JAKARTA, investor.id - Analis PT Kanaka Hta Solvera, Andhika Cipta Labora, mengatakan, kenaikan suku bunga acuan Amerika Serikat, yang dilakukan oleh The Fed menjadi sebesar 3,75% - 4%, berpotensi memicu capital outflow di pasar saham.
Pemodal asing menurut dia, tentunya akan lebih tertarik dengan imbal hasil dari surat di AS ketimbang instrumen investasi di Indonesia.
Bila ini terjadi, maka pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bisa tertekan. “Selain itu, naiknya suku bunga The Fed bisa membuat BI juga akan menaikan suku bunga, hal ini membuat imbal hasil pasar uang akan naik ,” jelasnya saat dihubungi Investor Daily, Kamis (3/11/12).
Ia menambahkan, beberapa sektor yang akan mengalami tekanan akibat sentimen ini yakni properti dan juga konstruksi. Disisi lain sektor finance akan mendapatkan berkah dari kondisi ini. Untuk para investor sendiri, disarankan untuk mengurangi posisi di pasar saham dan memperbanyak cash, karena IHSG cenderung akan tertekan.
Secara terpisah, Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus menjawab bahwa kenaikkan tingkat suku bunga tentunya akan menurunkan nilai investasi, konsumsi, dan pendapatan perusahaan. Hal ini akan memberikan tekanan terhadap perekonomian di tengah proses pemulihan ekonomi.
Baca juga: Rupiah Terus Melemah, Tertekan The Fed yang Lebih Hawkish
Namun sejauh ini, Nico optimistis dengan pemulihan laporan keuangan para emiten di kuartal III-2022 mampu menjadi gambaran perekonomian Indonesia yang kuat baik dari sisi makro hingga ke mikro. Kuatnya perekonomian Indonesia juga didukung oleh fiscal berjalan yang sehat, ini merupakan salah satu point penting bagi daya tahun Indonesia dalam menghadapi ketidakpastian. “Oleh sebab itu, meskipun kenaikkan tingkat suku bunga akan menghambat pertumbuhan ekonomi, namun kami yakin IHSG akan Tetap mampu bertumbuh,” ujarnya.
Ia melanjutkan, dalam kondisi seperti ini para investor akan dihadapkan pada dua hal dalam menentukan investasinya, yakni persepsi dan ekspektasi. Dua hal ini adalah hal yang tidak bisa lepas ketika berbicara pasar modal. Persepsi harus seiring sejalan dengan ekspektasi. “Apabila pelaku pasar dan investor yakin terhadap fundamental ekonomi baik makro maupun mikro, tentu memilih untuk tetap berinvestasi merupakan pilihan Namun pastikan juga, investasi yang kita pilih sudah sesuai dengan tingkat risiko yang kita miliki,” kata dia.
Baca juga: Pilarmas: IHSG Melemah Terbatas, Unggulkan JPFA Hingga BBNI
Tidak hanya itu saja, Nico menekankan, perlunya memperhatikan durasi investasi investor, karena ini penting untuk mengukur seberapa panjang jangka investasi yang diinginkan.
Sementara itu, secara teknikal analis MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana menuturkan kenaikan suku bunga The Fed masih berpotensi untuk kembali meningkat. Menurutnya, ini akan menjadi sentimen negatif bagi instrumen investasi berisiko seperti saham. “Hal ini juga nampaknya akan berimbas ke IHSG dan kami perkirakan hingga akhir pekan ini rentang pergerakan IHSG akan berada di 7.000-7.070,” pungkasnya.
Editor : Mashud Toarik (mashud_toarik@investor.co.id)
Sumber : Investor Daily
Baca berita lainnya di GOOGLE NEWS