Duit Asing Rp 46 Triliun Parkir di Pasar Keuangan RI

JAKARTA, investor.id – Bank Indonesia (BI) mengungkapkan, aliran masuk modal asing (capital inflow) di pasar keuangan domestik untuk investasi portofolio secara kumulatif sejak awal tahun sampai 14 Maret 2023 mencapai US$ 3 miliar atau sekitar Rp 46 triliun.
Namun, khusus bulan Maret, terjadi arus keluar modal asing (capital outflow) seiring meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, posisi cadangan devisa Indonesia akhir Februari 2023 meningkat menjadi US$ 140,3 miliar atau setara dengan pembiayaan 6,2 bulan impor atau 6 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah.
Baca Juga:
BI Pertahankan Suku Bunga Acuan di 5,75%“Serta, berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor,” kata Perry dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI, di Jakarta, Kamis (16/3/2023).
Adapun neraca pembayaran Indonesia (NPI) diperkirakan tetap baik dengan transaksi berjalan pada kisaran surplus 0,4% sampai dengan defisit 0,4% dari produk domestik bruto (PDB).
Transaksi berjalan kuartal I-2023 diperkirakan mencatat surplus yang ditopang neraca perdagangan barang. Pada Februari 2023, surplus neraca perdagangan Indonesia meningkat dari US$ 3,88 miliar pada Januari 2023 menjadi US$ 5,48 miliar.
“Neraca transaksi modal dan finansial diperkirakan surplus didukung oleh aliran masuk modal asing dalam bentuk PMA (Penanaman Modal Asing) dan investasi portofolio, sejalan dengan persepsi positif investor terhadap prospek perekonomian nasional,” tutur Perry.
Sementara itu, nilai tukar rupiah terjaga sejalan dengan langkah stabilisasi BI di tengah kembali meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global.
Sejalan dengan pelemahan hampir seluruh mata uang dunia akibat peningkatan ketidakpastian pasar keuangan global, nilai tukar rupiah pada 15 Maret 2023 sedikit terdepresiasi sebesar 0,75% secara point to point dibandingkan dengan level akhir Februari 2023.
Secara year to date, nilai tukar rupiah pada 15 Maret 2023 menguat 1,32% dari level akhir Desember 2022, lebih baik dibandingkan dengan apresiasi rupee India sebesar 0,16%, serta depresiasi baht Thailand dan ringgit Malaysia masing-masing sebesar -0,04% dan -1,8%.
“Ke depan, BI memperkirakan stabilitas nilai tukar rupiah tetap terjaga sejalan dengan prospek pertumbuhan ekonomi domestik yang tinggi, inflasi yang rendah, surplus transaksi berjalan, serta imbal hasil aset keuangan domestik yang menarik,” jelas Perry.
Dia pun menuturkan, BI akan terus memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah untuk mengendalikan inflasi barang impor (imported inflation) dan memitigasi dampak rambatan ketidakpastian pasar keuangan global terhadap nilai tukar rupiah.
“Kebijakan tersebut diperkuat dengan pengelolaan devisa hasil ekspor melalui implementasi TD (Term Deposit) valas DHE (Devisa Hasil Ekspor) sesuai dengan mekanisme pasar,” ujar Perry.
Editor: Jauhari Mahardhika (jauhari@investor.co.id)
Baca Berita Lainnya di GOOGLE NEWS
Berita Terkait
Berita Terkini
Likuiditas Start-up Teknologi Disorot, GOTO Aman?
Kondisi ekonomi global saat ini berdampak pada persepsi publik terhadap likuiditas perusahaan teknologi, salah satunya GOTO. Amankah?Ekonom Proyeksi BI Pertahankan Suku Bunga 5,75% Sepanjang 2023
Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman memproyeksi Bank Indonesia (BI) akan mempertahankan suku bunga acuan (BI7DRR) sebesar 5,75% tahun ini.Tokoh Punokawan dan Pandawa Melandasi Konsep Buku Entrepreneurial Marketing
Simbol Punokawan dan Pandawa membawa pendekatan entrepreneurial marketing untuk menjawab kondisi dinamis dari tahun ke tahun.Riset Snapcart: Gratis Ongkir Jadi Daya Tarik Konsumen untuk Belanja Online
Penawaran menarik khususnya gratis ongkir sepertinya akan selalu menjadi salah satu kunci daya tarik utamaBank Sentral Swiss Naikkan Suku Bunga 50 bps di Tengah Kekacauan
Bank sentral Swiss (Swiss National Bank/ SNB) menaikkan suku bunga acuannya sebesar 50 basis poin (bps) pada Kamis (23/3).Tag Terpopuler
Terpopuler
