JAKARTA, investor.id – PT Bumi Resources Tbk (BUMI) yakin perusahaan bisa meraih pendapatan sekitar US$ 8-9 miliar secara konsolidasi pada akhir tahun ini, jika produksi terus meningkat dan didukung kenaikan harga batu bara.
"Laba operasional diperkirakan meningkat 2-3 kali lipat," kata CFO BUMI Andrew Beckham, Kamis (15/9).
Kenaikan ini mulai terlihat dari pendapatan semester I-2022 yang naik 66% menjadi US$ 3,81 miliar dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar US$ 2,29 miliar.
Baca juga: Pemegang Saham BUMI Masih Perlu Bersabar untuk Dividen
Pihaknya optimistis pendapatan perusahaan akan kembali naik jika aturan lockdown di Tiongkok mereda, kata Direktur BUMI Ashok Mitra.
Adapun Tiongkok menjadi salah satu dari dua importir terbesar batubara kalori rendah Indonesia, sehingga kenaikan permintaan dari negara tersebut akan membantu ekspor. Namun, di sisi lain perusahaan menyadari permintaan dari India berkurang karena peralihan ke batubara Rusia terkait sanksi yang diterapkan Uni Eropa terhadap Kremlin.
Baca juga: Bumi Resources (BUMI) Tuntaskan Private Placement, Porsi Tiga Entitas Besar Ini Terdilusi
“Importir utama pembeli Tiongkok dan India. India beli dari Rusia sekitar US$ 80 per ton, mereka blending dengan batubara lokal. Jadi ekpsor berkurang ke dua negara ini. Kalaupun (BUMI) produksi, tidak bisa jual, akan masuk ke inventory," jelas Mitra.
Perusahaan mencatatkan kinerja keuangan yang fantastis, ditopang oleh tingginya harga komoditas. Laba bersih BUMI melesat 8.768% secara tahunan menjadi US$ 167,7 juta (Rp 2,52 triliun) pada semester I-2022, dibandingkan periode yang sama tahun lalu senilai US$ 1,9 juta.
Baca juga: Astrindo Nusantara (BIPI) Siap Akuisisi 10% Saham Arutmin di Semester I-2023
Perusahaan juga mengharapkan peningkatan produksi sampai akhir tahun. "Semoga lebih banyak produksi, tapi bahkan lebih banyak lagi peningkatan. Itu masih lebih dari margin, sehingga kita bisa melihat keuntungan yang lebih signifikan di akhir tahun," lanjut Beckham.
Ia memaparkan, tahun ini perusahaan bisa memproduksi sekitar 78-83 metrik ton (MT) dengan perkiraan harga US$ 120-139 per ton.
Editor : Grace El Dora (graceldora@gmail.com)
Sumber : Investor Daily
Baca berita lainnya di GOOGLE NEWS