Rabu, 7 Juni 2023

Nilai Impor Menyusut 13,68% pada Februari 2023

Arnoldus Kristianus
16 Mar 2023 | 00:13 WIB
BAGIKAN
Deputi Bidang Statistik Produksi BPS M Habibullah
Deputi Bidang Statistik Produksi BPS M Habibullah

JAKARTA,investor.id - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai impor pada Februari 2023 mencapai US$ 15,92 miliar. Angka ini turun 13,68% dibandingkan Januari 2023 atau turun 4,32% dibandingkan Februari 2022.

“Pada tahun 2021 hingga 2023 dalam tiga terakhir pertumbuhan impor bulan Februari memiliki pola yang sama yaitu tren menurun secara bulanan. Pertumbuhan impor Februari 2023 secara tahunan mengalami kontraksi setelah sempat menguat pada Januari 2023,” ucap Deputi Bidang Statistik Produksi BPS  Habibullah dalam konferensi pers pada Rabu (15/03/2023).

Dia mengatakan nilai impor migas turun 17,19% dari US$ 2,91 miliar pada Januari 2023 menjadi US$ 2,41 miliar pada Februari 2023. Penurunan impor migas sebesar 17,19% dikarenakan turunnya minyak mentah sebesar 45,39% dan hasil minyak turun 82,0% Sedangkan impor komoditas non migas turun 13,03% dari US$ 15,54 miliar pada Januari 2023 menjadi US$ 13,51 miliar pada Februari 2023.

“Penurunan impor nonmigas sebesar 13,03% pada Februari 2023 terhadap bulan sebelumnya karena beberapa komoditas yaitu mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya (HS 85) turun 15,22%; Mesin peralatan mekanis serta bagiannya (HS 84) turun 7,27%; serta tas plastik dan barang dari plastik (HS 39) turun 15,21%,” kata dia.

Advertisement

Bila dilihat menurut penggunaan barang, kontribusi terbesar berasal dari impor bahan baku/penolong dengan nilai US$ 11,79 miliar pada Februari 2023. Impor bahan baku/penolong kontraksi 15,09% secara bulanan dan kontraksi 8,10% secara year on year.

“Impor bahan baku/penolong menurun secara bulanan disebabkan karena komoditas minyak mentah, bahan bakar bensin tanpa timah, bijih gandum,” tutur Habibullah.

Nilai impor barang modal mencapai US$ 2,76 miliar pada Februari 2023.Impor barang modal kontraksi 6,64% seara bulanan namun tumbuh 6,10% secara tahunan. Dia mengatakan impor bahan barang modal menurun secara bulanan disebabkan komoditas generator besar dan kendaraan bermotor. Berikutnya nilai impor barang konsumsi sebesar US$ 1,36 miliar pada Februari 2023. Impor barang konsumsi mengalami kontraksi 14,54% secara bulanan meningkat 13,42% secara tahunan.

“Impor barang konsumsi menurun secara bulanan disebabkan komoditas jeruk mandarin, apel, dan daging lembu,” kata Habibullah.

Tiga negara pemasok barang impor nonmigas terbesar selama Januari–Februari 2023 adalah Tiongkok US$ 9,36 miliar (32,22%), Jepang US$ 2,77 miliar (9,53%), dan Thailand US$ 1,79 miliar (6,17%). Impor nonmigas dari Asean US$ 4,99 miliar (17,17%) dan Uni Eropa US$ 2,01 miliar (6,91%).

Editor: Thomas Harefa (thomas@investor.co.id)

Dapatkan info hot pilihan seputar ekonomi, keuangan, dan pasar modal dengan bergabung di channel Telegram "Official Investor.ID". Lebih praktis, cepat, dan interaktif. Caranya klik link https://t.me/+ijaEXDjGdL1lZTE1, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca Berita Lainnya di GOOGLE NEWS

BAGIKAN

Berita Terkait


Berita Terkini


Market 1 jam yang lalu

Saham Publik Dikuasai Asing, Ini Tanggapan Vale Indonesia

Manajemen Vale Indonesia memberikan tanggapan soal porsi saham publik perseroan yang dikuasai asing.
Lifestyle 1 jam yang lalu

Sokong Sigap Bencana, Danone Indonesia Donasi Mobil Pengolah Air ke  LPBI NU  

Danone Indonesia mendonasikan sebuah mobil instalasi pengolah air kepada LPBI NU sebagai bagian dari tanggap bencana.
Market 2 jam yang lalu

Bangkit dari Pandemi, Elnusa Toreh Kinerja Positif

Perolehan tersebut didorong atas peningkatan di semua segmen bisnis Perseroan seiring dengan peningkatan aktivitas hulu migas
Macroeconomy 2 jam yang lalu

Masa Tugas Satgas BLBI Berpeluang Diperpanjang

Pemerintah menargetkan Satgas BLBI untuk mengumpulkan piutang obligor BLBI senilai Rp 110 triliun.
Market 3 jam yang lalu

Ternyata Ini yang Pukul Mundur Pergerakan Bitcoin

Harga aset kripto Bitcoin (BTC) dalam jangka pendek atau sepekan ini diprediksi menguji level terendah (support) US$ 25.000.

Tag Terpopuler


Copyright © 2023 Investor.id