Desember, Surya Esa Eksekusi 'Private Placement'

JAKARTA, investor.id – PT Surya Esa Perkasa Tbk (ESSA) menargetkan aksi penambahan modal tanpa hak memesan efek terlebih dahulu (non-HMETD) atau private placement terealisasi pada Desember 2020. Setelahnya, perseroan juga merancang aksi penerbitan surat utang global (global bond) maksimal US$ 650 juta.
Sekretaris Perusahaan Surya Essa Perkasa Lufy Setia mengatakan, rencana private placement dan global bond telah disetujui oleh pemegang saham melalui Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB). “Aksi korporasi yang kami eksekusi lebih dulu adalah private placement,” jelas dia kepada Investor Daily, Rabu (25/11).
Berdasarkan prospektus tambahan, perseroan berencana menerbitkan maksimal 1,43 miliar saham baru atau 10% dari modal ditempatkan dan disetor penuh. Para pemegang saham lama perseroan akan menyerap saham baru tersebut.
Para pemegang saham tersebut antara lain Garibaldi Thohir, PT Ramaduta Teltaka, Chander Vinod Laroya, Sugito Walujo, Chandru Nebhraj T, Mukesh Agrawal, Deepak Khullar, Prakash Bumb, Miranda, J.P. Morgan Singapore, Bank Julius Baer, Singapore dan UOB Kay Hian Pte. Ltd Singapore.
Sifat hubungan afiliasi calon investor ini adalah anggota direksi dan komisaris, serta afiliasi karyawan perseroan, entitas anak dan pemegang saham pengendali. Sedangkan sejumlah investment bank merupakan calon investor yang tidak terafiliasi.
Perseroan memperkirakan private placement bisa terealisasi pada 4 Desember. Dengan asumsi seluruh saham baru diterbitkan sesuai rencana, maka pemegang saham perseroan dalam jangka pendek akan terkena risiko dilusi kepemilikan saham maksimal 9,09%.
Dana hasil private placement akan digunakan untuk investasi pada entitas anak usaha, PT Panca Amara Utama (PAU) dan modal kerja perseroan. Surya Esa Perkasa tercatat memiliki 60% saham PAU baik secara langsung maupun tidak langsung melalui PT Sepchem. Adapun PAU merupakan perusahaan yang bergerak di bisnis industri kimia dasar organik dari minyak bumi, gas, dan batu bara.
“Penyertaan modal pada PAU akan dilakukan melalui PT Sepchem yang 99,99% sahamnya dimiliki oleh perseroan. Kontribusi PAU bagi perseroan yaitu 82% pendapatan hingga 30 September 2020,” kata manajemen.
Aksi private placement ini dinilai berpotensi memperkuat struktur modal perseroan dengan menurunkan debt to equity ratio sehingga mengindikasikan kondisi keuangan Perseroan yang lebih baik. Per 30 September 2020, debt to equity ratio perseroan adalah 2,04 kali, dan akan menjadi 1,95 kali setelah private placement.
Global Bond
Sementara itu, pihak yang menjadi penerbit global bond hingga US$ 650 juta adalah PAU. Sehubungan dengan transaksi tersebut, PAU akan menjaminkan seluruh aset yang dimilikinya. Surya Esa Perkasa juga akan menjaminkan seluruh saham PAU yang dimiliki oleh perseroan. Tak ketinggalan, perseroan memberikan corporate guarantee dalam penerbitan surat utang ini.
Manajemen belum memasang target spesifik periode penerbitan global bond, setelah meraih persetujuan pemegang saham. Nantinya, dana emisi global bond akan digunakan PAU untuk pembiayaan kembali (refinancing) seluruh utang PAU dan biaya bunga lainnya kepada International Finance Coporation (IFC).
Utang Pokok PAU kepada IFC tercatat sebesar US$ 439,8 juta pada saat penerbitan termasuk biaya bunga yang harus dibayarkan kepada IFC. Selain itu masih ada utang lain PAU yang akan dilunasi beserta bunganya sebesar US$ 89,1 juta. Penerbitan global bond ini pun akan mensyaratkan PAU untuk memiliki rekening cadangan layanan utang sekitar US$ 57,6 juta.
“Sehingga keseluruhan total refinancing utang PAU mencapai USS 600 juta. Sedangkan sisa dana hasil penerbitan global bond sebesar US$ 50 juta akan digunakan sebagai modal kerja PAU,” jelas manajemen.
Emiten yang bergerak di bisnis pemurnian dan pengolahan gas alam ini membukukan pendapatan US$ 123,9 juta hingga kuartal III-2020, turun 26% dibanding periode sama tahun lalu US$ 168,4 juta. Penurunan ini juga berdampak terhadap anjloknya EBITDA perseroan sebesar 51% menjadi US$ 26,3 juta dari sebelumnya US$ 53,8 juta.
Produksi amonia Surya Esa tercatat 459.512 metrik ton hingga kuartal III-2020, lebih rendah dibanding periode sama tahun lalu 569.308 metrik ton. Produksi yang lebih rendah ini dikarenakan terjadi penghentian sementara aktivitas pabrik lantaran pandemi Covid-19. Faktor ini ditambah dengan pelemahan harga amonia membuat Surya Esa menderita rugi bersih US$ 25,7 juta, dari posisi laba bersih kuartal III-2019 sebesar US$ 4,6 juta.
Editor: Jauhari Mahardhika (jauhari@investor.co.id)
Baca Berita Lainnya di GOOGLE NEWS
Berita Terkait
Berita Terkini
Laba Bersih Austindo (ANJT) Anjlok 42%, Ini Penyebabnya
PT Austindo Nusantara Jaya Tbk (ANJT) mencatat laba bersih sebesar US$ 21,2 juta pada 2022.Sesi II, IHSG Berpotensi Uji Level Tertinggi
Phintraco Sekuritas memprediksi sesi II, IHSG berpotensi uji level tertinggi.Intip Cara Lion Air Rawat Pesawat
Lion Air Group memastikan perawatan pesawat udara adalah aspek yang sangat utama.Terkuak Penyebab IHSG Menguat, Salah satunya Soal Perpu Cipta Kerja
Terkuak penyebab IHSG hari ini menguat, salah satunya soal Perpu Cipta Kerja.Jaga Daya Beli Masyarakat, Pemerintah Kucurkan Dana Perlinsos 2023 Rp 476 T
Pemerintah mengucurkan dana program perlindungan social (perlinsos) 2023 sebesar Rp 476 triliunTag Terpopuler
Terpopuler
