Kamis, 23 Maret 2023

Airlangga: Harga Komoditas Pangan dan Tarif Angkutan Udara Jadi Tantangan Menjaga Inflasi

Arnoldus Kristianus
5 Mar 2023 | 22:15 WIB
BAGIKAN
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto.

JAKARTA, investor.id - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, harga komoditas pangan dan tarif angkutan cenderung meningkat pada bulan Ramadan dan Idulfitri. Oleh karena itu, pemerintah terus melakukan pemantauan agar harga komoditas pangan yang biasanya berpotensi meningkat dapat tetap terjaga.

“Memasuki bulan Ramadan dan menjelang Hari Raya Idulfitri, peningkatan harga pangan dan tarif menjadi tantangan. Kami berharap langkah antisipatif bisa dilakukan dengan pemantauan harga kebutuhan pokok seperti beras, minyak goreng, cabai, bawang, daging, telur ayam ras,” ucap Airlangga dalam Kick Off Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) 2023 pada Minggu (05/3/2023).

Secara historis pada Ramadan dan Idulfitri selalu terjadi kenaikan inflasi pada komponen harga pangan bergejolak (volatile food) dan harga diatur pemerintah (administered price). Komoditas dalam komponen volatile food yang biasanya mengalami kenaikan harga adalah daging ayam ras, daging sapi, bawang merah, ikan segar, dan cabai. Komoditas dalam komponen administered price yang biasanya mengalami kenaikan harga adalah tarif angkutan antar kota dan tarif angkutan udara.

“Kita harus memonitor bulan Maret dan April 2023 apalagi memasuki bulan ramadan dan hari besar keagamaan. Terkait administered price pemerintah melihat komponen tertinggi dari transportasi udara adalah avtur dan pemerintah sudah melihat upaya yang perlu dilakukan untuk mengurangi harga avtur,” kata Airlangga.

Advertisement

Pemerintah dan Bank Indonesia sudah menugaskan Tim Pengendali Inflasi Pusat (TPIP) serta Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) untuk menjaga stabilitas inflasi. Khususnya untuk komponen volatile food maupun administered price. Airlangga mengatakan dalam beberapa bulan terakhir terjadi peningkatan harga beras, namun pada bulan Maret dan April memasuki musim panen.

“Tentu kita tidak ingin saat kemarin produksi beras rendah harga tinggi dan pada saat panen harga turun. Sehingga kita akan kehilangan beberapa segi baik dari nilai tukar petani maupun dari segi inflasi. Tentu ini perlu kita juga agar nilai tukar petani bisa baik dan nilai inflasi bisa terkendali,” tandas Airlangga.

Tantangan Menghadapi Inflasi

Pada kesempatan itu, Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan tantangan inflasi ke depan adalah kendala dalam produksi dan distribusi; hilirisasi pangan, ketahangan pangan, serta digitalisasi pangan.

Dia memperkirakan sampai dengan semester I-2023 inflasi masih akan berada di atas 5%. Dia juga menyoroti tentang kenaikan harga beras, oleh karena itu harus ada upaya memperbaiki distribusi beras agar harga terjaga. Upaya menjaga komponen harga pangan begejolak juga terkendala masalah iklim. Fenomena El Nino berdampak pada kenaikan curah hujan di daerah sentra produksi beras.

“Ini yang harus kita kendalikan karena sebentar lagi kita memasuki bulan Ramadan dan hari raya Idulfitri. Mari kita semakin memperkuat sinergi untuk mendorong inflasi bisa terkendali,” tutur dia.

Untuk komponen administered price, Perry mengatakan harus ada penanganan menyeluruh secara nasional. Khususnya yang terkait dengan tarif angkutan udara. Dia mengatakan komponen harga tarif angkutan udara mengalami kenaikan cukup tinggi.      

“Apalagi tahun ini wisata sudah mulai bergerak, kemarin saya baru saja dari Wakatobi dan Raja Ampat, tiket angkutan udara ini mahal banget. Ini yang menjadi masalah secara nasional yang perlu kita atasi bersama,” kata Perry.

Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS) dalam empat tahun terakhir terdapat sejumlah komoditas yang menyebabkan inflasi di bulan Ramadan. Pada 2019, bulan Ramadan jatuh di bulan Mei yang saat itu terjadi inflasi 0,68%. Komoditas yang memberikan andil inflasi pada Mei 2019 adalah cabai Merah (0,10%), daging ayam ras (0,05%), bawang putih (0,05%), ikan segar (0,04%), angkutan antar kota (0,04%), dan telur ayam ras (0,02%).

Pada 2020, bulan Ramadan jatuh di bulan April yang pada saat itu terjadi inflasi 0,08%. Komoditas yang memberikan andil inflasi pada April 2020 adalah bawang merah (0,08%), emas perhiasan (0,06%), gula pasir (0,02%), bahan bakar ruta (0,01%), pepaya (0,01%), dan rokok kretek filter (0,01%).

Pada 2021, bulan Ramadan jatuh di bulan April yang pada saat itu terjadi inflasi 0,13%. Komoditas yang memberikan andil inflasi pada April 2021 adalah daging ayam ras (0,06%), minyak goreng (0,01%), jeruk (0,01%), bahan bakar ruta (0,01%), emas perhiasan (0,01%), dan anggur (0,01%).

Pada 2022, bulan Ramadan jatuh di bulan April dengan inflasi sebesar 0,95%. Komoditas yang memberikan andil inflasi pada April 2022 adalah minyak goreng (0,19%), bensin (0,16%), daging ayam ras (0,09%), tarif angkutan udara (0,08%), bahan bakar ruta (0,03%), dan telur ayam ras (0,02%).

Editor: Thomas Harefa (thomas@investor.co.id)

Baca Berita Lainnya di GOOGLE NEWS

BAGIKAN

Berita Terkait


Berita Terkini


Market 26 menit yang lalu

Likuiditas Start-up Teknologi Disorot, GOTO Aman?

Kondisi ekonomi global saat ini berdampak pada persepsi publik terhadap likuiditas perusahaan teknologi, salah satunya GOTO. Amankah?
Finance 1 jam yang lalu

Ekonom Proyeksi BI Pertahankan Suku Bunga 5,75% Sepanjang 2023

Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman memproyeksi Bank Indonesia (BI) akan mempertahankan suku bunga acuan (BI7DRR) sebesar 5,75% tahun ini.
National 2 jam yang lalu

Tokoh Punokawan dan Pandawa Melandasi Konsep Buku Entrepreneurial Marketing

Simbol Punokawan dan Pandawa membawa pendekatan entrepreneurial marketing untuk menjawab kondisi dinamis dari tahun ke tahun.
Business 3 jam yang lalu

Riset Snapcart: Gratis Ongkir Jadi Daya Tarik Konsumen untuk Belanja Online

Penawaran menarik khususnya gratis ongkir sepertinya akan selalu menjadi salah satu kunci daya tarik utama
International 3 jam yang lalu

Bank Sentral Swiss Naikkan Suku Bunga 50 bps di Tengah Kekacauan

Bank sentral Swiss (Swiss National Bank/ SNB) menaikkan suku bunga acuannya sebesar 50 basis poin (bps) pada Kamis (23/3).
Copyright © 2023 Investor.id