

Ilustrasi Bekerja dari rumah atau work from home. ( Foto: Istimewa )
COVID-19 Mempercepat Adopsi Layanan Over The Top di Indonesia
Imam Suhartadi (imam.suhartadi@beritasatumedia.com)
JAKARTA, investor.id – COVID-19 mempercepat adopsi layanan Over The Top (OTT) di Indonesia lebih cepat daripada di negara-negara lain di Asia Tenggara. Hal ini terlihat dari sebuah laporan mengenai posisi OTT di Indonesia dari Kantar dan The Trade Desk baru-baru ini.
“66% pemirsa OTT menonton lebih banyak selama pandemi (vs 49% secara regional) • Kami berharap penggunaan terus berkembang: 43% berharap untuk menonton lebih banyak OTT setelah COVID-19 (vs 33% secara regional),” kata Jennie Johnson, Senior Director Marketing South East Asia, Australia, dan New Zealand The Trade Desk dalam sebuah acara webinar baru-baru ini.
OTT adalah platform untuk menonton konten video profesional melalui internet. • Pengguna dapat memilih apa, kapan, dan perangkat mana untuk menonton • OTT adalah jenis streaming video dimana dapat berbayar (dengan langganan) atau gratis yang diberikan kepada konsumen (didukung oleh iklan).
Dia mengungkapkan laporan ini penting karena konsumen melakukan streaming lebih banyak video daripada sebelumnya namun hampir tidak ada data tentang streaming di Asia Tenggara.
“Siapa yang menonton? Berapa banyak? Apa yang mereka tonton, dan kapan? Dan apa dampaknya bagi pengiklan?, kami melakukan survei dengan Kantar untuk menjawab pertanyaan ini dan lainnya untuk pertama kalinya, mensurvei 4.500 konsumen di Indonesia, Pilipina, Singapura, Malaysia, Thailand dan Vietnam,” katanya.
Dia menjelaskan, orang Indonesia menonton OTT dalam jumlah besar. Laporan itu menunjukan orang ndonesia menggunakan 3 miliar jam OTT per bulan tertinggi di Asia Tenggara • Selain itu, 66 juta orang Indonesia menggunakan OTT dan 70% penonton OTT di sini menonton 1+ jam per hari.
Di Indonesia, perempuan khususnya sangat aktif di OTT. Mayoritas penonton OTT di ID adalah perempuan: 57%. “Perempuan menonton lebih banyak OTT daripada laki-laki: 68% pengguna terbanyak adalah perempuan, yang menonton lebih dari 4 jam per hari,” katanya.
Orang Indonesia ingin menonton iklan dengan imbalan konten gratis. 5% pemirsa OTT akan melihat iklan sebagai imbalan atas pemrograman gratis.
“38% akan menonton empat atau lebih iklan per jam program gratis, nomor dua setelah Filipina (42%). 40 juta konsumen Indonesia menggunakan layanan OTT yang didukung iklan, seperti Vidio, Viu, dan iflix,”tuturnya.
Laporan itu juga menunjukan pengiklan dapat menjangkau 25 juta perempuan di OTT yang didukung iklan. Iklan Kesehatan dan Kecantikan sangat populer: 51% pemirsa OTT lebih menyukai iklan dari kategori tersebut.
Orang Indonesia menyukai program Korea dan lokal dimana 43% penonton OTT menonton acara lokal di OTT dan 42% menonton konten Korea. “Program Korea sangat populer di kalangan anak muda: 51% dari 16-24 tahun menonton konten Korea di OTT,” tambahnya.
OTT dalam laporan ini juga mengganggu jam tayang utama TV karena 59% penayangan OTT terjadi selama jam tayang utama TV tradisional. “17% penonton OTT sama sekali tidak menonton TV tradisional selama 3 bulan sebelum survei,” ucapnya.
Laporan ini memberikan rekomendasi untuk pemasar, merek, dan pengiklan. Pertama, ikuti minat pemirsa dan beriklan di OTT. Pengiklan dapat menjangkau 40 juta konsumen Indonesia di OTT.
Kedua, menjangkau perempuan di OTT. Indonesia memiliki proporsi pemirsa perempuan tertinggi di kawasan Asia Tenggara, yang menunjukkan peluang besar bagi brand untuk menjangkau konsumen perempuan.
Ketiga, gunakan iklan OTT untuk menjangkau pemirsa yang tidak menonton TV tradisional, terutama selama jam tayang utama. Hampir 1 dari 5 pemirsa OTT sama sekali tidak menonton TV tradisional selama 3 bulan sebelum survei.
Keempat, manfaatkan permintaan konten lokal dan Korea. Beriklan pada konten Korea sangat berguna untuk menjangkau pemirsa muda berusia 16-24 tahun.
Editor : Imam Suhartadi (imam_suhartadi@investor.co.id)