Kemenkeu Pastikan Dampak Hilirisasi Signifikan pada Devisa Negara

JAKARTA,investor.id - Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menyatakan pemerintah terus mendorong hilirisasi untuk meningkatkan nilai tambah produk ekspor dalam negeri. Alasannya. hilirisasi produk ekspor bisa berdampak positif terhadap penerimaan devisa negara.
“Sedapat mungkin kita lanjutkan proses produksi dalam negeri. Karena hilirisasi membuat dia jadi bentuk barang lain yang ada tambahan nilai tambah. Kalau sudah berbentuk barang lain ada nilai tambah harganya langsung mahal, kita bisa menerima penerimaan devisa lebih besar,” ucap Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara dalam media gathering di Aula Mezzanine, Kantor Kementerian Keuangan pada Jumat (4/11).
Dia mengatakan hilisasi harus dilakukan terhadap produk-produk ekspor dari Sumber Daya Alam (SDA) seperti minyak kelapa sawit, minyak bumi, batu bara, hingga nikel. “Jadi satu arah yang sangat kurang, hilirisasi hasil sumber daya kita semaksimal mungkin kalau bisa kita lakukan hilirisasi dalam negeri,” ucapnya.
Tingkatkan Nilai Tambah, DPR Dukung Presiden Hilirisasi Timah
Suahasil juga menekankan pentingnya menggunakan produksi dalam negeri dan produk yang memiliki Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN). Dengan menyerap produk dalam negeri akan memberikan efek pengganda ke perekonomian domestik.
Pemerintah akan mengoptimalkan anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) untuk meningkatkan produksi barang dalam negeri. "Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) lebih tinggi akan menciptakan multiplier yang besar di dalam negeri," ucap Suahasil.

Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kemenkeu Febrio Nathan Kacaribu mengatakan performance ekspor tahun 2022 ini bukan hanya berasal dari komoditas saja. Oleh karena itu hilirisasi perlu terus dilakukan agar bisa meningkatkan nilai tambah produk ekspor dan berdampak pada kenaikan penerimaan devisa. Kondisi ekspor tahun 2022 ini diharapkan bisa berlanjut di tahun 2023.
Indonesia Dinilai Sukses Jalankan Hilirisasi Nikel
“Kalau 100% karena harga komoditas, ini bukan kabar yang terlalu baik, tetapi selain karena harga komoditas kita juga ekspor hasil hilirisasi. Ini peluang yang bisa kita pertahankan di tahun 2023 kalau harga komoditas tidak setinggi di tahun 2022. Ini menjadi modal untuk melihat modal performance ekspor kita di tahun 2023,” ucap Febrio
Pemerintah terus melakukan diversifikasi negara tujuan ekspor. Febrio mengklaim bahwa pertumbuhan ekspor Indonesia pada Januari sampai Juli 2022 paling tinggi diantara negara G20 dan Asean Six. Hal ini menjadi benefit bagi Indonesia. “Ini jadi benefit bagi kita sehingga kita harus pertahankan dan lihat strateginya ke depan,” kata Febrio.(ark)
Editor: Frans (ftagawai@gmail.com)
Baca Berita Lainnya di GOOGLE NEWS
Berita Terkait
Berita Terkini
Indonesia Usung Tiga Prioritas dalam Keketuaan Asean 2023
Recovery–rebuilding, difokuskan pada upaya untuk pemulihan dan kebangkitan ekonomi dari pandemi Covid-19 yang melanda semua negara.Pendapatan Emiten Grup Djarum (TOWR) Melonjak, Laba Naik Tipis-tipis
Sarana Menara Nusantara (TOWR), emiten menara telekomunikasi milik Grup Djarum, mencetak pendapatan Rp 11,03 triliun pada 2022.Sinarmas Asset Management Raih Penghargaan Best Mutual Fund 2023
Sinarmas Asset Management meraih penghargaan Best Mutual Fund tahun 2023 dari Infovesta Utama bekerjasama dengan Majalah Investor B-UniverseKinerja Bisnis Pengolahan dan Petrokimia Pertamina Lampaui Target
optimasi kilang dilakukan dengan menghasilkan produk bernilai tinggiPerempuan Harus Bisa Tingkatkan Kapasitas dan Kepercayaan Diri
Kaum perempuan bisa menempuh jalannya masing-masing dan berdampak positif, sesuai bidangnya.Tag Terpopuler
Terpopuler
