Cerita tentang Anak yang Menderita Diabetes dan Biaya Pengobatannya

JAKARTA, investor.id – Elis menceritakan pengalamannya memiliki anak yang menderita diabetes. Menurut dia, kebiasaan terlalu lama bermain gadget dan konsumsi berlebihan minuman manis menjadi pemicu putranya yang bernama Rama terdiagnosis Diabetes melitus (DM) tipe 2, saat usia 14 tahun.
“Sejak SD, Rama sering main gadget dan sering minum softdrink dan susu kotak, dan itu nggak cukup 1 kaleng dan 1 kotak. Juga, senang ngemil tepung-tepungan, seperti empek-empek, somay,” cerita Elis kepada Investor Daily, baru-baru ini.
Sebenarnya, menurut dia, gejala diabetes sudah tampak saat Rama masih di bangku SD. “Badannya sering ruam-ruam. Dokter sudah curiga DM tapi saat dites gula darah masih normal. Begitu SMA, anak jadi drop dan dites gula darah ternyata tinggi, sampai 400 mg/dL,” papar Elis.
Saat ini, Rama menjalani terapi injeksi hormon insulin sehari 3 kali sebelum makan. Juga, rajin berolahraga basket dan futsal supaya karbohidrat terbakar dan gula darah menjadi normal.
“Dalam 1 bulan, saya menghabiskan sekitar Rp 1,5 juta untuk biaya pengobatan itu,” ungkap Elis.
Seperti diketahui, Diabetes melitus (DM) pada anak sangat berbahaya. Mirisnya, prevalensi Diabetes melitus pada anak, baik DM tipe 1 maupun DM tipe 2, meningkat. Lantas, apa yang membedakan DM tipe 1 dan tipe 2?
“DM tipe 1 terjadi karena rusaknya sel beta pankreas sehingga sama sekali tidak mampu memproduksi hormon insulin. Hormon insulin dibutuhkan untuk menormalkan kadar gula darah menjadi berkisar antara 70-120 mg/dL,” kata Ketua Unit Kerja Koordinasi Endokrinologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr Muhammad Faizi SpA(K).
Sedangkan DM tipe 2, lanjut dr Faizi, terjadi karena produksi hormon insulin tidak optimal karena dipaksa memproduksi hormon insulin secara terus-menerus akibat konsumsi karbohidrat dan gula berlebihan.
Perbedaan lainnya adalah Diabetes melitus tipe 1 merupakan kelainan bawaan dari lahir atau bisa juga karena adanya penyakit autoimun sehingga merusak sel beta pankreas.
“Sedangkan Diabetes melitus tipe 2 karena ada gen diabetes yang diturunkan dan diperburuk pola makan tinggi indeks glikemik dan gaya hidup malas bergerak,” ujar dr Faizi.
Editor: Jauhari Mahardhika (jauhari@investor.co.id)
Baca Berita Lainnya di GOOGLE NEWS
Berita Terkait
Berita Terkini
Jalin Kolaborasi dengan Mineski, LinkAja Hadirkan Fitur mgames
Kehadiran mgames di aplikasi LinkAja untuk memperkaya pengalaman bertransaksi digital bagi lebih dari 80 juta pengguna LinkAja.Duh, Kerugian Indofarma (INAF) Bertambah Besar hingga 10 Kali Lipat Lebih
Indofarma (INAF) belum keluar dari masa-masa sulit. Kerugian bertambah besar hingga 10 kali lipat lebih.Antam (ANTM) Investasi Besar-besaran, Potensi Cuan Sahamnya Masih Tebal
Antam (ANTM) akan investasi besar-besaran seiring keterlibatannya dalam ekosistem kendaraan listrik (EV). Potensi cuan ANTM masih tebal.Teknologi OpenAI pada Zoom Memperkuat Fleksibilitas Pengguna
Membangun solusi AI ke dalam produk Zoom untuk mendukung pelanggan agar menjadi lebih produktif.12 Juta Wajib Pajak Laporkan SPT, Tingkat Kepatuhan?
Hingga 31 Maret 2023 pukul 24.00 WIB, DJP telah menerima 12,01 juta Surat Pemberitahuan (SPT Tahunan) dari wajib pajak.Tag Terpopuler
Terpopuler
