analisis kondisi. Ryan menyebut, dinamika lingkungan bisnis yang secara langsung atau tidak langsung berpotensi mempengaruhi prospek usaha dan kinerja usaha calon debitur sehingga berdampak pada kemampuannya memenuhi kewajiban kepada kreditur, harus dianalisis secara komprehensif dan seksama.

Keempat, bank harus melakukan analisis capital yakni kecukupan modal calon debitur sebagai modal dasar perusahaan calon debitur dikelola dengan baik, tumbuh, dan menguntungkan secara berkelanjutan.

Kelima, analisis kecukupan nilai jaminan. Dalam analisis ini, bank melakukan analisis terhadap, kegiatan usaha perbankan atau lembaga pembiayaan yang senantiasa dilingkupi dengan berbagai risiko, termasuk dalam pemberian kredit.

“Lazimnya bank atau lembaga pembiayaan menetapkan Cash Equivalent Value (CEV) senilai 70% dari nilai agunan atau jaminan, untuk memastikan second way out-nya mampu meng-cover nilai kredit yang diberikan jika kreditnya bermasalah atau macet,” paparnya.

Kontribusi Penyaluran Kredit

Salah satu indikator kontribusi penyaluran kredit bank Himbara dalam pertumbuhan ekonomi nasional bisa dilihat dari beberapa faktor. Antara lain rendahnya tingkat rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) bank Himbara.

Menurut Ryan, gross NPL bank Himbara tidak sampai 3%, sementara net to NPL, di bawah 1% (0,8%). Hal ini lebih disebabkan adanya gangguan ekonomi seperti pandemi dan gangguan ekspor akibat perang Rusia-Ukraina.

“Itulah yang membuat sebagian kecil debitur di bank BUMN itu mengalami kegagalan usaha. Tetapi kalau kita lihat presentasi NPL-nya yang begitu kecil, itu mengkonfirmasi bahwa prosedur di bank BUMN itu dalam konteks penyaluran kredit, sudah on the track,” tegasnya.

Sementara itu, kontribusi bank BUMN terhadap kepentingan bangsa, menurut Ryan, dapat dilihat dari besarnya pajak dan deviden yang diberikan ke pemerintah, serta kredit produktif yang diberikan seperti kredit investasi, kredit modal kerja, serta kredit skala kecil (UMKM) termasuk di dalamnya Kredit Usaha Rakyat (KUR).

“Dengan keuntungan BRI Rp 51 triliun, Mandiri Rp 40 triliun, dan BNI Rp 18 triliun itu, kita kebayang enggak, berapa pajak yang diberikan oleh ketiga bank ini. Jadi pajak yang diberikan bank BUMN itu sangat signifikan menurut saya, dan akan masuk di pos penerimaan APBN,” jelasnya.

Ryan menambahkan, bank-bank BUMN merupakan pionir dalam penyaluran KUR, karena memiliki lebih banyak kantor cabang dan outlet untuk menyalurkan kredit kepada debitur UMKM yang belum bankable.

“Inilah peran nyata bank BUMN dalam konteks perkreditan. Bukan hanya itu, bank BUMN juga membuka dan menyerap lapangan kerja, meningkatkan kesejahteraan, menurunkan angka kemiskinan dan seterusnya. Artinya kredit yang disalurkan bank BUMN itu menciptakan multiplier effect,” pungkasnya. 

 

Editor: Aditya L Djono (adityalaksmanayudha@gmail.com)

Baca Berita Lainnya di GOOGLE NEWS

BAGIKAN

Berita Terkait


Berita Terkini


Market 14 menit yang lalu

Minyak Terpangkas 1% Tertekan Keputusan AS Soal Cadangan Strategis

Harga minyak terpangkas 1% pada Kamis (23/3/2023). tertekan pernyataan Menteri Energi AS bahwa pengisian ulang SPR memakan waktu lama
Market 32 menit yang lalu

Pandemi Covid-19 Berlalu, Adi Sarana Siapkan Capex Jumbo 

PT Adi Sarana Armada Tbk (ASSA) menyiapkan capex jumbo, Rp 1,5 triliun, tahun ini untuk menambah jumlah armada.
Market 48 menit yang lalu

MNC Sekuritas: IHSG Uji Rentang Ini, Intip Saham-Saham Calon Cuan di Hari Kejepit

MNC Sekuritas memprediksi IHSG hari ini uji rentang 6.693-6.731. Intip saham-saham calon cuan di hari kejepit ini. Salah satunya BBKP.
Business 1 jam yang lalu

Pengembang Perkuat Properti Komersial

Para pengembang memperkuat properti komersial di area proyek yang dikembangkannya. Kehadiran properti komersial selain menggairahkan kawasan
Market 1 jam yang lalu

Harga CPO Rontok Dua Hari Berturut-turut

Harga kontrak CPO di Bursa Malaysia Derivatives kembali melemah pada perdagangan Kamis, sehingga rontok dua hari berturut-turut. 
Copyright © 2023 Investor.id