JAKARTA, investor.id – Pilarmas Sekuritas memperkirakan, indeks harga saham gabungan (IHSG) sepekan ke depan berpotensi bergerak menguat pada rentang 6.600-6.725. Perkiraan tersebut banyak dipengaruhi sentimen global dalam hal ini Amerika, Eropa, Tiongkok, dan Jepang termasuk sentimen domestik.
Di tingkat global seperti Amerika, Associate Director of Research and Investment Pilarmas Sekuritas Maximilianus Nico Demus melihat bahwa sentimen-sentimen seperti Wholesale Inventories MoM, The National Federation of Independent Business (NFIB) Small Business Optimism, dan MBA Mortgage Applications menjadi data penting yang akan memengaruhi pergerakan IHSG sepekan ke depan.
Baca juga: Sepekan ke Depan, IHSG Cenderung Naik atau Turun? Analis Menjawab
Sedangkan dari Eropa, sentimen-sentimen seperti Unemployment Rate, Industrial Production MoM dan YoY, serta Trade Balance yang diproyeksi menurun juga akan memberikan dampak terhadap pergerakan IHSG selama sepekan ke depan. Lalu, dari Tiongkok, beberapa faktor seperti PPI YoY dan CPI YoY, serta Exports YoY dan Imports YoY yang diproyeksi turun bakal menjadi perhatian para pelaku pasar. Begitu juga proyeksi kenaikan Trade Balance.
Tidak sampai di situ, sentimen global kali ini juga dipengaruhi oleh sejumlah indeks di Jepang seperti Leading Index CI, BoP Current Account Deficit, Money M2 YoY, Money M3 YoY, dan PPI MoM dan YoY yang diproyeksi turun juga bakal memberikan pengaruh terhadap pergerakan IHSG.
Baca juga: Saham Teknologi dan Bank Digital akan Kuasai Top Gainers 2022
Sementara itu, dari dalam negeri, pergerakan IHSG akan dipengaruhi oleh sentimen Consumer Confidence Index. Adapun sektor yang akan mendominasi pergerakan IHSG sepekan ke depan adalah financial, basic materials, dan consumer non-cyclical.
Saat ini, menurut Nico, prinsip kehati-hatian menjadi kunci penting karena situasi dan kondisi sekarang mulai menunjukkan bahwa The Fed berpotensi menaikkan tingkat suku bunga dua kali pada awal tahun dan akhir tahun. “Apakah mungkin bisa lebih? Mungkin saja. Namun apa pun itu, pelaku pasar dan investor diharapkan dapat mencermati perkembangan Omicron dan The Fed. Para regulator juga diharapkan dapat menjaga volatilitas pasar yang timbul akibat potensi kenaikkan tingkat suku bunga,” jelas Nico kepada Investor Daily, Minggu (9/1).
Lebih dari itu, pengendalian Omicron juga menjadi kunci penting kesuksesan keberlanjutan pemulihan ekonomi. “Semua tergantung sejauh mana pemerintah kita siap menjaga penyebaran Omicron,” pungkas Nico.
Editor : Jauhari Mahardhika (jauhari@investor.co.id)
Sumber : Investor Daily
Baca berita lainnya di GOOGLE NEWS
Berita Terkait