

Rektor Universitas Trisakti Ali Ghufron Mukti dan Anggota Dewan Komisioner Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen OJK Tirta Segara memberikan sambutan pembuka dan keynote speech yang dimoderatorin oleh Primus Dorimulu selaku News Director Beritasatu Media Holdings dalam acara Webinar Seminar Literasi Keuangan, Goes To Campus dengan tema Cerdasnya Berinvestasi Saat Pandemi Covid-19 live streaming di Beritasatu.com, investor.id, youtube, medsos Beritasatu Media di Jakarta, Senin (22/6/2020). Hadir sebagai pembicara Wabinar tersebut antara lain: Vice President Wealth Management Division, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Martua Hanry Koestety Panggabean, Regional Chief Agency Officer PT Avrist Assurance Ainun Wulandari, Kepala Program Studi Sarjana Terapan D IV Keuangan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Trisakti Dr Tri Kunawangsih Purnamaningrum SE MSI, dan Co-Founder Lima Dua Group, Praktisi dan Pengamat Pasar Modal Jimmy Dimas Wahyu. Acara ini terselenggara atas kerjasama dengan OJK, BRI, AVRIST ASSURANCE, dan UNIVERSITAS TRISAKTI. Foto: Beritasatu Photo/Uthan AR
Baru 2% Generasi Milenial yang Melek Investasi
Parina Theodora/Indah Pujiastuti
JAKARTA, investor.id - Pandemi Covid-19 memaksa semua semua pihak mengadaptasi kebiasaan baru. Adaptasi kebiasaan baru seperti mengunakan masker, menjaga jarak, sampai mengubah transaksi keuangan dari fisik menjadi cashless. Pandemi Covid-19 juga menjadi pelajaran penting bahwa masyarakat harus menyiapkan dana darurat untuk berjaga-jaga untuk mengatasi kebutuhan tidak terduka seperti yang terjadi saat ini.
Pemahaman masalah keuangan sejak dini sangat diperlukan dalam menjawab tantangan seperti saat ini. Demikian disampaikan Anggota Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen Tirta Segara dalam Literasi Keuangan Goes to Campu yang bertema “Cerdas Berinvestasi Saat Pandemi Covid-19” pada 22/06/2020.

Kegiatan literasi yang terselenggara atas kerja sama antara OJK, Bank Rakyat Indonesia, Avrist Assurance, dan Universitas Trisakti ini. Turut hadir sebagai pembicara pada kesempatan ini, Kepala Program Studi Sarjana Terapan D IV Keuangan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Trisakti, Tri Kunawangsih Purnamaningrum, VP Wealth Management Division Bank Rakyat Indonesia (BRI), Martua Hanry Koestety Panggabean, serta Regional Chief Agency Officer PT Avrist Assurance, Ainun Wulandari.
Tirta Segara mengatakan, ada tiga kelompok masyarakat yang rentan mengalami masalah keuangan dalam kondisi pandemi seperti saat ini. “Mereka adalah kaum muda yang baru bekerja, masyarakat dengan pendidikan rendah, dan keluarga yang memiliki anak,” ujarnya.
Kelompok pertama yang dikenal dengan generasi milenial ini, menurut Tirta, kerap menghabiskan sebagian besar pendapatan untuk konsumsi. Akibatnya, mereka kerap tidak memiliki dana darurat.
Itu sebabnya, ia menekankan pentingnya pengenalan literasi keuangan sejak dini. Hal ini untuk meningkatkan awareness yang kelak akan menjadi knowledge. Selanjutnya, jika knowledge ini sudah dipahami, diharapkan akan mengubah behavior generasi muda.
“Behavior-nya nanti akan lebih positif sehingga mereka akan berinvestasi. Dan yang terakhir adalah sebuah advokasi, jadi mereka tidak hanya berinvestasi tetapi akan juga mendorong temannya, keluarganya, saudaranya untuk ikut berinvestasi. Ini memang proses panjang oleh karena itu perlu di mulai sejak dini,” jelasnya.
Martua Hanry Koestety Panggabean mengatakan, sepertiga dari penduduk Indonesia masuk dalam generasi milenial. Namun, berdasarkan Indonesia Milenial Report 2019, hanya 2% dari milenial Indonesia atau sekitar 8,5 juta penduduk, yang menyisihkan pendapatannya untuk investasi.
Tri Kunawangsih Purnamaningrum menambahkan, pihaknya juga telah melakukan riset secara internal. Dalam riset tersebut ditemukan bahwa sebanyak 75% dari responden yang semuanya adalah mahasiswa, belum berinvestasi. “Milenial itu sangat konsumtif konsumtif, terbukti dari porsi 2% milienial yang berinvestasi dan itu kan kecil sekali,” tambahnya.

Ada tiga tantangan keuangan yang dihadapi milenial saat ini. “Pertama, tekanan gaya hidup. Kedua, kurang pengetahuan tentang keuangan dan banyak utang serta boros mencari experience,” lanjutnya. Padahal menurunya, mempersiapkan masa depan hanya ada tiga kuncinya; rencana, eksekusi, dan monitor.
“Buat milenial, ingat rumus mengelola keuangan, 40-30-20-10. 40% anggaran untuk kebutuhan sehari-hari. 30% untuk kebutuhan utang, 20% untuk investasi dan asuransi, dan 10% untuk kebutuhan sosial,” papar Martua.
Untuk bisa mengejar kehidupan yang nyaman di masa pensiun, Tirta menyarankan kaum muda melakukan investasi 15-16 tahun lebih awal. Jika hal tersebut dilakukan, maka menurutnya, jumlah uang yang diterima itu bisa tiga kali empat kali lipat daripada mereka berinvestasi ketika masa kerjanya itu tinggal 15-20 tahun. “Jadi harus jauh lebih dini, jadi mahasiswa ini masih perlu dibekali lebih dini agar paham,” lanjutnya.

Tak kalah pentingnya dengan investasi, proteksi juga sangat diperlukan. Sebab semakin bertambahnya usia, pendapatan akan semakin menurun, begitu pula dengan kesehatan. Oleh karenanya, di usia produktif ini, selain investasi, proteksi juga perlu dipersiapkan sejak dini.
Regional Chief Agency Officer PT Avrist Assurance, Ainun Wulandari menyatakan pada saat usia produktif, proteksi aktif juga perlu. “Kalau terjadi sesuatu di masa depan, investasi yang sudah dikumpulkan selama bertahun-tahun akan hilang. Risiko itu bisa saja terjadi. Makanya, kita perlu menjaga diri dari risiko tersebut. Di sinilah pentingnya asuransi,” ujarnya.
Editor : Frans (ftagawai@gmail.com)
Sumber : Majalah Investor