Ekonom: Konsolidasi Operator Telekomunikasi Harus Didorong

JAKARTA, investor.id–Kepala Pusat Inovasi dan Ekonomi Digital Indef Nailul Huda berpandangan, merger atau konsolidasi operator telekomunikasi memang harus terus didorong oleh pemerintah. Konsolidasi bukan saja baik bagi industri telekomunikasi nasional karena akan tercipta persaingan yang sehat, tapi juga bisa berdampak positif bagi kinerja para operator.
Menurut Nailul Huda, konsolidasi akan membuat dua operator menggunakan satu pita frekuensi sehingga pita frekuensi lainnya bisa dikembangkan untuk lainnya. Operator yang melakukan konsolidasi, pangsa pasarnya juga jadi lebih besar. “Dengan adanya merger, juga akan berdampak positif ke kinerja perusahaan, yang bergabung akan mengembangkan koneksi 4G di beberapa kota. Sekarang kan kalau kita lihat yang menguasai satu operator. Nantinya juga akan tercipta pesaing bagi operator penyedia (provider) internet, ada persaingan yang sehat untuk industri broandband dan internet,” kata dia kepada Investor Daily, Senin (19/12/2022).
Nailul mencontohkan, dengan merger atau konsolidasi Indosat dan Hutchison 3, nanti akan ada peningkatan capital expenditures (capex) dari masing-masing operator sehingga terjadi efisiensi penggunaan pita jaringan, terbuka pula peluang bagi mereka memperluas dan mengembangkan jaringan broadband. “Pasar broadbrand sekarang sangat Telkomsel sekali, jaringan internet rumah itu Telkomsel 80% sendiri. Karena itu, pascamerger diharapkan berkembang internet broadband, meski akan besar sekali investasi yang harus dikeluarkan. Tapi itu bisa buat pilihan bagi masyarakat,” ujar dia. Menurut pendapat Nailul, pascamerger Indosat dan Hutchison 3, tiga besar operator telekomunikasi Indonesia dilihat dari pangsa pasarnya adalah Telkomsel, Indosat, dan XL.
Saat ini, secara umum, kontributor utama pendapatan para operator telekomunikasi disumbang layanan data atau internet. Namun ke depan, bukan tidak mungkin dengan masifnya konsolidasi maka para operator akan masuk ke industri fintech untuk payment maupun lending. Saat ini, hal itu sudah diinisiasi oleh IM3 Indosat yang membuat program dengan Bank QNB yang memungkinkan pelanggan meminjam dengan cukup memasukkan nomor telepon. “Bisa jadi juga, nantinya payment itu menjadi sumber pendapatan bagi mereka para operator telekomunikasi, beberapa tahun ke depan mungkin pulsa bisa menjadi alat pembayaran,” jelas dia.
Nailul juga secara khusus menyebutkan proyeksi penambahan pelanggan internet, jika tahun ini mencapai 209 juta pelanggan maka tahun depan akan menajdi 2010 juta pelanggan. “Tahun depan memang tumbuh tapi melambat karena adopsi sudah melandai. Pada 2021, pelanggan sekitar 190 juta, tahun ini 209 juta, dan tahun depan mungkin sekitar 2010 juta atau bisa juga 2020 juta. Adopsi tertolong pandemi Covid-19, sekarang pandemi sudah melandai sehingga adopsi teknologi juga ikut melandai,” tutur dia.
Editor: Tri Listiyarini (tri_listiyarini@investor.co.id)
Baca Berita Lainnya di GOOGLE NEWS
Berita Terkait
Berita Terkini
Gudang Pakaian Impor Bekas Digerebek, Polisi Periksa 15 Saksi
Presiden Jokowi menilai impor pakaian bekas mengganggu industri UMKM.Kabar Duka, Paulus Plate Tapun Ayahanda Menkominfo Johnny G Plate Meninggal Dunia
Masa purna bakti hingga meninggal, Paulus Plate Tapun diketahui menetap di Reo, Kecamatan Reok, Kabupaten Manggarai, NTT.Haedar Imbau Warga Muhammadiyah Lakukan Jihad Ekonomi Masif dan Terstruktur
Jihad ekonomi menjadi salah satu putusan dalam Muktamar Muhammadiyah di Makassar pada 2015.Direksi Makin Solid, Ini Strategi BTN Kejar Target Laba Rp 3,3 Triliun
BTN optimistis on the track mewujudkan visi perseroan menjadi The Best Mortgage Bank di Asia Tenggara pada tahun 2025Bantuan Operasional Pendidikan Dini Islam Rp381 Miliar Bakal Cair
Pencairan BOP RA tahap I. akan diperuntukkan bagi 28.841 RA seluruh Indonesia.Tag Terpopuler
Terpopuler
