Jakarta, Investor.id- Sandiaga Uno terkenal sebagai sosok yang ramah dan penuh optimisme. Di tengah kesibukannya, bapak dari tiga anak ini masih sempat meluangkan waktu untuk berolahraga. Bahkan, suatu ketika,  dalam kunjungan kerjanya ke Danau Toba, Sumatera Utara, Sandiaga menyempatkan diri bersepeda.

Gemar berolahraga, berpikir positif, selalu optimistis, dan rajin beribadah telah membentuk Sandiaga menjadi  sosok yang bugar dan berdedikasi.

Aura itu terasa kuat ketika pria kelahiran tahun 1969 itu menerima Investor Daily di Kantor Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif  (Kemenparekraf) di bilangan Jl Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Jumat (24/3/2023) pagi.

Ruang pertemuan yang dominan berwarna coklat serta ditemani satu hiasan perahu tradisional hasil kerajinan tangan membuat perbincangan terasa lebih akrab. Padahal, perbincangan sesekali menyinggung ke soal-soal politik yang sedang hangat.

“Ke depan, saya melihat Indonesia Emas pada 2045 sebagai cita-cita bersama yang harus dicapai dengan modal bonus demografi. Kita harus menjadi negara yang sejahtera, adil, dan makmur,” kata  Sandiaga Uno yang meraih Master of Business Administration  (MBA) dari The Geroge Washington University, Amerika Serikat (AS)  pada 1992.

Sandiaga  Uno sempat menjadi calon wakil presiden (wapres)  bersama Prabowo Subianto pada pemilihan presiden (pilpres) tahun 2019.

Selepas pilpres 2019, dia dipercaya oleh Presiden Joko Widodo sebagai Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif sejak 23 Desember 2020.

Sebelumnya, suami  Noor Asiah Abdul Aziz (Nur Asia) ini menekuni karier di dunia bisnis. Sempat menjadi  manajer investasi di Seapower Asia Investment Limited Singapura pada 1993, Sandiaga  lalu mendirikan perusahaan penasihat keuangan PT Recapital Advisors pada 1997.

Puncaknya, ia menjadi presiden direktur PT Saratoga Investama Sedaya Tbk   periode 2004-2015. Dia juga sempat masuk dalam daftar  orang terkaya di Indonesia urutan ke-37 versi majalah Forbes pada 2011.

Semua hasil kerja keras itu diakuinya tak terlepas dari didikan dan filosofi yang ditanamkan kedua orang tuanya sejak dini.

Sandiaga memiliki darah keturunan Gorontalo dari sang ayah, Razif Halik Uno. Dalam  tubuhnya  juga mengalir darah Jawa dari sang ibu,  Rachmini Rachman. Sang ayah bekerja di perusahaan minyak Caltex di Riau, sedangkan sang ibu terkenal sebagai pakar pendidikan.

“Filosofi dan pendidikan orang tua sangat-sangat    memengaruhi kehidupan saya sampai sekarang bertugas di kementerian,” tutur pria yang pernah menjadi Wakil Gubernur DKI Jakarta, 2017-2018 tersebut.

Berikut petikan wawancara Sandiaga Uno dengan  jurnalis Investor Daily,  Edo Rusyanto dan  Fransiscus Rio Winto, serta  jurnalis foto, Heri Gagarin:

Apa filosofi  orang tua yang amat membekas dan memengaruhi kehidupan Anda hingga saat ini?

Filosofi  yang ditanamkan  keluarga  amat membekas dan memengaruhi kehidupan saya. Ibu saya menanamkan sifat disiplin, totalitas, dan kerja keras. Lalu, ayah mengajarkan saya tentang loyalitas dan selalu fokus dalam menjalankan sesuatu.  Selain itu, sejak kecil kami diajarkan untuk selalu bersyukur atas apa yang telah diperoleh.

Ajaran kedua orang tua sangat memengaruhi saya  sampai  sekarang bertugas di kementerian. Tugasnya  sangat berat ketika pertama kali masuk pada 2020 karena ada pandemi Covid-19.

Filosofi keluarga itu juga Anda terapkan  dalam menjalankan tugas-tugas kementerian?

Ya, betul. Karena itu, saya selalu menerapkan disiplin dan tepat waktu. Saya mendorong tiga hal. Pertama adalah inovasi agar selalu memberikan lebih.  Kemudian, kita juga harus bisa beradaptasi dengan keadaan ekonomi terkini yang terimbas oleh pandemi. Kini, new normal adalah better normal, kalau di pariwisata adalah pariwisata yang lebih berkualitas.

Ketiga adalah berkolaborasi. Kita harus bekerja sama. Saya selalu minta masukan dari teman-teman, kita mengajak yang muda-muda untuk bersuara (speak up).

Saya melihat kepemimpinan itu tidak satu arah, tapi dua arah. Kita harus mendapat feedback dari yang muda-muda karena ekosistem pariwisata dan ekonomi kreatif itu 55% adalah anak-anak muda.

Oh ya, ada lagi. Ada tiga filosofi keluarga yang saya turunkan di Kemenparekraf dan seluruh masyarakat ekonomi kreatif.

Pertama, Gercep (gerak cepat). Semua harus cepat. Setiap ada tugas, selesaikan dalam waktu   24 jam. Kalau tidak bisa, harus diberitahukan untuk bisa menyelesaikan dalam waktu berapa lama.

Kedua, Geber atau gerak bersama. Kita tidak bisa sendiri-sendiri, tidak ada superman, yang ada adalah superteam. Di kami ada sekitar 78 ribu yang tersebar di kota dan kabupaten yang merupakan stakeholders Kemenparekraf.

Ada 45 juta total masyarakat parekraf, 22,5 juta di pariwisata dan 22,5 juta di lini ekonomi kreatif. Ini harus bisa digunakan dalam konsep Geber.

Ketiga Gaspol, yaitu garap semua potensi,  terutama potensi online untuk ciptakan kualitas.

Nilai-nilai yang diajarkan orang tua juga diteruskan kepada ketiga anak Anda?

Tentu saja ajaran dari orang tua kami teruskan ke anak-anak. Dua anak saya sudah selesai kuliah dan bekerja. Mereka kerja di luar negeri. Kita tidak bisa mengawasi selama 24 jam dan mereka sudah dewasa. Kita hanya memberi perhatian melalui nasihat-nasihat. Mereka sudah di dunianya sendiri.

Yang satu  lagi  masih tinggal dengan saya. Sebetulnya yang saya sangat inginkan, mereka menjadi anak-anak yang saleh dan salehah. Dalam mengajarkan soal disiplin, tentu saja berbeda. Zaman sudah berbeda.

Dulu, soal disiplin, ibu saya bisa melakukan tindakan fisik. Sekarang kalau kita begitu bisa kena tuduhan KDRT (kekerasan dalam rumah tangga). Dulu masih bisa mukul pake sapu atau penggaris, sekarang kita bisa dilaporkan melakukan KDRT.

Lalu, bagaimana cara Anda menerapkan disiplin kepada anak-anak?

Kita berikan GBHN, garis-garis besar hubungan dalam keluarga, yakni apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh anak-anak.

Kalau ada pelanggaran akan dilakukan PHS, yaitu pemutusan hubungan sementara. Misal, kemarin kami dapat laporan bahwa Sulaiman (anak bungsu Sandiaga Uno) melanggar peraturan di sekolahnya. Kami lalu melarang Sulaiman untuk tidak memakai gadget selama satu minggu.

Sekarang kondisinya sulit, berbeda dengan dahulu,  bisa dengan cara keras untuk disiplin. Sekarang ini kita kadang bingung, apakah benar mereka sudah merasa dihukum atau tidak.

Di tengah kesibukan Anda, bagaimana menjaga kualitas komunikasi dengan keluarga?

Saat  bulan Ramadan seperti saat ini, kami punya waktu khusus ketika sahur. Kami sahur bersama. Lalu, untuk anak-anak yang di luar negeri, karena berbeda jam, tidak bisa sahur bersama. Tapi, kadang kami melalukan panggilan video (video call). Kami  ganti kuantitas dengan kualitas.

Contohnya?

Saat waktu libur dua atau tiga hari, kami benar-benar fokus untuk dinikmati bersama dengan keluarga serta berkomunikasi secara intens. Kami  pilih tempat-tempat favorit. Tapi, karena saya juga sedang bertugas sebagai Menteri, kadang liburan seperti di Bali tempo hari terpaksa dibarengi dengan melaksanakan tugas.

Komunikasi berkualitas dengan keluarga saat Bulan Puasa biasanya kami memanfaatkan saat sahur. Biasanya, tiga hari pertama kami  manfaatkan buka bersama dan 10 hari terakhir puasa biasanya mengurangi tugas dan lebih diarahkan kepada kegiatan ibadah di waktu malam.

Jadi,  Lebaran adalah  waktu yang tepat untuk dinikmati bersama keluarga?

Mari kita gunakan kesempatan Lebaran dengan menghabiskan waktu bersama keluarga. Itu penting banget karena  keluarga adalah segalanya (family is everything).

Dan, mari masyarakat libur bersama keluarga, tapi berwisatanya di Indonesia. Saya tidak antiliburan ke luar negeri, tapi mari manfaatkan libur bersama keluarga sambil mendukung bangga berwisata di Indonesia.

Target Kemenparekraf pada 2023?

Target tingkat kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) pada 2023 naik dari 3,6 juta menjadi 7,4 juta.  Pada  2022, realisasi kunjungan wisman mencapai lebih dari lima juta, padahal targetnya sekitar 1,8 juta wisman.

Lalu, laju perjalanan atau pergerakan wisatawan nusantara (wisnus) ditargetkan mencapai 1,4 miliar pada 2023 dari semula 700 juta perjalanan. Karena target-targetnya naik dua kali lipat, perlu ada cara-cara yang luar biasa untuk mewujudkannya.

Misal, untuk mencapai target wisman harus meningkatkan jumlah frekuensi penerbangan dan ketersediaan kursi pesawat. Untuk itu, kami bekerja sama dengan maskapai dalam negeri dan internasional.

Kita tidak semata mengejar dari sisi volume kunjungan wisman, namun juga membidik peningkatan kualitas. Misal, lama tinggalnya di Indonesia dan besarnya belanja terhadap produk lokal.

Hal yang menarik,  pergerakan wisnus dipicu oleh adanya momentum hari libur panjang, termasuk saat musim mudik Lebaran. Pergerakan orang pada musim mudik Lebaran  2023 diperkirakan di atas 120 juta, tahun lalu sebanyak 70 juta.

Dari jumlah tersebut, berkisar 300-400 juta pergerakan akan berwisata saat perjalanan mudik dan arus balik, maupun saat berada di kampung halaman.

Bagaimana Anda merespons segelintir wisman yang  meresahkan seperti di Bali?

Indonesia punya target berkualitas dan berkelanjutan. Berkualitas itu adalah wisatawan berdampak positif kepada lingkungan, berkelanjutan kepada masyarakat dan menghargai budaya setempat. Sangat menghormati kearifan lokal.

Dari sekitar 5,5 juta wisman yang hadir di Indonesia pada 2022, sebanyak 99,99% adalah wisatawan yang berkualitas. Hanya segelintir dari wisman ini yang berulah.

Kita harus tegas dalam penindakan. Kita harus sigap dalam pengawasan. Kita harus optimal dalam sosialisasi dan eduksi. Kerap melanggar tidak ada toleransi, kita beri sanksi tegas, termasuk pemulangan atau deportasi seperti yang melanggar saat Nyepi di Bali karena tidak mematuhi peraturan dan perundangan. Kita tidak segan-segan memasukkan mereka ke dalam daftar hitam (black list).

Bagaimana Anda melihat  iklim investasi di Indonesia saat ini?

Tahun lalu, kita mampu meraih nilai investasi langsung  sebesar Rp 1.200 triliun. Kini, untuk dunia usaha, marilah invest in Indonesia.

Saya melihat bahwa target investasi tahun ini, yaitu Rp 1.500 triliun akan tercapai kalau kita semua kompak. Dan, ini bukan hanya di level pemerintah pusat, atau pemerintah daerah, tapi juga  masyarakat dan media massa untuk menyampaikan narasi yang sama, yaitu kita menuju Indonesia Emas 2045.

Cara  mewujudkannya?

Indonesia akan menjadi negara dengan ekonomi terbesar kelima di dunia. Indonesia dipandang sebagai bangsa yang besar sesuai dengan cita-cita para pendiri bangsa, yakni memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut berparitisipasi dalam percaturan dan perdamaian internasional.

Cita-cita besar bangsa ini dapat dicapai kalau kita bersatu. Itulah kenapa pascapilpres 2019, saya bersama Pak Prabowo mendukung dan bergabung dengan Presiden Jokowi demi  menjaga persatuan. Saat itu, saya khawatir terjadi perpecahan dan polarisasi di bangsa kita.

Sekarang ini kita akan memasuki kontestasi demokrasi. Saya berharap bangsa ini akan terus melakukan percepatan pembangunan berkelanjutan. Hal yang sudah bagus diteruskan,   yang perlu dikoreksi ya dikoreksi.

Arah pembangunan kita sudah tepat. Jangan kita berganti-ganti lagi. Mari kita sama-sama bersatu padu menjadikan keberagaman sebagai suatu aset.

Dengan semangat pikiran serta semangat persatuan dan kesatuan, saya yakin kita menjadi bangsa yang maju dan bisa menembus empat besar ekonomi besar dunia.

Editor: Edo Rusyanto (edo_rusyanto@investor.co.id)

Dapatkan info hot pilihan seputar ekonomi, keuangan, dan pasar modal dengan bergabung di channel Telegram "Official Investor.ID". Lebih praktis, cepat, dan interaktif. Caranya klik link https://t.me/+ijaEXDjGdL1lZTE1, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca Berita Lainnya di GOOGLE NEWS