JAKARTA, Investor.id - PT BFI Finance Indonesia Tbk (BFIN) optimistis bisnis pembiayaan lanjutkan pertumbuhan hingga tahun 2022. Optimisme tersebut didukung pemulihan ekonomi bersamaan dengan sejumlah strategi bisnis perseroan.
Perseroan juga siap memanfaatkan peluang bisnis di tengah perbaikan ekonomi makro, termasuk mengisi celah yang ditinggalkan oleh sebagian kompetitor tahun 2022. Hal tersebut menjadi bagian strategi perusahaan dalam memenangkan persaingan di tahun depan.
Sedangkan kinerja keuangan perseroan hingga akhir 2021 diprediksi lanjutkan pertumbuhan dengan perkiraan laba bersih mencapai Rp 1 triliun. Hingga September 2021, laba bersih meningkat 52,9% menjadi Rp 796 miliar. Sedangkan pembiayaan baru naik mencapai 72,7% dari Rp 5,43 triliun menjadi Rp 9,38 triliun.
Direktur Keuangan BFI Finance Sudjono mengungkapkan, perseroan akan mengembalikan size bisnis seperti sebelum pandemi Covid-19 dan menyelesaikan seluruh restrukturisasi piutang yang terjadi selama kondisi pandemi Covid-19 sepanjang tahun 2022.
Dia melanjutkan, perusahaan juga akan melakukan transformasi digital untuk seluruh transaksi dengan penerapan teknologi berbasis data. "Perusahaan juga terus mengeksplor peluang bisnis baru di tengah kondisi new normal," terang Sudjono dalam acara Public Expose Virtual di Jakarta, Rabu (17/11).
Terkait restrukturisasi utang, dia mengatakan, perseroan mencatatkan sebanyak 86,8% dari pembiayaan yang direstrukturisasi telah kembali normal. Sementara 12,9% kembali mengalami restrukturisasi dengan ketentuan yang telah ditinjau kembali dan sisanya adalah restrukturisasi dengan opsi grace period. "Nilai piutang yang direstrukturisasi saat ini adalah 14,8% dari total piutang yang dikelola Perusahaan, atau turun dari porsi sebelumnya di 35,5% di September 2020," terang Sudjono.
.BFI Finance juga pemulihan pembiayaan baru atau telah mencapai level 90-95% sebelum pandemi Covid-19 hingga September 2021. Pemulihan ditunjukkan peningkatan pembiayaan baru hingga 72,7% dan NPF neto hanya 0,3% hingga III-2021.
Perseroan juga berhasil menekan pinjaman terhadap modal (rasio gearing) menjadi 0,9 kali sampai September 2021, dibandingkan periode sama tahun lalu sebesar 1,5 kali. Bahkan, rasio gearing perseroan tercatat paling rendah, dibandingkan dengan rata-rata industri yang berada di atas 2 kali. “Rasio yang rendah tersebut menggambarkan kemampuan perseroan untuk mencari pendanaan yang besar guna ekspansi usaha ke depan,” terangnya.
Editor : Parluhutan (parluhutan@investor.co.id)
Sumber : Investor Daily
Berita Terkait