BI: Sistem Keuangan Indonesia Kuat Hadapi Penutupan 3 Bank AS

JAKARTA, investor.id – Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyatakan bahwa ketahanan stabilitas sistem keuangan nasional sangat kuat sehingga tidak terdampak oleh penutupan tiga bank di Amerika Serikat (AS), yakni Silicon Valley Bank (SVB), Silvergate Bank, dan Signature Bank.
Ketahanan stabilitas sistem keuangan itu ditopang oleh setidaknya oleh empat hal yang meliputi deposit funding bank yang terdiversifikasi, perbankan tidak memiliki masalah risiko valuasi aset terkait yield treasury, banyak bank sudah melakukan cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN), dan rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) perbankan tinggi.
"Sehingga secara keseluruhan, assessment stress test kami menyimpulkan, kondisi perbankan Indonesia berdaya tahan terhadap dampak (penutupan tiga bank AS). Kami menyimpulkan, stabilitas sistem keuangan Indonesia adalah berdaya tahan dalam menghadapi gejolak global," kata Perry dalam Pengumuman Hasil Rapat Dewan Gubernur BI Maret 2023 di Jakarta, Kamis (16/03/2023).
Ia menjelaskan bahwa deposit funding yang terdiversifikasi itu memperkuat ketahanan pendanaan di bank-bank Indonesia. Apalagi, hampir tidak ada bank-bank di Tanah Air yang mempunyai obligasi Amerika Serikat (US treasury) sehingga dampak langsungnya sangat terbatas.
"Risiko dampak langsung hampir nol. Sebagian besar bank-bank kita itu tidak menanamkan dananya kepada tiga bank ini, tidak menjadi deposan dari ketiga bank ini sehingga dampak langsungnya itu memang tidak ada," ujar dia.
Selanjutnya, rasio kecukupan modal (CAR) perbankan di Indonesia juga tinggi mencapai 25,88%. Faktor pendukung lainnya adalah kepemilikan Surat Berharga Negara (SBN) yang sudah melalui manajemen risiko yang baik yaitu pergeseran dari available-for-sale (AFS) ke hold to maturity (HTM). Sementara untuk risiko valuasi, sudah terdapat CKPN.
Perlu Diwaspadai
Namun, Perry menuturkan perlu mewaspadai dampak dari ekspektasi atau persepsi pasar/investor atas gejolak dari kejatuhan bank tersebut. Oleh karenanya, BI terus mengelola persepsi tersebut dengan menstabilkan kurs rupiah melalui intervensi dan koordinasi dengan para pemangku kepentingan termasuk Kementerian Keuangan.
"Stabilkan nilai tukar rupiah untuk mengendalikan imported inflation, memitigasi dampak gejolak global dan ini untuk stabilitas moneter dan stabilitas sistem keuangan kita," ujar Perry.
BI memperkuat stabilisasi nilai tukar rupiah sebagai bagian dari upaya pengendalian inflasi, terutama imported inflation, melalui intervensi di pasar valas dengan transaksi spot, Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF), serta pembelian/penjualan SBN di pasar sekunder.
BI juga melanjutkan twist operation melalui penjualan SBN di pasar sekunder untuk tenor pendek guna meningkatkan daya tarik imbal hasil SBN khususnya bagi masuknya investor portofolio asing dalam rangka memperkuat stabilisasi nilai tukar rupiah.
Editor: Nasori (nasori@investor.co.id)
Baca Berita Lainnya di GOOGLE NEWS
Berita Terkait
Berita Terkini
Ekonom Proyeksi BI Pertahankan Suku Bunga 5,75% Sepanjang 2023
Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman memproyeksi Bank Indonesia (BI) akan mempertahankan suku bunga acuan (BI7DRR) sebesar 5,75% tahun ini.Tokoh Punokawan dan Pandawa Melandasi Konsep Buku Entrepreneurial Marketing
Simbol Punokawan dan Pandawa membawa pendekatan entrepreneurial marketing untuk menjawab kondisi dinamis dari tahun ke tahun.Riset Snapcart: Gratis Ongkir Jadi Daya Tarik Konsumen untuk Belanja Online
Penawaran menarik khususnya gratis ongkir sepertinya akan selalu menjadi salah satu kunci daya tarik utamaBank Sentral Swiss Naikkan Suku Bunga 50 bps di Tengah Kekacauan
Bank sentral Swiss (Swiss National Bank/ SNB) menaikkan suku bunga acuannya sebesar 50 basis poin (bps) pada Kamis (23/3).Kekayaan Lim Hariyanto Pemilik Harita Melonjak, Geser Posisi 12 Konglomerat!
Kekayaan Lim Hariyanto Wijaya Sarwono, pemilik Grup Harita, tiba-tiba melonjak. Bahkan mengalahkan 12 atau selusin konglomerat.Tag Terpopuler
Terpopuler
